Home / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of The Sugar Baby of Uncle Blue: Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

Bab 11: Kenyal dan Lembut 2

“Semakin hari, kau semakin liar, sulit diatur, dan otakmu yang cantik ini dipenuhi rencana-rencana licik,” desis Blue. Suaranya rendah tetapi mengancam.Wanita itu tetap diam, tidak sepatah kata pun keluar dari bibirnya untuk membela diri. Ia berdiri kaku, terlalu gugup untuk menghadapi tatapan penuh intimidasi dari pria di hadapannya. Melihat sikap pasif itu, Blue akhirnya menjauhkan tangannya yang semula mencengkeram dagu Emely. Dengan langkah ringan, ia mulai berjalan mengitari wanita itu. Kini, ia berhenti tepat di belakang Emely. “Baiklah,” ucap pria itu akhirnya. Suaranya lebih tenang tetapi tetap dingin. “Aku mengerti kalau saat ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara. Ada hal lain yang jauh lebih penting yang harus kau selesaikan.”Tangan Blue perlahan terulur, jemarinya menggenggam rambut panjang dan halus milik Emely. Dengan gerakan lembut, ia menggeser rambut itu ke sisi kanan bahu sang wanita, memperlihatkan punggungnya yang kini terekspos sempurna. Lalu, dengan geraka
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 12: Unboxing 1

“Sshh—ahh! U–Uncle .…”Desahan itu meluncur dari bibir Emely, menggema lembut di ruangan yang hening. Suara itu seperti melodi yang menari di telinga Blue, membuat pria berusia 38 tahun itu tersenyum tipis, penuh kemenangan. Sesaat, gerakan tangannya terhenti, seolah-olah ingin menikmati reaksi wanita di hadapannya. Namun, hanya sekejap, karena jemarinya kembali bergerak, memberikan remasan lembut tetapi penuh kontrol pada dada Emely. Membuat tubuh wanita itu bergetar halus.Bibir Blue perlahan mendekat lagi. Kali ini bukan menuju leher Emely, melainkan daun telinganya. Dengan lembut, ia mengecup bagian itu, lalu menjulurkan lidahnya, menyapu lembut daun telinga Emely dengan gerakan yang penuh sensualitas. Napas Emely tersengal, desahan kecil kembali keluar dari bibirnya. “Ahhh!”Tubuhnya tersentak, refleks menegang sejenak sebelum akhirnya kembali lemas di bawah sentuhan Blue. Matanya terpejam rapat, bibirnya terbuka, dan dadanya naik-turun, mencoba mengatur napas yang kini mulai ti
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 13: Unboxing 2

Blue menyipitkan matanya, pura-pura tidak mengerti. “Lalu, apa yang kau inginkan?” tanyanya dengan nada lembut tetapi jelas menuntut. Ia tahu jawabannya, tetapi ingin mendengar langsung dari bibir Emely.“Hmm? Katakan padaku,” desaknya lagi. Ia menunggu sang wanita membuat keputusan. “Apa yang kau inginkan, Emely? Apa yang kau butuhkan?”Napas Emely terdengar tidak teratur. Tubuhnya bergetar, kakinya bergerak gelisah, berusaha menahan sesuatu—kedutan yang terasa menguasai inti tubuhnya. Akhirnya, dengan suara yang hampir seperti bisikan, ia menjawab, “Sentuhanmu ....”Blue diam. Tatapannya tetap terarah pada wanita itu, memperhatikan setiap gerak-geriknya. Namun, keheningan itu justru membuat Emely makin tidak sabar. Dengan gerakan cepat, ia meraih tangan Blue, membawanya langsung ke dadanya.“Please,” pintanya dengan nada setengah berbisik, setengah memohon. Wajahnya yang memerah menjadi kombinasi sempurna antara rasa malu dan gairah yang menggelora. “Aku ... aku tidak mengerti kenap
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 14: Unboxing 3

Sementara itu, Blue meraih kedua tangan Emely, membawanya ke atas kepala sang wanita. Gerakannya mantap, tetapi tidak kasar. Kedua pergelangan tangan itu dicekal dengan satu tangan besar Blue, digenggamnya dengan cukup kuat untuk menahannya di tempat tanpa menyakiti. Ciumannya makin mendalam. Bibir Blue melumat, mengulum, dan mengisap bibir Emely dengan ritme yang perlahan tetapi penuh gairah. Sentuhannya seakan-akan menuntun Emely ke dalam perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Wanita itu tidak melawan, bahkan balasannya makin menunjukkan keinginannya untuk terus tenggelam dalam momen tersebut.Dengan tangan bebasnya, Blue membiarkan dirinya menjelajahi sisi wajah Emely. Jari-jarinya menyentuh pipi halus sang wanita, bergerak pelan menuju rahangnya, dan berhenti di pangkal leher. Sentuhannya terasa hangat, menggoda, tetapi tetap penuh kendali. Membuat Emely merasa kecil dan rapuh di bawah kendali pria itu.Ketika Blue akhirnya menarik diri sedikit untuk mengambil napas, ia
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 15: Unboxing 4

Blue mendekat pada Emely dan mencium bibir wanita itu. “Hmmppttt ....” Sementara itu, tangannya bergerak menuju inti tubuh si wanita. Ia mengusap lembut area sensitif itu, membuat tubuh Emely seketika menggelinjang. Jari tengahnya sengaja ditekan tepat pada belahan hangat yang terasa lembap.“Uhh!” Emely melenguh dengan suara pelan ketika Blue melepaskan bibirnya, sementara jari besar dan panjang pria itu menggesek klitorisnya dengan intens. Napasnya makin tersengal. Dadanya naik-turun dengan ritme yang begitu cepat, sedangkan sebelah tangannya mencengkeram kuat bahu kokoh pria itu.“Akhhh! Uncle! Akhhh!” Emely menjerit disusul oleh tubuhnya yang bergetar hebat ketika mengalami squirt yang begitu dahsyat.Blue segera menjauhkan tangan dari klitoris Emely. Ia menatap dengan tatapan puas. Cairan bening itu muncrat sangat banyak, membuat seprai basah kuyup. Tanpa membuang-buang waktu, Blue segera mengambil posisi di antara kedua kaki Emely sambil menekan paha bagian dalam sang wanita. Ia
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 16: Unboxing 5

Blue menurunkan wajah lebih dekat ke dada Emely. Ia mengulum puting payudara itu tanpa mengganggu goyang pinggulnya.“Ahh! Ahh! Ahh!” Emely menengadahkan wajah ke langit-langit dengan mata terpejam erat, sedangkan tangannya meremas rambut pria itu dengan manja, sambil sesekali menekan wajah Blue di atas dadanya.Blue menjauhkan wajah, meninggalkan dada Emely, dan mendekat ke telinga wanita itu. “Aahhh! Emely!” desahnya sambil memeluk erat tubuh Emely. Gerakan pinggulnya makin cepat, menusuk-nusuk liang kenikmatan sang wanita dengan intensitas yang luar biasa.“Ahh! Ahh! Blue …, oh my God! Akhh!” Suara Emely memecah keheningan, menggema penuh gairah di ruangan yang makin panas. Desahannya terputus-putus, bercampur dengan tarikan napas yang kian berat.Dengan mata terpejam, Blue membiarkan dirinya sepenuhnya tenggelam dalam momen itu. Ia menyandarkan wajahnya di lekukan leher Emely. Napasnya hangat, menyapu lembut kulit wanita itu, menciptakan sensasi yang begitu intim. Sudut bibirnya p
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 17: Amara 1

“Selamat pagi. Nona Amara sudah bangun rupanya?” sapa seorang wanita dengan lembut. Ia tampak mengenakan seragam pengasuh rapi berwarna biru pastel. Wajahnya yang selalu dihiasi senyuman ramah itu adalah Gina, sang pengasuh penuh untuk Amara.“Selamat pagi juga, Nanny!” balas Amara dengan ceria. Sudut bibir mungilnya melengkung manis. Gadis kecil berusia empat tahun itu sedang duduk di atas ranjang, memeluk erat boneka kelinci favoritnya yang sudah agak lusuh karena sering dipeluk.Gina mendekat dengan langkah ringan lalu duduk di tepi ranjang, tepat di samping Amara. Tangannya yang hangat mengusap pelan rambut gadis kecil itu yang masih sedikit berantakan. “Bagaimana tidurmu semalam? Apakah nyenyak? Atau, sangat nyenyak?” tanyanya dengan nada riang, kebiasaan yang ia lakukan setiap pagi. Ia tahu, biasanya pertanyaan ini berhasil mengundang tawa kecil dari Amara, tetapi pagi ini reaksi gadis kecil itu berbeda.Amara menggeleng pelan, mata bulatnya menatap lurus ke arah boneka kelinci
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 18: Amara 2

Kening Amara berkerut, ia menatap wanita itu dengan bingung. Wanita itu siapa, ya? tanyanya dalam hati. Kakinya yang mungil melangkah perlahan mendekati ranjang, matanya bergantian menatap Blue dan wanita itu. Atau ..., jangan-jangan dia Mommy? pikir Amara dengan penuh harap. Mungkin, semalam Daddy terlambat pulang karena pergi menjemput Mommy? Kalau begitu, kenapa Mommy tidak bangun dan menyapaku? Kini, Amara sudah berada di sisi ranjang. Ia memperhatikan ayahnya yang tidur miring, wajahnya terlihat damai. Perlahan, ia menaikkan salah satu kakinya ke pinggir ranjang, berusaha mendekat untuk mencium pipi Blue. Meski sedikit kesulitan, akhirnya ia berhasil. Bibir mungilnya menyentuh lembut pipi sang ayah sebelum ia cepat-cepat turun kembali ke lantai, takut mengganggu tidur pria itu. Namun, tindakan kecilnya itu cukup untuk membangunkan Blue. Pria itu menggeliat pelan sebelum matanya terbuka, terlihat sedikit linglung. Ia menoleh ke arah Amara dan rasa terkejut terpancar di wajahnya
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 19: Amara 3

Blue menghela napas panjang. Ia menatap wajah polos putrinya dan akhirnya mengambil keputusan. “Iya, dia mommy-mu, Mommy Emely,” jawabnya dengan suara lembut.Amara tampak hendak berseru kegirangan, tetapi Blue segera meletakkan telunjuk di depan bibir putrinya. “Ssstt! Mommy masih tidur. Kasihan, dia sangat lelah.” Amara mengangguk dengan cepat lalu mendekatkan bibir ke telinga sang ayah. Dia berbisik, “Mommy kelelahan karena semalam dijemput sama Daddy, ya?”“Ya,” jawab Blue singkat. Namun, dalam diam, sudut bibirnya terasa berkedut karena menahan senyum ketika mengingat kebenaran di balik kelelahan Emely yang sebenarnya.Semalam, mereka bercinta tak hanya sekali, tetapi sampai tiga kali penyatuan hingga Emely terkapar lemah tak berdaya akibat kelelahan dan akhirnya jatuh tertidur.“Sekarang kita keluar, ya, Nak? Biarkan Mommy tidur sebentar lagi. Kasihan kalau dibangunkan sekarang,” ajak Blue sambil melangkah keluar dari kamar dengan Amara masih dalam gendongannya.Setelah tiba di
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 20: Blue yang Manipulatif 1

Residenza Aurelia Nova, Roma, Italia.Di jantung Kota Roma, Italia, terdapat sebuah kompleks perumahan eksklusif bernama Residenza Aurelia Nova. Berlokasi tidak jauh dari Vatikan, kawasan ini menjadi tempat tinggal kalangan atas, dengan rumah-rumah modern yang diberi sentuhan klasik. Setiap rumah memiliki fasad megah dengan jendela-jendela besar dan pintu kayu berukir, dihiasi tanaman bougenville yang menjalar indah di dinding luar. Jalan setapak yang melintasi kompleks itu terbuat dari batu basalt yang khas, memberikan nuansa Roma kuno yang tak lekang oleh waktu.Sebuah rumah bercat putih gading dengan taman depan kecil yang dipenuhi mawar tampak sunyi di siang itu. Di balik salah satu jendelanya yang besar, terlihat Lucia—seorang wanita paruh baya dengan rambut cokelat keemasan—tengah duduk di sofa ruang tamu. Lucia duduk dengan gelisah, tubuhnya sedikit membungkuk ke depan. Di tangannya, ponsel berwarna hitam terus ia genggam erat. Jemarinya yang lentik sesekali mengetuk-ngetuk la
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status