Semua Bab Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Bab 191 - Bab 200

213 Bab

Bab 191

Melihat Wenny, Pak⁠ Melvin tertegun sejenak. Matanya seketika berbinar terang penuh nafsu, “Dari mana datangnya bidadari ini? Cantiknya seperti bidadari dari langit.”Mona gemetar ketakutan, bersembunyi di balik tubuh Wenny. “Ini... ini teman sekelasku... Tuan Melvin, kami masih mahasiswi... Kami nggak mau melayani seperti itu... Tolong lepasin kami...”“Mahasiswi, ya? Aku paling suka tipe seperti kalian.” Pak Melvin melirik penuh arti. “Kalau kalian teman sekelas, maka malam ini kalian layani aku berdua.”Tanpa memberi waktu, dia langsung memerintahkan pada dua pengawalnya, “Bawa mereka berdua sekarang juga.”Wenny berdiri kokoh, melindungi Mona yang tubuhnya sudah menggigil hebat. Tatapannya tajam menusuk, dingin dan tak tergoyahkan. “Di siang bolong berani menculik wanita? Ini ilegal!”"Ilegal? Hahaha." Tuan Melvin tertawa keras, penuh kesombongan. “Di Kota Livia ini, aku adalah orang penting. Aku bisa duduk satu meja makan dengan Hendro Jamil, orang paling berkuasa di kota ini. Ber
Baca selengkapnya

Bab 192

Dia berkata dengan suara datar, "Nggak kenal." Setelah berkata begitu, dia melangkahkan kaki panjangnya dengan tenang, meninggalkan tempat itu bersama para bos besar di belakangnya, dan masuk ke dalam ruang VIP yang mewah. Tubuh Wenny sedikit menegang. Mona yang sejak tadi bersembunyi di belakang Wenny, begitu melihat Hendro sampai-sampai lupa bagaimana caranya menangis. Tatapannya terpaku penuh kekaguman pada sosok tegap dan tampan Hendro, memandangnya seperti gadis kecil yang sedang jatuh cinta. Setelah mengantar Hendro pergi, Pak Melvin langsung menoleh tajam ke arah Wenny, “Hahaha! Katamu kamu istri Pak Hendro? Tapi Pak Hendro sendiri nggak kenal kamu. Dasar penipu!”Wenny tak bisa membalas sepatah kata pun. Pak Melvin tidak ingin membuang waktu lagi. “Tangkap mereka!”Dua pengawal berbaju hitam langsung menangkap Wenny dan Mona dengan kasar. Mona coba meronta. “Lepaskan aku!”Wenny tampak tenang. Dia menyembunyikan jarum perak dan obat bius di tubuhnya. Begitu Pak Melvin mas
Baca selengkapnya

Bab 193

Hendro minta Wenny untuk bersulang dengannya. Tubuh Wenny menegang seketika. Pak Melvin pun membeku, tak memahami maksud Hendro. 'Apa Pak Hendro tertarik dengan Wenny?' Kalau benaran begitu, maka dia harus menyerah. Dia tidak punya nyali untuk berebut wanita dengan Hendro. "Kenapa masih duduk aja? Cepat pergi bersulang dengan Pak Hendro." Pak Melvin mendesak Wenny. Para bos lainnya tertawa, " Banyak mahasiswi yang ingin bersulang dengan Pak Hendro. Tapi baru kali ini ada yang benar-benar diberi kesempatan.""Ayo, cepat! Jangan buat Pak Hendro menunggu."Semua mata tertuju pada Wenny. Mau tak mau, dia harus maju dan bersulang dengan⁠ Hendro. Wenny tak paham apa maunya Hendro, tapi dia tetap berdiri, membawa gelas anggur dan melangkah ke arahnya. "Pak Hendro, biarkan aku bersulang untukmu."Kini Wenny berdiri, Hendro masih duduk, tingginya tak seberapa, tapi aura dominannya menenggelamkan segalanya. Dia menelusuri sosok Wenny dari atas ke bawah dengan pandangan penuh penilaian, s
Baca selengkapnya

Bab 194

Saat Hendro sengaja menggodanya, barulah mata Wenny menjadi hidup ketika dia memelototinya. Hendro menunduk sedikit, suaranya dingin tapi bernada main-main. “Kalau kamu mohon padaku, aku akan bawa kamu pergi.”'Emang dia siapa? Dari awal harusnya sudah tahu kalau aku lagi kesulitan, tapi tetap aja minta aku sendiri yang mohon.' Wenny tidak mungkin mengemis padanya. Dia tak butuh diselamatkan olehnya. Dia tidak ingin berutang budi. “Pak Hendro, tolong lepaskan aku!” Dengan sekuat tenaga, Wenny berhasil lepas dari pangkuannya dan berdiri. Dia tak ingin tinggal sedetik pun di sana, langsung membuka pintu dan pergi keluar. Pak Melvin buru-buru berdiri. “Pak Hendro, kalau gitu kami pamit dulu?”Namun tanpa anggukan dari Hendro, tidak ada yang berani benar-benar melangkah. Hendro tidak menjawab. Diamnya adalah isyarat setuju dan Pak Melvin pun segera pergi. Wajah tampan Hendro seketika membeku. Aura dingin seperti badai mulai menyelimuti dirinya. Semua orang yang hadir pun saling
Baca selengkapnya

Bab 195

Hendro membuka pintu belakang mobil, menarik kerah baju Pak Melvin dan menyeretnya keluar dengan kasar. Pak Melvin sudah gemetar ketakutan. "Pak...Pak Hendro, aku salah apa sampai kamu sangat marah? Tolong... "Namun Hendro tak memberi kesempatan untuk bicara. Satu pukulan telak mendarat tepat di wajah Pak Melvin. “Bugh!” Tubuh Pak Melvin terpental dan membentur mobil dengan keras. Saat Hendro bertarung, otot-otot di balik setelan jas dan kemejanya tampak tajam dan penuh kekuatan, setiap gerakannya bertenaga dan berirama. Pukulan demi pukulan menghantam tubuh Pak Melvin tanpa ampun, hingga wajahnya berlumur darah. Pak Melvin bahkan sudah tidak mampu lagi mohon ampun. "Tangan mana yang kamu pakai untuk pegang dia? Yang ini?"Krak! Hendro langsung mematahkan tangan kanan Pak Melvin tanpa ragu. Pak Melvin tergeletak di tanah, tidak berdaya lagi. Saat itu, Sutinah datang bersama beberapa orang. “Pak Hendro.”Wajah Hendro yang tampan dan angkuh tegang menahan amarah, suaranya dingin
Baca selengkapnya

Bab 196

Sambil tersenyum penuh makna, Yuvi mengedipkan mata pada Wenny, "Wenny, kali ini suamimu benar-benar keren banget."Mona menatap Wenny dengan mata membelalak. "Wenny, ternyata Pak Hendro itu beneran suamimu? Kamu beneran Nyonya Hendro Jamil?"Yuvi mengangguk penuh bangga. "Beneran! Wenny ini istrinya Hendro Jamil!Mona tampak tak percaya. Dia menggenggam tangan Wenny erat-erat, matanya dipenuhi rasa iri yang manis. "Wenny, kamu benar-benar wanita paling beruntung di dunia ini."Wenny hanya bisa tersenyum samar, senyum yang sulit dijelaskan. ‘Beruntung? Beruntung apanya?’Wenny sedang berbaring di tempat tidur, dia mengeluarkan ponselnya dan mengklik Whatsapp dengan nama kontak [Suami]. Setelah ragu - ragu sebentar, dia masih mengirim pesan, [Terima kasih].Dua kata sederhana, terima kasih. Ting!Balasan dari Hendro masuk. Hendro cuma menjawab sederhana, 5 kata saja: [Mau terima kasih pakai apa?]Ujung jemari Wenny yang ramping dan pucat mengepal ringan, lalu dia tidak balas lagi. D
Baca selengkapnya

Bab 197

Mendengar suara obrolan santai dua karyawan perempuan itu, Mona perlahan menoleh, menatap ke arah gedung megah milik Grup Jamil. Dia belajar akting, tentu dia tahu betul bahwa Omni Entertaiment di bawah naungan Grup Jamil menguasai setengah dari industri hiburan, dengan sumber daya dan koneksi kelas atas yang bahkan tidak bisa disentuh oleh sebagian besar orang seumur hidup mereka. Ini semua milik pria ini, Hendro Jamil. Mata Mona perlahan bersinar terang......Hendro kembali ke kantornya dan membanting dokumen di tangannya ke atas meja. Dia mengeluarkan ponselnya dan membuka Whatsapp. Wenny tidak membalas pesan terakhirnya. Saat itu, Sutinah masuk ke dalam ruangan, menunduk dan melapor pelan, “Pak Hendro, Nyonya lagi nggak di universitas sekarang. Dia pergi ke rumah sakit temani Pak Steve.”Selama beberapa hari ini, semua pergerakan Wenny selalu ada yang melaporkannya. Dan sejak pagi, dia memang langsung ke rumah sakit menemani Steve. Ekspresi Hendro langsung menggelap, hawa di
Baca selengkapnya

Bab 198

Para pelayan terlihat antusias, mata mereka berbinar kagum saat membicarakan Susan. Pada saat ini, Bu Jena sudah turun bersama Martin dan Nia ke lantai bawah. Mereka bertiga tampil anggun dan resmi, wajah dipenuhi kebahagiaan. Tatapan Bu Jena berubah dingin saat melihat Wenny. “Wenny, malam ini Susan bawa Dewa C pulang. Kamu jangan ngomong sembarangan, jangan sampai buat masalah. Kalau nggak, kamu akan nyesal!”Martin dan Nia hanya menatapnya sekilas sebelum berkata, “Bu Jena, Susan dan Dewa C sudah hampir sampai. Ayo kita keluar sambut mereka.”Begitu kalimat itu selesai diucapkan, sebuah mobil mewah parkir di halaman vila Keluarga Cladia. Susan masuk sambil menggandeng lengan Dewa C. Malam itu, Susan tampil memukau dalam balutan gaun panjang, pesonanya terang bak bintang malam. Dengan bangga dia umumkan, “Nenek, Ayah, Ibu, kenalin… ini Dewa C, pacarku.”Ketiga orang tua itu, Bu Jena, Martin, Nia serentak menoleh menatap Dewa C, penuh kepuasan. “Dewa C, sudah lama kami dengar na
Baca selengkapnya

Bab 199

Bagi Bu Jena malam ini adalah momen paling gemilang dalam hidupnya. Kedua cucu kesayangannya telah mengangkat namanya begitu tinggi, membuatnya merasa seperti melayang di langit ketujuh. Hana dan Susan sama-sama tersenyum bahagia. Kedua keluarga itu tampak penuh dengan tawa dan kebahagiaan. Wenny hanya bisa berdiri diam di sudut ruangan, menyaksikan keramaian dan kemewahan Keluarga Cladia yang seakan tak pernah menyisakan tempat untuknya. Satu-satunya orang yang benar-benar ada untuknya cuma ayahnya yang telah lama bersemayam di bawah tanah, terlupakan oleh seluruh keluarga. Tiba-tiba, Wenny merasakan tatapan yang tertuju padanya. Saat dia mengangkat kepalanya, tatapan itu datang dari Hendro. Di bawah cahaya lampu yang terang, Hendro berdiri tegak dan memandang lurus ke arahnya. 'Dia sedang lihat apa?' Malam ini, dia datang ke Keluarga Cladia cuma untuk memberi dukungan pada Hana.Semua orang rasanya lupa, kalau Nyonya Hendro yang sah itu dia.Lucu Sekali.Wenny memalingkan waja
Baca selengkapnya

Bab 200

Martin tertawa, "Wenny itu pasti iri dengan Susan, makanya dia sengaja buat onar. Dia cuma mau merusak makan malam ini.” Nia menimpali dengan cibiran, “Cewek kampung kayak dia, berani-beraninya menyebut Dewa C seorang penipu, nggak tahu diri.”Susan menggenggam tangan Dewa C, meminta maaf sambil tersenyum manis “Dewa C, tolong jangan tersinggung atas kata-kata Wenny. Dia itu iri sama kita, otaknya sudah nggak normal.”Dewa ⁠C menatap ke arah pintu, tempat Wenny menghilang beberapa saat lalu. Napasnya sedikit lega. Dia sendiri tidak yakin seberapa banyak Wenny tahu, tapi kehadiran gadis itu cukup membuatnya merasa gelisah dan tidak tenang. Untungnya, orang-orang di Keluarga Cladia segera menyingkirkannya. Kini dia memandang seluruh Keluarga Cladia seperti menatap harta karun di dalam sakunya. Dengan senyum tenang yang memancarkan kehangatan palsu, dia berkata, “Nggak apa, aku nggak masalah kok.”Bu Jena tertawa gembira, “Sudah, ayo kita lupakan Wenny, kita makan-makan saja.”“Ngomong
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status