Bu Lisa terdiam sejenak, lalu dengan cepat tersenyum, “Oke, Wenny. Temani temanmu dulu, nanti kalau sudah ada waktu, baru pulang makan malam sama Nenek, yah.”"Oke, Nek ."Percakapan mereka pun berakhir. Bu Lisa menoleh ke arah Hendro yang masih duduk di sampingnya. Pria itu tetap menatap koran bisnis di tangannya, ekspresinya datar dan tak terbaca. Bu Lisa bertanya pelan, “Hendro, kamu dan Wenny sedang bertengkar?”Sambil tetap melihat koran, Hendro menjawab tanpa mengangkat kepala, “Nggak kok.”Bu Lisa, “Temannya Wenny itu kamu kenal nggak? Cowok atau cewek?"Hendro tidak menjawab. Bu Lisa mendesah, lalu meraih dan menarik koran dari tangan cucunya. “Kamu sadar nggak sih, kamu bacanya terbalik?”Hendro menoleh ke koran yang dipegangnya, baru sadar kalau sejak tadi dia memegangnya terbalik. Dia mengerutkan bibirnya yang tipis. Bu Lisa berdiri, helaan napasnya mengandung kesedihan, “Aku tahu, sejak dulu kamu selalu bersama Hana itu. Tapi nggak ada satu orang pun di dunia ini yang a
Baca selengkapnya