Semua Bab The Sugar Baby of Uncle Blue: Bab 21 - Bab 30

38 Bab

Bab 21: Blue yang Manipulatif 2

“Daddy, jangan lupa, ya, jangan biarkan Mommy pergi. Harus tunggu aku pulang sekolah. Oke, Daddy?” Untuk yang kesekian kalinya, Amara memohon pada sang ayah dengan mata berbinar penuh harap. Gadis kecil itu memandang pria di hadapannya dengan raut wajah serius, seolah-olah janjinya adalah harga mati yang tak bisa dilanggar.Blue menghela napas pelan. Ia membungkuk sedikit hingga tubuhnya sejajar dengan gadis kecil itu, lalu menatapnya dengan tatapan penuh kelembutan. Bibirnya melengkung dalam, membentuk senyuman lembut. “Ya, Daddy janji. Mommy tidak akan pergi tanpa menunggumu pulang,” katanya. Ia lalu mengecup puncak kepala Amara dengan penuh kasih sayang. “Belajar yang rajin, ya, dan jangan lupakan pesan-pesan Daddy.”Amara mengangguk antusias, wajah cerianya tak terbendung. Senyuman yang terpancar di wajah gadis kecil itu berbeda dari biasanya. Lebih lepas, lebih hidup. Semua itu karena Emely, wanita yang Amara percayai sebagai ibunya. Namun, Blue tahu kebenarannya. Wanita itu buk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 22: Blue yang Manipulatif 3

Blue mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, memperhatikan mereka dengan intens. “Emely ada di kamarku, dan dia masih tidur.”Pernyataan itu membuat kedua bodyguard tertegun. Tatapan heran mereka tak bisa disembunyikan, tetapi keduanya juga tak berani bereaksi berlebihan di hadapan Blue. Sementara itu, Porter tetap berdiri di sudut ruangan dengan ekspresi tenang, seolah-olah sudah terbiasa dengan situasi semacam ini.“Semalam, Emely datang ke club bersama teman-temannya,” ujar Blue akhirnya. Suaranya kembali memecah keheningan. “Dia merayakan pesta di sana, dan kabar buruknya …,” ia berhenti sejenak, “dia diberi obat perangsang oleh salah satu temannya.”Kedua bodyguard itu sontak tertegun. Kekagetan jelas terlihat di wajah masing-masing. Salah satu dari mereka bahkan tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi cepat-cepat mengurungkannya saat tatapan Blue menyipit, memberikan peringatan tanpa kata.Blue menghela napas panjang lalu mengangkat bahu dengan cuek. “Oke, langsung saja ke inti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 23: Tamparan Emely untuk Blue 1

Emely terbaring di atas ranjang yang luas. Tubuh polosnya tertutupi kain tebal yang membungkus dengan kehangatan. Cahaya matahari pagi mulai menyelinap lembut melalui celah tirai, menciptakan bayangan halus di dinding dan garis-garis cahaya yang menerpa kulit pucatnya. Wajahnya tampak tenang, seolah-olah menandakan ia masih terjebak dalam sisa-sisa mimpi. Namun, keningnya mulai berkerut tipis, tanda wanita itu mulai tersadar dari tidurnya.Emely menggeliat pelan, mencoba mengubah posisi tubuhnya yang terasa kaku. Namun, gerakan itu justru memicu rasa nyeri di sepanjang punggung hingga ke pundaknya. Sebuah helaan napas panjang lolos dari bibirnya, diikuti oleh desahan kecil. Kepalanya terasa berat, seolah-olah dipenuhi kabut tebal. Membuatnya enggan membuka mata meski kesadaran perlahan menyeruak.Tangannya terangkat perlahan, mengusap wajah yang masih hangat karena sisa tidur. Ia berusaha mengusir rasa pusing di pelipisnya. Kamar itu sunyi, hanya detak jarum jam yang samar terdengar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 24: Tamparan Emely untuk Blue 2

Emely merasa gugup ketika pria itu mengecup lembut punggungnya yang polos. Ia berusaha untuk bergerak menjauh, tetapi sebelum sempat melakukannya, pria itu dengan sigap melingkarkan tangan kekarnya di sekitar perutnya. Menahan Emely dengan lembut tetapi kuat, seolah-olah tak memberinya ruang untuk melarikan diri. Tubuh Emely berakhir bersandar pada dada pria itu. Emely terjebak, tak punya pilihan selain pasrah dalam pelukan Blue.“Tumben kamu bangun siang, Sayang?” Suara Lucia kembali terdengar di seberang telepon.Emely menelan salivanya dengan susah payah. “Iya, Mom .... Kemarin ... aku banyak tugas di kampus yang membuatku sangat lelah,” jawabnya berkilah, dengan suara yang gemetar. Bibirnya bahkan sedikit bergetar, tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan kegugupan yang dirasakan. Bagaimana mungkin Emely tidak gugup ketika Blue, yang berada di belakangnya, dengan nakal menyentuh dadanya? Pria itu menangkupnya, meremas dengan lembut, dan sesekali memainkan putingnya—memelintir dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 25: Tamparan Emely untuk Blue 3

Emely terengah-engah, napasnya memburu. Mata cokelatnya yang berkilat-kilat menatap Blue dengan perasaan campur aduk. Antara kecewa, marah, dan luka yang selama ini ia coba pendam dalam-dalam. Namun kini, semuanya menyeruak seperti banjir yang tak terbendung.“Kenapa kamu melakukan ini padaku?” tanya Emely dengan suara bergetar, nyaris tercekat. Tatapannya tak beralih, fokus menusuk ke wajah pria di depannya, menuntut jawaban.Alih-alih menjawab, Blue hanya mengangkat alis dengan ekspresi dingin. “Ada yang salah?” Ia balik bertanya.Emely membuka mulut, hendak membalas, tetapi Blue memotongnya lebih cepat. “Apa yang kulakukan ini adalah bagian dari janji di masa lalu. Kau pasti masih ingat, bukan? Aku yakin ingatanmu cukup tajam untuk itu.”Mendengar itu, Emely mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih. “Kalau bukan karena cita-citaku melanjutkan studi di kota ini, aku tidak akan pernah sudi menjejakkan kakiku di sini—saking aku tidak mau bertemu lagi denganmu!” desisnya taj
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 26: Surat Perjanjian; Sugar Baby? 1

Saat Emely melangkah memasuki kamar mandi yang luas dan mewah, dia segera melepas selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Membiarkan kain itu jatuh begitu saja ke lantai yang bersih dan kering. Tangannya sedikit gemetar, menahan perasaan yang makin menyesakkan dada. Kamar mandi itu terasa terlalu besar, terlalu kosong, dan terlalu sunyi.Emely berjalan perlahan menuju bilik shower yang terpisah di sudut ruangan. Begitu berada di bawah shower, wanita itu menyalakan air, membiarkan aliran air hangat mengguyur tubuhnya; meresap melalui kulitnya, seolah-olah mencoba menghapus beban yang tak tertahankan dalam hatinya. Namun, air yang mengalir bukan hanya dari shower. Air mata yang terpendam dalam diri Emely sejak lama kini ikut meluncur bebas, bercampur dengan derasnya air yang jatuh dari atas kepala. Tanpa bisa ditahan, tubuhnya merosot ke lantai kamar mandi yang dingin. Emely duduk di sana, membungkus tubuhnya dengan kedua lutut, seakan-akan mencoba mencari perlindungan dari dirinya sen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 27: Surat Perjanjian; Sugar Baby? 2

“Semoga dress pilihanku cocok dengan tubuh seksi ini.”Kalimat itu dilontarkan Blue dengan suara rendah, hampir seperti bisikan yang menggelitik telinga Emely. Sebelum wanita itu sempat bereaksi, ia lebih dulu mengecup lembut kulit punggung Emely yang mulus, meninggalkan sensasi hangat di sana.Emely tersentak kecil lalu segera menarik diri ke belakang dengan wajah yang menyiratkan rasa kesal. Meski hanya kecupan singkat, tindakan itu terasa seperti pelanggaran besar baginya. Ia menatap Blue dengan tatapan tajam. “Jangan sentuh aku sembarangan! Najis!” ucapnya tajam. Suaranya penuh amarah.Alih-alih tersinggung, Blue malah tertawa kecil. Suaranya dalam dan meremehkan. Ia tampak begitu menikmati respons defensif dari Emely. Seperti seorang pemain yang baru saja memenangkan babak pertama dari permainannya.“Keluarlah! Ngapain kamu masih di sini?” Emely mendengkus kesal, alisnya bertaut saat menatap pria itu.Blue mengangkat alis, senyumnya makin melebar. “Menunggumu,” jawabnya santai. “
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 28: Surat Perjanjian; Sugar Baby? 3

Kini Emely tahu, ada hal serius yang akan dibahas di sana. Sesuatu yang mungkin akan mengubah arah pembicaraan mereka.Tiba di depan sebuah pintu besar berwarna hitam pekat dengan ukiran minimalis, Blue berhenti sejenak, lalu memutar gagang pintu berbahan logam dingin yang memantulkan sedikit kilauan perak di bawah terpaan cahaya. Dengan gerakan mantap, ia mendorong pintu itu sehingga terbuka, mengungkapkan sebuah ruangan yang memancarkan aura otoritas dan misteri. Blue lalu melangkah masuk, masih menggenggam tangan Emely agar wanita itu terus mengikutinya. Saat memasuki ruangan, kesan pertama yang muncul adalah gelap tetapi elegan. Ruang kerja tersebut didominasi oleh warna hitam, abu-abu gelap, dan sentuhan aksen metalik.Emely memindai pandangannya. Dinding ruangan itu berlapis panel kayu hitam matte dengan garis-garis halus yang memberikan tekstur. Lampu gantung berbentuk geometris menggantung rendah di tengah-tengah ruangan, memancarkan cahaya redup keemasan yang menciptakan baya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 29: Rahasia Emely 1

Ancaman itu datang seperti petir di siang bolong, menggetarkan seluruh dunia Emely dalam sekejap. Ia menatap Blue dengan sorot mata penuh getir, sementara tubuhnya bergetar hebat karena diliputi emosi yang tak terbendung.Dada Emely naik-turun dengan napas tersengal, seolah-olah berjuang untuk menenangkan amarahnya. Dengan suara pelan, ia mendesis, “Kamu tidak akan berani melakukannya!” Mata cokelatnya yang biasanya menatap lembut kini penuh api. “Kamu tidak akan berani, karena kamu sendiri yang memanfaatkan kesempatan itu! Kamu meniduriku, Blue!”Di hadapannya, Blue hanya bersandar santai pada kursi. Tubuh tegapnya terlihat relaks, tetapi aura dominasi menyelimuti setiap gerakannya. Wajah tampan pria itu sulit terbaca, tetapi sorot matanya penuh dengan ketenangan berbahaya. Kemudian, senyuman tipis melengkung di bibirnya, seperti seorang predator yang baru saja mengunci mangsanya.“Mengapa aku tidak berani melakukannya, hmm?” tanya Blue dengan nada rendah. Suaranya nyaris berbisik, t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 30: Rahasia Emely 2

Emely merasa seluruh tubuhnya membeku. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya, apalagi ketika Blue menyebut nama ibunya. “Aku jadi penasaran,” lanjut pria itu dengan nada lebih rendah, hampir berbisik. “Bagaimana reaksi Lucia jika dia tahu semua ini?”Ketakutan tampak makin jelas di mata Emely ketika Blue dengan santainya membawa-bawa nama sang ibu dalam percakapan ini. Mom ..., batinnya dengan perasaan bergejolak. Emely tahu betul seperti apa rasa kecewa yang dirasakan oleh wanita yang paling ia sayangi itu jika semua ini terungkap. Itu adalah hal terakhir yang ingin ia lihat di dunia ini. Namun, apa daya, ia juga tak pernah berpikir jauh sebelum bertindak, hingga akhirnya terjerat dalam masalah-masalah seperti sekarang.Selama tinggal di New York, kehidupan Emely bisa dibilang sangat bebas. Hal itu karena ia selalu berhasil menghindar dari pengawasan ketat keluarganya di Italia. Di hadapan orang tuanya, Emely berhasil menciptakan citra wanita sempurna: seorang pelajar yang fo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status