Semua Bab Sayang, Izinkan Aku Selingkuh: Bab 21 - Bab 30

71 Bab

Bab 20

Clara melangkah masuk ke butik langganannya dengan anggun. Wangi parfum eksklusif memenuhi ruangan, mencampur dengan aroma lembut kain-kain mahal yang tersusun rapi di rak-rak kaca. Matanya menyisir koleksi terbaru yang dipajang, mencoba mengusir segala beban pikirannya dengan sedikit terapi belanja. Namun, kedamaian itu seketika runtuh. Seorang wanita dengan gaun merah menyala, sepatu hak tinggi berkilau, serta riasan tebal yang hampir menyerupai topeng, berjalan dengan percaya diri. Dia tampak mencolok dengan rambut panjangnya yang ditata sempurna dan tas desainer tergantung di lengannya. Zoya. Clara mengenalinya seketika, tetapi pura-pura tidak melihat. Dia tidak punya waktu untuk drama murahan. Namun, Zoya tidak akan membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja. “Oh, Clara? Astaga, aku hampir tak mengenalimu,” suara wanita itu melengking dengan nada sinis, mendekatinya dengan senyum angkuh.“Kamu masih suka belanja di sini? Aku kira setelah kehilangan perhatian David, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 21

Erick berjalan mondar-mandir di depan ruang perawatan, jemarinya mengepal kuat, menahan luapan emosi yang sejak tadi bergemuruh di dadanya. Matanya tak lepas dari sosok wanita yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Clara, kekasihnya, terlihat pucat dengan perban melingkari lengan dan kakinya. Beberapa luka lebam tampak jelas di wajahnya. “Kami baik-baik saja?” Erick bertanya, suaranya serak menahan amarah. Clara tersenyum lemah. “Aku baik-baik saja, Erick. Jangan cemas.” “Jangan cemas?” Erick mendengus, matanya menyala penuh kemarahan. “Kamu hampir kehilangan nyawamu, Clara! Itu semua gara-gara wanita itu!” Zoya. Nama itu meluncur dalam benak Erick dengan penuh kebencian. Wanita itu telah menyerempet Clara dengan mobil, meninggalkannya dalam keadaan terluka. Erick tak bisa tinggal diam. Ia harus membalas perbuatan itu. “Aku bersumpah, Clara. Aku akan membuatnya membayar perbuatannya!” katanya penuh tekad. Clara menggeleng, jemarinya yang lemah menggenggam tangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 22

David melangkah masuk ke kamar dengan wajah tegang. Matanya tajam menatap Zoya yang sedang duduk di tepi ranjang, tangannya terlipat di dada, ekspresinya masih menyiratkan kemarahan yang belum reda. “Apa yang kamu lakukan pada Clara?” suara David terdengar dingin, nyaris mengandung amarah yang tertahan. Zoya mendongak, menatap suaminya dengan dagu terangkat. “Aku hanya membela diri.” David menghela napas panjang, berusaha menekan emosinya. “Membela diri? Clara terluka, Zoya! Kamu bahkan hampir mencelakainya!” Zoya mencibir. “Jangan berlebihan, David. Aku tidak mencelakainya tanpa alasan. Clara sendiri yang memulai. Dia menghinaku di depan orang banyak, membuatku malu. Apa kau tahu betapa sakitnya itu?” David terdiam sejenak. Ia tahu Clara bukan tipe orang yang akan menyerang tanpa sebab. Tapi Zoya juga tidak pernah berbohong padanya—setidaknya, selama ini ia percaya demikian. “Lalu, kenapa kamu tega melukai Clara?” tanyanya dengan nada lebih rendah. Zoya menghela napas d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 23

Untuk kesekian kalinya, Clara menghabiskan akhir pekannya dengan Erick. Dia nampak cantik dengan gaun selutut berwarna biru membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, sedikit bergelombang di ujungnya. Malam ini, ia tidak ingin menjadi istri yang menunggu suaminya pulang dengan harapan kosong. Tidak. Malam ini, ia ingin menghabiskan malam bahagia bersama Erick kekasihnya. David suaminya pergi ke luar negeri tanpa sepatah kata pun, hanya meninggalkan pesan singkat di ponselnya: *Aku pergi beberapa hari. Jangan cari aku.* Sebaliknya, Zoya—wanita yang baru beberapa bulan dinikahi David—memamerkan foto-foto kebersamaannya dengan pria itu di media sosial. Makan malam romantis di Paris, berbelanja di butik mewah, bahkan menikmati matahari terbenam di Santorini. Semua yang dulu pernah Clara impikan, tetapi tak pernah ia dapatkan. "Clara?" Suara Erick membuyarkan lamunannya. Clara berbalik, menatap pria yang sudah menunggunya di ambang pintu kamar hotel. Eri
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 24

David menatap layar ponselnya tanpa berkedip. Tangannya gemetar, menggenggam ponsel begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Foto-foto itu terpapar jelas di hadapannya—Clara, istrinya, tersenyum bahagia di samping seorang pria yang tak asing baginya. Erick. Mantan kekasih Clara. Dadanya terasa sesak. Seolah udara mendadak menghilang dari ruangan. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena cinta atau rindu seperti dulu, tetapi karena kemarahan yang membara. Jadi ini alasan Clara bersikap dingin akhir-akhir ini? Jadi ini alasan kenapa dia tak lagi peduli apakah David pulang atau tidak? Selama ini, David berpikir Clara telah menerima kenyataan bahwa dia berbagi rumah tangga dengan Zoya. Dia mengira Clara sudah mati rasa, sama seperti dirinya yang mulai terbiasa dengan kebohongan. Tapi ternyata dia salah. Clara tidak mati rasa—dia hanya mengalihkan perasaannya kepada pria lain. "Brengsek," desisnya, suaranya nyaris tak terdengar di tengah ruangan yang sunyi. Matanya kembali te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 25

Clara menekan pelipisnya yang berdenyut, seakan pikirannya yang berantakan berusaha keluar melalui tengkoraknya. Ia lelah. Lelah dengan semua ini. Lelah dengan David, dengan Erick, dengan dirinya sendiri. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang tak karuan. Langkahnya membawanya ke sebuah taman di pinggiran pantai, tempat yang jarang dikunjungi orang. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, tapi tak juga bisa mendinginkan hatinya yang kacau. Ia duduk di bangku kayu yang sudah tua, menatap kosong ke arah kolam kecil di depannya. Beberapa ekor ikan berenang dengan tenang di dalamnya. Ah, betapa ia ingin hidup seperti itu. Bebas, tanpa perlu memikirkan siapa yang harus ia pilih dan siapa yang harus ia tinggalkan. **David atau Erick?** Ia mencengkeram kedua tangannya erat-erat. Jika ia meninggalkan David, artinya ia akan melepaskan statusnya sebagai istri dan kalah dari zoya. Ia bisa saja hidup mandiri, tapi apakah ia siap menghadapi cemoohan orang-orang? Zo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 26

Suara pintu diketuk keras, menggema di dalam rumah yang telah lama sunyi. Clara, yang sedang duduk di sofa dengan novel terbuka di pangkuannya, terkejut. Dia tidak mengharapkan tamu malam ini. Dengan hati-hati, dia melangkah ke pintu dan membukanya. Sosok yang berdiri di hadapannya membuatnya terdiam. David. Pria yang meninggalkannya demi wanita lain selama beberapa hari, kini berdiri di sana dengan wajah yang gelap oleh kemarahan. "Kita perlu bicara," suara David rendah, tapi tajam. Clara menatapnya tanpa ekspresi. "Apa lagi yang kamu inginkan?" David mendorong pintu dengan kasar, memaksanya masuk. Matanya menyala penuh amarah saat dia melemparkan beberapa lembar foto ke meja. Clara melihatnya sekilas, foto-foto dirinya dan Erick, pria yang telah mengisi kekosongan hatinya selama ini. Foto mereka yang sedang makan malam, berpegangan tangan, bahkan berciuman. "Ini apa, Clara?" suara David bergetar. "Sejak kapan kau selingkuh dengannya?" Clara menarik napas dalam, menahan g
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 27

Maria duduk di samping ranjang rumah sakit, menatap menantunya yang tampak lemah dengan selang infus terpasang di lengannya. Wajah Clara pucat, matanya sembab, tapi masih ada sorot ketegaran di sana. Hening menyelimuti mereka sesaat sebelum akhirnya Maria menghela napas berat. "Clara, aku ingin bertanya sesuatu," ujar Maria dengan suara yang lembut tapi tegas. Clara menoleh, menatap ibu mertuanya dengan tatapan lelah. "Ibu ingin bertanya tentang apa?" Maria menggenggam tangan Clara dengan hangat. "Tentang apa yang David katakan. Dia bilang kamu berselingkuh." Clara terdiam. Ia sudah menduga pertanyaan ini akan muncul, tapi tetap saja, mendengarnya secara langsung membuat hatinya terasa berat. Ia bisa saja berbohong, bisa saja mencari alasan, tapi di hadapan Maria, ia memilih untuk jujur. "Iya, Bu. Aku memang berselingkuh," jawabnya pelan, suaranya nyaris berbisik. Maria mengangguk kecil, tidak tampak terkejut. Ia justru menghela napas panjang, seolah sudah menduga jawaban
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 28

Seharian ini, David merasa seperti bayangan dirinya sendiri. Ia duduk di ruang kerjanya dengan kepala bersandar di kursi, menatap kosong ke langit-langit. Rokok di tangannya sudah habis separuh, tapi ia bahkan tak sadar kapan terakhir kali mengisapnya. Bayangan Clara di rumah sakit terus menghantuinya. Mata Clara yang lebam, bibirnya yang pecah, dan tubuh kurusnya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit terus berputar di kepalanya. Tangannya sendiri yang membuatnya seperti itu. Ia ingat bagaimana amarahnya meledak malam itu, bagaimana tangannya melayang tanpa pikir panjang. Saat itu, rasa frustrasi menelannya bulat-bulat, dan Clara adalah pelampiasannya. Sial! Kenapa sekarang hatinya justru terasa sesak? Pintu ruang kerja terbuka. Zoya masuk dengan langkah ringan, mengenakan gaun tidur sutra berwarna merah. Ia langsung mendekati David, duduk di pangkuannya dengan tangan melingkari lehernya. “Sayang, kenapa dari tadi diam saja? Aku bosan.” Zoya merajuk manja, membelai pipi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 29

Suara langkah sepatu Erick menggema di koridor kantor megah itu. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan amarah yang menggelegak. Tak peduli pada tatapan heran para pegawai yang menyingkir dari jalannya, ia terus melangkah cepat menuju ruang kerja David. Begitu sampai di depan pintu kaca berlapis nama pria itu, Erick mendorongnya dengan kasar hingga terbuka lebar. Sekretaris David yang duduk di depan meja langsung berdiri, terkejut. "Maaf, Pak! Anda tidak bisa masuk tanpa membuat janji terlebih dahulu—" Erick mengabaikan wanita itu dan langsung masuk ke dalam ruangan luas dengan jendela besar yang menampilkan pemandangan kota. Di balik meja, David yang sedang membaca dokumen mengangkat wajahnya, alisnya bertaut. "Erick?" Tanpa peringatan, Erick menghantam wajah David dengan tinjunya. Pria itu terhuyung ke belakang, dokumen-dokumen berserakan di lantai. David meraba pipinya yang terasa panas, matanya membulat tak percaya. "Apa-apaan kamu?!" bentaknya. "Kau masih berani
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status