Semua Bab Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Bab 181 - Bab 190

213 Bab

Bab 181

'Apa yang baru dia katakan?' ‘Cowok ini... benar-benar keterlaluan!’"Hendro, sebenarnya kamu mau ngapain sih?" suara Wenny bergetar, namun dia menatapnya dengan penuh amarah.Hendro melirik tangan kecil yang dia sembunyikan di belakang tubuhnya. "Pakai dan kasih aku lihat."Napas Wenny tercekat. Hendro.. melihat pakaian dalam yang dia genggam? Dan Hendro ingin dia pakai itu untuk dia? Wenny meradang, langsung melemparkan lingerie itu ke wajah tampan cowok di depannya. "Nggak mau!"Hendro tak menghindar. Pakaian dalam itu terjatuh begitu saja ke atas karpet. Dia hanya menunduk dan memungutnya, lalu mengangkat wajah Wenny dengan satu tangan, menyentuh pipinya yang seputih giok, sekecil telapak tangan. "Kamu bisa pakai untuk Steve, kenapa nggak pakai untuk aku?"Wajah kecilnya terkurung dalam genggamannya, membuatnya harus mendongak dan menatapnya langsung. Tapi Wenny tak paham apa maksud ucapannya. Dia belum pernah memakai benda itu untuk Steve. Dia sama sekali belum pernah memakain
Baca selengkapnya

Bab 182

'Apa mempermalukannya benar-benar membuatnya begitu bahagia?' …Hendro berdiri membisu di balkon, tubuh tinggi tegapnya terbalut piyama sutra hitam. Di antara dua jari lentiknya, sebatang rokok menyala perlahan. Asap tipis melingkari wajahnya, menyamarkan ekspresi sebenarnya, namun kerutan tajam di antara alis tegasnya tetap terlihat jelas. Dia mengisap rokok dengan kasar dan setiap tetes abu yang jatuh membawa bara merah yang menyala, seolah mewakili amarah yang membara dalam dadanya. Dia merasa dirinya hampir gila. Kamar suite Diamond Sea View itu sebenarnya tidak bermasalah. Dialah yang minta manajer vila untuk mengatakan sebaliknya. Dia hanya tidak rela melihat Wenny dan Steve tinggal bersama.Setiap kali mengingat Wenny memesan kondom dan lingerie, pikirannya langsung dipenuhi bayangan mengerikan tentang apa yang sedang mereka lakukan. Dia benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya. Di tengah malam seperti ini, Hendro akhirnya menyadari sisi terdalam yang tersembunyi da
Baca selengkapnya

Bab 183

Apa mau berantam?Tatapan mata Hendro langsung berubah tajam. Dalam sekejap, ketegangan di antara dirinya dan Steve memanas, layaknya bara api yang siap meledak. Hana terpana. Dia tidak pernah menyangka, Steve yang sejak kecil tumbuh bersama Hendro mau berkelahi demi Wenny. Keduanya adalah sahabat karib yang bahkan mengenakan celana yang sama. Hana segera menunjuk ke arah Wenny dengan nada menyalahkan, “Wenny, kamu puas sekarang? Kamu godain cowok sampai mereka bertengkar hanya karena kamu. Luar biasa, hebat banget kamu.”"Cukup, Hana!" Steve mengepalkan tangan dengan penuh amarah. Namun saat itu, Wenny mengangkat tangan, mencoba menahan Steve. “Steve, sudahlah. Jangan buat suasana makin buruk gara-gara aku. Nggak ada gunanya.”Steve memandang Wenny. “Nggak, Wenny... Kamu layak diperjuangkan.”Hati Wenny seketika hangat mendengar kata-katanya. Steve kemudian melepaskan mantel dari bahunya dan menyampirkannya di bahu Wenny. Lalu, dia menggenggam jemari mungilnya dengan lembut. “Wen
Baca selengkapnya

Bab 184

Hendro benar-benar terlalu keras pada Wenny, perlakuannya sudah melewati batas. Wenny menahan getir dalam hatinya. “Aku tahu, Hendro benci sama aku,” gumamnya lirih.Steve tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya menahan diri. “Wenny, tunggu di sini bentar yah. Aku ambil mobil dulu dari garasi.”Wenny mengangguk pelan. “Oke.”Steve pergi. Wenny berdiri sendirian, menunggu. Namun, tanpa disadari, sebuah bayangan muncul di belakangnya.Itu Hendro. Hendro juga turun, tubuh tinggi tegapnya dibalut mantel panjang berwarna hitam, tampak dingin namun memancarkan wibawa yang agung. Dia menatap Wenny, yang menunduk menatap ujung sepatunya, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Hendro menekuk bibir tipisnya, mengalihkan pandangan dan berbalik hendak pergi. Namun, saat itu juga Kak Hugo datang bersama anak buahnya. Sekali lirik, dia langsung mengenali sosok anggun Wenny yang memikat mata. Kak Hugo tersenyum, "Itu dia! Nggak nyangka ternyata secantik bidadari turun dari langit.”Anak b
Baca selengkapnya

Bab 185

Itu Steve! Steve sudah kembali dengan mobilnya. Begitu dia melihat seseorang hendak menyerang Wenny, tanpa ragu dia menerjang ke depan. Pisau tajam itu menancap tepat di dadanya. Wenny menahan napas gemetar. “Steve!”Hendro ingin berlari secepatnya menghampiri Wenny, namun jaraknya terlalu jauh. Dia hanya bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Steve tertusuk tepat di depannya. Dengan satu tendangan keras, dia menjatuhkan dua pria berbaju hitam di sekitarnya, lalu melesat menuju tempat Wenny. Saat itulah Sutinah datang dengan pasukan pengawal berseragam hitam, mengepung seluruh tempat dengan rapat. Jumlah orang Kak Hugo dan anak buahnya kalah jauh, mereka segera ditangkap. Di saat bersamaan, Hana berlari ke arah Hendro dan langsung memeluknya erat. “Hendro!”Langkah Hendro terpaksa berhenti. Ia berusaha mendorong Hana agar bisa menuju Wenny dan Steve. Tapi Hana memeluknya sangat erat "Hendro, jangan pergi. Aku takut banget."Steve tergeletak di tanah, tubuhnya lu
Baca selengkapnya

Bab 186

Sekarang, saat melihat foto itu, semuanya menjadi jelas bagi Wenny. Dia mendongak dengan wajah terkejut dan menatap Hana tajam. “Hana… foto ini… kamu yang kasih ke Kak Hugo, kan?”Sekilas bayangan gelap dan kecewa melintas di mata Hana. Kenapa Steve yang harus menahan tusukan itu untuk Wenny?‘Kenapa nggak Wenny aja yang mati?!’Dan sekarang, foto itu malah ditemukan. Ekspresi Hana langsung berubah pucat. Hendro mengambil alih foto dari tangan Wenny. Dua detik kemudian, dia mengangkat matanya yang tajam dan menatap Hana. Pandangan itu… dingin seperti es, setajam belati. Menyayat wajah Hana tanpa belas kasihan. Hana merasa gemetar. Dia segera menggeleng dan menyangkal, “Foto apa? Aku nggak ngerti kamu ngomong apa! Wenny, aku tahu kamu khawatir sama Steve, tapi jangan sembarangan tuduh dong!”Wenny mencibir, "Hana, lihat gambar ini baik-baik. Kamu bodoh banget sih!"Hana menunduk menatap foto itu. Tak butuh waktu lama hingga matanya membelalak, karena di sudut bawah foto itu, logo dar
Baca selengkapnya

Bab 187

Suasana di lorong rumah sakit terasa menyesakkan, dingin dan membeku. Tak lama, pintu ruang operasi perlahan terbuka, dan seorang dokter dengan jas putih berjalan keluar dengan langkah tenang. Wenny segera melangkah maju, suaranya dipenuhi kecemasan. “Dokter, gimana kondisinya?”“Operasinya berjalan sangat sukses. Dalam 48 jam ke depan, pasien akan sadar.”Wenny akhirnya bisa menghela napas lega. Meski dia sudah melihat sendiri luka Steve, pisau itu memang tidak mengenai organ vital dan tidak cukup untuk merenggut nyawanya, namun tetap saja, hanya setelah mendengar kepastian dari dokter, hatinya baru benar-benar tenang. Jika benar Steve mengalami sesuatu karena dirinya, seumur hidup dia tidak akan pernah memaafkan dirinyaTak lama kemudian, Steve didorong keluar dari ruang operasi. Wenny langsung mengikutinya masuk ke ruang perawatan VIP. Pintu kamar ditutup perlahan. Dia bahkan tidak melihat ke arah Hendro dan Hana. Hana segera meraih lengan kemeja Steve, nadanya mengadu seperti
Baca selengkapnya

Bab 188

Seluruh kondisi tubuh Steve terpantau normal. Perawat itu pun pergi. Saat itulah, suara Sutinah terdengar dari luar pintu.“Pak, luka di tangan Anda benar-benar tidak bisa dibiarkan lagi. Kalau terus ditunda, tangan Anda bisa cacat.”Wenny mengangkat wajahnya. Di balik kaca pintu, dia melihat sosok tinggi tegap Hendro berdiri diam. Ternyata… sejak tadi dia ada di sana. Sutinah menatap Wenny nadanya penuh harap. “Nyonya, tangan Pak Hendro terus berdarah. Tolong bujuk dia.”Wenny melihat darah di lantai, sepertinya luka di tangan Hendro cukup parah, mungkin harus dijahit cukup banyak. Wenny berdiri dan berjalan ke pintu. Begitu Hendro melihatnya datang, tubuh tinggi itu sedikit bergerak, seolah cahaya kembali hadir di matanya. Sutinah sontak berseru dengan gembira, “Sudah kuduga, Nyonya pasti masih peduli pada Pak Hendro! Pak, ayo segera obati lukamu...”Namun detik berikutnya, Wenny mengulurkan tangan dan menutup pintu di hadapan mereka.Brak! Angin dari pintu yang tertutup mengh
Baca selengkapnya

Bab 189

Bu Lisa terdiam sejenak, lalu dengan cepat tersenyum, “Oke, Wenny. Temani temanmu dulu, nanti kalau sudah ada waktu, baru pulang makan malam sama Nenek, yah.”"Oke, Nek ."Percakapan mereka pun berakhir. Bu Lisa menoleh ke arah Hendro yang masih duduk di sampingnya. Pria itu tetap menatap koran bisnis di tangannya, ekspresinya datar dan tak terbaca. Bu Lisa bertanya pelan, “Hendro, kamu dan Wenny sedang bertengkar?”Sambil tetap melihat koran, Hendro menjawab tanpa mengangkat kepala, “Nggak kok.”Bu Lisa, “Temannya Wenny itu kamu kenal nggak? Cowok atau cewek?"Hendro tidak menjawab. Bu Lisa mendesah, lalu meraih dan menarik koran dari tangan cucunya. “Kamu sadar nggak sih, kamu bacanya terbalik?”Hendro menoleh ke koran yang dipegangnya, baru sadar kalau sejak tadi dia memegangnya terbalik. Dia mengerutkan bibirnya yang tipis. Bu Lisa berdiri, helaan napasnya mengandung kesedihan, “Aku tahu, sejak dulu kamu selalu bersama Hana itu. Tapi nggak ada satu orang pun di dunia ini yang a
Baca selengkapnya

Bab 190

Wenny hanya terdiam.Susan terdengar begitu bersemangat dan tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. “Ternyata, dewa medis legendaris itu cowok! Wenny, dia jatuh cinta pada pandangan pertama ke aku. Kami sekarang sedang pacaran.”‘Apa?’Ekspresi Wenny penuh tanda tanya. Dia bahkan tidak tahu harus bereaksi apa. “Aku nggak bisa cerita panjang sekarang. Dua hari lagi kamu pulang ke rumah yah.” Susan langsung menutup telepon tanpa memberi kesempatan Wenny untuk menjawab. Wenny hanya bisa menarik napas panjang. Tidak salah lagi, Susan pasti ketemu penipu! Setelah mandi air hangat untuk meredakan pikirannya, Wenny baru saja keluar dari kamar mandi ketika ponselnya kembali berbunyi. Kali ini, nama Mona tertera di layar. Suara Mona terdengar panik dan berlinang air mata. “Halo, Wenny… tolong… Aku dalam masalah. Bisa nggak kamu datang dan bantu aku?”Wenny langsung memegang ponselnya. “Mona, kamu kenapa?”“Aku kerja sambilan jadi pelayan di Hotel Gosan, tapi tadi Pak Melvin Rahar tiba-tiba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status