Semua Bab Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Bab 201 - Bab 210

210 Bab

Bab 201

Anggota Keluarga Cladia meneguk minuman mereka dengan gembira.Saat itu, Hana memperhatikan Hendro yang duduk di sampingnya. Sejak tadi, Hendro tidak berkata apa-apa. Dia juga tidak ikut dalam obrolan apa pun yang melibatkan Keluarga Cladia. Sikapnya sangat rendah hati dan tidak mencolok.Sejak Wenny pergi tadi, Hendro terus saja menatap ke arah tempat Wenny menghilang. Pikirannya melayang entah ke mana.Hana pun bertanya, "Hendro, kamu kenapa? Apa kamu nggak setuju dengan keputusan kami untuk berinvestasi dalam tim medis Dewa C?"Hendro mengangkat kelopak matanya yang tampan dan melirik sekilas ke arah Dewa C yang duduk di seberangnya.Dewa C merasa sedikit gugup. Tatapan Pak Hendro ini terlihat tenang, tetapi di balik ketenangan itu ada ketajaman yang seakan bisa menembus dan membaca isi hatinya.Bukan hanya Pak Hendro, bahkan Wenny yang barusan pun membuatnya merasa takut.Akan tetapi, Hendro hanya menatapnya sebentar lalu segera mengalihkan pandangannya. "Nggak apa-apa. Ini urusan
Baca selengkapnya

Bab 202

"Dupa ini akan diantar ke kamar Pak Hendro dan Nona Hana ya?""Ya, ini perintah Nyonya Jena dan Nyonya Landy. Ini Dupa Asmara lho.""Kelihatannya malam ini Nona Hana dan Pak Hendro bakal ada hasil nih.""Tunggu saja. Sebentar lagi, Nona Hana kita bakal resmi jadi istri Pak Hendro.""Bukan cuma itu. Malam ini, Dewa C juga tinggal di sini. Sepertinya, dia juga bakal ada hasil sama Nona Susan. Malam ini, Nyonya Jena senyum-senyum terus. Mulutnya seperti nggak bisa ditutup. Dua calon cucu menantu ini benar-benar kesayangannya.""Lihat saja nanti. Keluarga Cladia bakal makin berjaya ke depannya."Obrolan kedua pembantu itu makin lama makin menjauh.Wenny mendengar jelas semua yang mereka katakan. Ternyata Bu Jena dan Landy berencana bakar Dupa Asmara untuk jebak Hendro?Dulu Hendro juga pernah dipaksa menghirup dupa perangsang di rumah Keluarga Cladia, tetapi waktu itu efeknya tidak terlalu kuat. Hendro berhasil menahan diri sampai efeknya hilang.Namun kali ini, Dupa Asmara yang digunakan
Baca selengkapnya

Bab 203

Langkah kaki Hendro terhenti. Dia berbalik menatap Hana.Hana juga menghirup Dupa Asmara. Tubuhnya juga mulai terasa panas. Wajah cantiknya sudah dipenuhi rona kemerahan. Dia menggigit bibir merahnya sambil menatap Hendro dengan pandangan yang penuh rasa manja dan gairah.Landy melanjutkan, "Pak Hendro, di saat seperti ini Hana sangat membutuhkanmu. Kamu nggak mungkin tega meninggalkannya, 'kan?"Hendro memandang Hana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Saat itu, Hana mengangkat selimut, turun dari ranjang, lalu langsung berlari dan memeluk Hendro.Andy dan Landy saling bertukar pandang dengan puas. Setelah itu, mereka pun menutup kembali pintu kamar dengan tenang.Tali gaun tipis di pundak Hana sudah melorot dari bahu kanannya dan memperlihatkan kulitnya yang halus dan lembut. Itu membuat dirinya terlihat cantik sekaligus memikat. Tatapannya penuh cinta saat memandang Hendro. "Hendro, aku tahu kok orang yang paling kamu suka tetap diriku, 'kan?"Sambil berbicara, Hana merentangkan ked
Baca selengkapnya

Bab 204

Wenny tadinya ingin membalas pesan Whatsapp, tetapi ponselnya bergetar pada saat ini. Tiba-tiba ada telepon masuk.Melihat nama yang terpampang di layar, bulu mata Wenny bergetar halus.Orang yang meneleponnya bukan orang lain, melainkan Hendro!Hendro bisa-bisanya meneleponnya.Kenapa pria itu tiba-tiba menelepon?Bukankah dia sedang bersama Hana?Wenny tidak tahu apa tujuan Hendro meneleponnya, jadi dia tidak mengangkatnya.Suara getaran itu terus berbunyi lama sekali. Hendro meneleponnya berkali-kali sampai akhirnya ponselnya kembali sunyi.Wenny berbaring di ranjang. Kini, malam sudah larut. Dia memejamkan mata, tetapi tetap tidak bisa tidur.Saat masih berguling-guling di ranjang, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah pintu.Seseorang sedang mengetuk pintu.Siapa itu?Ketukan itu terdengar lagi. Jari-jari yang ramping tetapi kuat itu mengetuk pintu dengan irama yang jelas dan penuh kekuatan.Wenny turun dari ranjang dan pergi membuka pintu. Begitu pintu terbuka, di hadapanny
Baca selengkapnya

Bab 205

Wenny menolak, "Nggak boleh!"Sambil berkata begitu, Wenny berusaha sekuat tenaga untuk mendorongnya.Saat itu, tanpa sengaja Wenny justru mendorong bagian tangan kirinya. Hendro tiba-tiba mengerang pelan karena rasa sakit.Wenny pun terdiam dan berhenti bergerak. "Kamu kenapa?"Hendro menatapnya, lalu berkata, "Wenny, tanganku sakit."Hendro mengangkat tangan kirinya dan memperlihatkannya di depan Wenny.Wenny tahu tangan kirinya memang terluka cukup parah, tetapi dia tidak tahu waktu itu tangan Hendro sampai harus dijahit sebanyak 23 jahitan. Meski benangnya kini sudah dilepas, bekas luka yang dalam masih tertinggal di telapak tangannya. Bentuknya seperti ulat bulu yang menempel.Lorong rumah sakit itu hanya ada mereka berdua. Lampu di atas kepala menyala temaram dan memancarkan cahaya hangat. Jarak di antara mereka terasa makin dekat, bahkan detak jantung masing-masing bisa terdengar jelas di telinga. Hendro menatapnya, lalu sekali lagi berucap, "Wenny, kamu lihat sendiri, 'kan? Tan
Baca selengkapnya

Bab 206

Meskipun sudah berbaring, Wenny tetap tidak bisa tertidur. Tidak lama kemudian, suara ketukan kembali terdengar. Seseorang datang lagi.Siapa lagi kali ini?Wenny membuka pintu bangsal. Di luar pintu, berdiri Sutinah yang terlihat tergesa-gesa. "Nyonya Wenny."Wenny keluar dari bangsal sambil bertanya, "Sutinah, kenapa kamu ke sini?"Wajah Sutinah dipenuhi kekhawatiran. "Nyonya Wenny, Pak Hendro kena efek dupa perangsang di rumah Keluarga Cladia. Tolong Nyonya ke Taman Baloi untuk lihat keadaan Pak Hendro.""Bukankah tadi dia sendiri yang suruh kamu cari gadis muda yang masih perawan dan antar ke sana? Aku nggak akan ke sana." Wenny berniat kembali ke dalam."Nyonya Wenny!" Sutinah buru-buru memanggilnya. Dia melanjutkan, "Pak Hendro bilang semua itu cuma karena emosi. Dia sengaja bilang seperti itu biar kamu dengar. Masa kamu nggak sadar?"Tangan Wenny yang sedang memegang gagang pintu refleks terhenti sesaat."Nyonya Wenny, hari itu waktu di resor, Pak Steve memang jadi tameng dan me
Baca selengkapnya

Bab 207

Hendro mengangkat kepalanya. Dia melihat sosok yang anggun dan bersih. Wenny datang!Hendro pun menekan bibir tipisnya. "Untuk apa kamu datang ke sini? Siapa yang menyuruhmu datang?"Wenny melangkah masuk ke ruang tamu dan berjalan ke hadapannya."Sutinah!" panggil Hendro. Dia melanjutkan, "Sutinah, orang yang kusuruh kamu siapkan kenapa masih belum datang?"Namun, tidak ada suara yang membalasnya.Tak ada satu pun orang yang menjawab.Wenny pun tetap diam tanpa berkata apa-apa.Hendro mengangkat tangannya, lalu menarik longgar kancing kerah kemejanya. Dia memandang Wenny sambil mengusir, "Keluar!"Wenny menurunkan bulu matanya yang lentik dan indah. Dia menatapnya sambil berkata pelan, "Kalau gitu, aku benar-benar keluar ya."Wenny langsung berbalik dan hendak pergi.Namun saat berikutnya, tangan seorang pria yang ramping dan kuat tiba-tiba meraih lengannya dan mencengkeramnya erat. Gigi Hendro terkatup rapat saat menyebut namanya, "Wen ... ny!"Hendro memanggil namanya karena terlalu
Baca selengkapnya

Bab 208

Tubuh Wenny menegang. Dia langsung berusaha melepaskan diri. "Hendro, jangan!"Namun, Hendro malah memeluknya erat. Dia menarik Wenny kembali dan menindihnya lagi ke sofa, lalu menunduk dan langsung mencium bibir merah Wenny.Wenny terus-menerus memberontak. Justru karena gerakan itu, Hendro menjadi makin sulit menahan diri. Dorongan emosi yang menumpuk akhirnya membuatnya tak sengaja menyenggol sebuah vas bunga hingga jatuh. Koran dan majalah yang ada di atas meja pun berhamburan ke karpet ....Tak lama kemudian, Wenny berhenti bergerak. Kepalanya sempat terbentur pada sandaran atas sofa. Rasa sakit itu membuat air mata menetes dari ujung matanya.Tubuh pria di atasnya tiba-tiba menegang. Sepasang matanya yang hitam pekat penuh dengan ketidakpercayaan. Dia menatap Wenny sambil bertanya dengan terkejut, "Kenapa kamu masih ... perawan?"Hendro mengira Wenny sudah tidak perawan.Hendro tidak berani membayangkan dia masih perawan.Wenny perlahan bangkit, lalu langsung menggigit pundaknya
Baca selengkapnya

Bab 209

Hendro masih belum terbangun. Jelas, dia tidak bisa memberi jawaban untuk pertanyaan itu.Di saat itulah, ponsel Wenny tiba-tiba menyala. Ada panggilan masuk.Mona yang meneleponnya.Wenny menekan tombol terima, lalu suara Mona yang terdengar cemas langsung terdengar dari seberang sana. "Halo, Wenny, kamu di mana? Cepat balik ke asrama. Terjadi sesuatu pada Yuvi!"Apa?Terjadi sesuatu pada Yuvi?Wenny langsung menutup telepon. Dengan hati-hati, dia melepaskan diri dari pelukan Hendro. Kemudian, dia memungut pakaian yang berserakan di atas karpet dan buru-buru mengenakannya. Tanpa buang waktu, dia cepat-cepat meninggalkan tempat itu.Begitu Wenny pergi, tak lama kemudian terdengar suara pelan. Pintu besar Taman Baloi terbuka dan seseorang melangkah masuk diam-diam tanpa suara.Orang itu adalah Mona!Mona datang!Begitu masuk, Mona langsung melihat sosok Hendro yang masih tertidur lelap di atas sofa, serta pakaian-pakaian yang berserakan di atas karpet. Siapa pun yang melihatnya pasti ta
Baca selengkapnya

Bab 210

Sutinah menjelaskan, "Setelah Nyonya Wenny masuk ke bangsal, aku cuma bisa mengikuti perintahmu untuk mencari seorang gadis muda yang masih perawan dan membawanya kemari."Orang yang dimaksud adalah Mona.Wajah Hendro sama sekali tidak memperlihatkan emosi apa pun ketika berujar "Oke, aku sudah paham."Hendro lalu melangkah masuk ke kamar mandi dan mulai mandi air dingin.Air sedingin es mengguyur kepalanya dan membasahi seluruh tubuhnya. Dia menundukkan wajah tampannya, lalu membiarkan air terus menyiram dirinya dan membersihkan semua jejak di tubuhnya.Di tubuhnya, ada beberapa bekas cakaran. Di bahunya, bahkan ada satu bekas gigitan kecil yang dalam. Tadi malam, Hendro mengira semua bekas itu adalah jejak yang ditinggalkan oleh Wenny.Namun nyatanya, bukan.Tadi malam, semua itu hanyalah mimpi.Hendro hanya mengalami mimpi penuh gairah tentang dirinya dan Wenny.Akan tetapi, Wenny sama sekali tidak pernah datang.Yang tidur bersama Hendro ternyata adalah teman kuliah Wenny.Hendro m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status