Melihat Wenny, Pak Melvin tertegun sejenak. Matanya seketika berbinar terang penuh nafsu, “Dari mana datangnya bidadari ini? Cantiknya seperti bidadari dari langit.”Mona gemetar ketakutan, bersembunyi di balik tubuh Wenny. “Ini... ini teman sekelasku... Tuan Melvin, kami masih mahasiswi... Kami nggak mau melayani seperti itu... Tolong lepasin kami...”“Mahasiswi, ya? Aku paling suka tipe seperti kalian.” Pak Melvin melirik penuh arti. “Kalau kalian teman sekelas, maka malam ini kalian layani aku berdua.”Tanpa memberi waktu, dia langsung memerintahkan pada dua pengawalnya, “Bawa mereka berdua sekarang juga.”Wenny berdiri kokoh, melindungi Mona yang tubuhnya sudah menggigil hebat. Tatapannya tajam menusuk, dingin dan tak tergoyahkan. “Di siang bolong berani menculik wanita? Ini ilegal!”"Ilegal? Hahaha." Tuan Melvin tertawa keras, penuh kesombongan. “Di Kota Livia ini, aku adalah orang penting. Aku bisa duduk satu meja makan dengan Hendro Jamil, orang paling berkuasa di kota ini. Ber
Dia berkata dengan suara datar, "Nggak kenal." Setelah berkata begitu, dia melangkahkan kaki panjangnya dengan tenang, meninggalkan tempat itu bersama para bos besar di belakangnya, dan masuk ke dalam ruang VIP yang mewah. Tubuh Wenny sedikit menegang. Mona yang sejak tadi bersembunyi di belakang Wenny, begitu melihat Hendro sampai-sampai lupa bagaimana caranya menangis. Tatapannya terpaku penuh kekaguman pada sosok tegap dan tampan Hendro, memandangnya seperti gadis kecil yang sedang jatuh cinta. Setelah mengantar Hendro pergi, Pak Melvin langsung menoleh tajam ke arah Wenny, “Hahaha! Katamu kamu istri Pak Hendro? Tapi Pak Hendro sendiri nggak kenal kamu. Dasar penipu!”Wenny tak bisa membalas sepatah kata pun. Pak Melvin tidak ingin membuang waktu lagi. “Tangkap mereka!”Dua pengawal berbaju hitam langsung menangkap Wenny dan Mona dengan kasar. Mona coba meronta. “Lepaskan aku!”Wenny tampak tenang. Dia menyembunyikan jarum perak dan obat bius di tubuhnya. Begitu Pak Melvin mas
Hendro minta Wenny untuk bersulang dengannya. Tubuh Wenny menegang seketika. Pak Melvin pun membeku, tak memahami maksud Hendro. 'Apa Pak Hendro tertarik dengan Wenny?' Kalau benaran begitu, maka dia harus menyerah. Dia tidak punya nyali untuk berebut wanita dengan Hendro. "Kenapa masih duduk aja? Cepat pergi bersulang dengan Pak Hendro." Pak Melvin mendesak Wenny. Para bos lainnya tertawa, " Banyak mahasiswi yang ingin bersulang dengan Pak Hendro. Tapi baru kali ini ada yang benar-benar diberi kesempatan.""Ayo, cepat! Jangan buat Pak Hendro menunggu."Semua mata tertuju pada Wenny. Mau tak mau, dia harus maju dan bersulang dengan Hendro. Wenny tak paham apa maunya Hendro, tapi dia tetap berdiri, membawa gelas anggur dan melangkah ke arahnya. "Pak Hendro, biarkan aku bersulang untukmu."Kini Wenny berdiri, Hendro masih duduk, tingginya tak seberapa, tapi aura dominannya menenggelamkan segalanya. Dia menelusuri sosok Wenny dari atas ke bawah dengan pandangan penuh penilaian, s
Saat Hendro sengaja menggodanya, barulah mata Wenny menjadi hidup ketika dia memelototinya. Hendro menunduk sedikit, suaranya dingin tapi bernada main-main. “Kalau kamu mohon padaku, aku akan bawa kamu pergi.”'Emang dia siapa? Dari awal harusnya sudah tahu kalau aku lagi kesulitan, tapi tetap aja minta aku sendiri yang mohon.' Wenny tidak mungkin mengemis padanya. Dia tak butuh diselamatkan olehnya. Dia tidak ingin berutang budi. “Pak Hendro, tolong lepaskan aku!” Dengan sekuat tenaga, Wenny berhasil lepas dari pangkuannya dan berdiri. Dia tak ingin tinggal sedetik pun di sana, langsung membuka pintu dan pergi keluar. Pak Melvin buru-buru berdiri. “Pak Hendro, kalau gitu kami pamit dulu?”Namun tanpa anggukan dari Hendro, tidak ada yang berani benar-benar melangkah. Hendro tidak menjawab. Diamnya adalah isyarat setuju dan Pak Melvin pun segera pergi. Wajah tampan Hendro seketika membeku. Aura dingin seperti badai mulai menyelimuti dirinya. Semua orang yang hadir pun saling
Hendro membuka pintu belakang mobil, menarik kerah baju Pak Melvin dan menyeretnya keluar dengan kasar. Pak Melvin sudah gemetar ketakutan. "Pak...Pak Hendro, aku salah apa sampai kamu sangat marah? Tolong... "Namun Hendro tak memberi kesempatan untuk bicara. Satu pukulan telak mendarat tepat di wajah Pak Melvin. “Bugh!” Tubuh Pak Melvin terpental dan membentur mobil dengan keras. Saat Hendro bertarung, otot-otot di balik setelan jas dan kemejanya tampak tajam dan penuh kekuatan, setiap gerakannya bertenaga dan berirama. Pukulan demi pukulan menghantam tubuh Pak Melvin tanpa ampun, hingga wajahnya berlumur darah. Pak Melvin bahkan sudah tidak mampu lagi mohon ampun. "Tangan mana yang kamu pakai untuk pegang dia? Yang ini?"Krak! Hendro langsung mematahkan tangan kanan Pak Melvin tanpa ragu. Pak Melvin tergeletak di tanah, tidak berdaya lagi. Saat itu, Sutinah datang bersama beberapa orang. “Pak Hendro.”Wajah Hendro yang tampan dan angkuh tegang menahan amarah, suaranya dingin
Sambil tersenyum penuh makna, Yuvi mengedipkan mata pada Wenny, "Wenny, kali ini suamimu benar-benar keren banget."Mona menatap Wenny dengan mata membelalak. "Wenny, ternyata Pak Hendro itu beneran suamimu? Kamu beneran Nyonya Hendro Jamil?"Yuvi mengangguk penuh bangga. "Beneran! Wenny ini istrinya Hendro Jamil!Mona tampak tak percaya. Dia menggenggam tangan Wenny erat-erat, matanya dipenuhi rasa iri yang manis. "Wenny, kamu benar-benar wanita paling beruntung di dunia ini."Wenny hanya bisa tersenyum samar, senyum yang sulit dijelaskan. ‘Beruntung? Beruntung apanya?’Wenny sedang berbaring di tempat tidur, dia mengeluarkan ponselnya dan mengklik Whatsapp dengan nama kontak [Suami]. Setelah ragu - ragu sebentar, dia masih mengirim pesan, [Terima kasih].Dua kata sederhana, terima kasih. Ting!Balasan dari Hendro masuk. Hendro cuma menjawab sederhana, 5 kata saja: [Mau terima kasih pakai apa?]Ujung jemari Wenny yang ramping dan pucat mengepal ringan, lalu dia tidak balas lagi. D
Mendengar suara obrolan santai dua karyawan perempuan itu, Mona perlahan menoleh, menatap ke arah gedung megah milik Grup Jamil. Dia belajar akting, tentu dia tahu betul bahwa Omni Entertaiment di bawah naungan Grup Jamil menguasai setengah dari industri hiburan, dengan sumber daya dan koneksi kelas atas yang bahkan tidak bisa disentuh oleh sebagian besar orang seumur hidup mereka. Ini semua milik pria ini, Hendro Jamil. Mata Mona perlahan bersinar terang......Hendro kembali ke kantornya dan membanting dokumen di tangannya ke atas meja. Dia mengeluarkan ponselnya dan membuka Whatsapp. Wenny tidak membalas pesan terakhirnya. Saat itu, Sutinah masuk ke dalam ruangan, menunduk dan melapor pelan, “Pak Hendro, Nyonya lagi nggak di universitas sekarang. Dia pergi ke rumah sakit temani Pak Steve.”Selama beberapa hari ini, semua pergerakan Wenny selalu ada yang melaporkannya. Dan sejak pagi, dia memang langsung ke rumah sakit menemani Steve. Ekspresi Hendro langsung menggelap, hawa di
Para pelayan terlihat antusias, mata mereka berbinar kagum saat membicarakan Susan. Pada saat ini, Bu Jena sudah turun bersama Martin dan Nia ke lantai bawah. Mereka bertiga tampil anggun dan resmi, wajah dipenuhi kebahagiaan. Tatapan Bu Jena berubah dingin saat melihat Wenny. “Wenny, malam ini Susan bawa Dewa C pulang. Kamu jangan ngomong sembarangan, jangan sampai buat masalah. Kalau nggak, kamu akan nyesal!”Martin dan Nia hanya menatapnya sekilas sebelum berkata, “Bu Jena, Susan dan Dewa C sudah hampir sampai. Ayo kita keluar sambut mereka.”Begitu kalimat itu selesai diucapkan, sebuah mobil mewah parkir di halaman vila Keluarga Cladia. Susan masuk sambil menggandeng lengan Dewa C. Malam itu, Susan tampil memukau dalam balutan gaun panjang, pesonanya terang bak bintang malam. Dengan bangga dia umumkan, “Nenek, Ayah, Ibu, kenalin… ini Dewa C, pacarku.”Ketiga orang tua itu, Bu Jena, Martin, Nia serentak menoleh menatap Dewa C, penuh kepuasan. “Dewa C, sudah lama kami dengar na
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie