Home / Fantasi / Hidup Kembali di Zaman Kuno / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Hidup Kembali di Zaman Kuno: Chapter 41 - Chapter 50

98 Chapters

Bab 40

Setelah pertemuan di balai Kali Bening, Raka tidak membuang waktu. Dengan tekad yang bulat, ia segera mengumpulkan para pekerja dan memulai eksperimen pembuatan bata merah di pinggiran Sungai Kali Bening. Namun, berbeda dengan cara lama yang banyak merusak tanah dan mencemari udara, Raka memperkenalkan teknik baru yang lebih ramah lingkungan—teknik pengendapan lumpur. Setiap pagi, para pekerja menggali tanah liat di tepian sungai, kemudian menampungnya dalam wadah besar. Lumpur tersebut dibiarkan mengendap secara alami, memisahkan kotoran dan pasir kasar, hingga hanya tersisa tanah liat halus yang kelak akan tercetak menjadi bata. Cara ini tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem sungai, tetapi juga menghasilkan bata dengan warna merah menyala, permukaan halus, dan kekuatan yang lebih baik. Hari demi hari, kabar tentang bata merah dari Kali Bening mulai menyebar. Warga yang semula ragu, kini terheran-heran melihat hasilnya. Bata-bata itu lebih kokoh dibandingkan yang biasa mereka g
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 40

Setelah pertemuan di balai Kali Bening, Raka tidak membuang waktu. Dengan tekad yang bulat, ia segera mengumpulkan para pekerja dan memulai eksperimen pembuatan bata merah di pinggiran Sungai Kali Bening. Namun, berbeda dengan cara lama yang banyak merusak tanah dan mencemari udara, Raka memperkenalkan teknik baru yang lebih ramah lingkungan—teknik pengendapan lumpur. Setiap pagi, para pekerja menggali tanah liat di tepian sungai, kemudian menampungnya dalam wadah besar. Lumpur tersebut dibiarkan mengendap secara alami, memisahkan kotoran dan pasir kasar, hingga hanya tersisa tanah liat halus yang kelak akan tercetak menjadi bata. Cara ini tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem sungai, tetapi juga menghasilkan bata dengan warna merah menyala, permukaan halus, dan kekuatan yang lebih baik. Hari demi hari, kabar tentang bata merah dari Kali Bening mulai menyebar. Warga yang semula ragu, kini terheran-heran melihat hasilnya. Bata-bata itu lebih kokoh dibandingkan yang biasa mereka g
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 41

Setelah tujuh hari bekerja keras tanpa henti, jembatan batu yang menghubungkan Kampung Kali Bening dan Desa Anggur akhirnya berdiri kokoh. Batu-batu besar tersusun rapi membentuk lengkungan yang indah, menandakan kemajuan besar bagi kedua desa. Pada hari peresmiannya, tetua kampung kali bening berkumpul, disaksikan oleh warga yang datang berbondong-bondong.Paman Zeno berdiri di tengah jembatan, memegang tongkat kayu yang selalu ia bawa. Dengan suara lantang, ia berkata, “Hari ini, kita menyaksikan bukti kerja keras dan persatuan! Jembatan ini bukan sekadar penghubung dua desa, tetapi juga penghubung harapan dan kemakmuran bagi anak-cucu kita kelak. Semoga dengan adanya jembatan ini, Kali Bening dan Desa Anggur semakin maju dan berjaya!”Sorak-sorai warga menggema di sepanjang sungai. Sejak saat itu, perjalanan antar desa menjadi lebih mudah. Pedagang, petani, bahkan nelayan dari Desa Anggur kini bisa membawa hasil bumi dan hasil tangkapan mereka ke Kali Bening tanpa harus bersusah pa
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 41

Setelah tujuh hari bekerja keras tanpa henti, jembatan batu yang menghubungkan Kampung Kali Bening dan Desa Anggur akhirnya berdiri kokoh. Batu-batu besar tersusun rapi membentuk lengkungan yang indah, menandakan kemajuan besar bagi kedua desa. Pada hari peresmiannya, tetua kampung kali bening berkumpul, disaksikan oleh warga yang datang berbondong-bondong.Paman Zeno berdiri di tengah jembatan, memegang tongkat kayu yang selalu ia bawa. Dengan suara lantang, ia berkata, “Hari ini, kita menyaksikan bukti kerja keras dan persatuan! Jembatan ini bukan sekadar penghubung dua desa, tetapi juga penghubung harapan dan kemakmuran bagi anak-cucu kita kelak. Semoga dengan adanya jembatan ini, Kali Bening dan Desa Anggur semakin maju dan berjaya!”Sorak-sorai warga menggema di sepanjang sungai. Sejak saat itu, perjalanan antar desa menjadi lebih mudah. Pedagang, petani, bahkan nelayan dari Desa Anggur kini bisa membawa hasil bumi dan hasil tangkapan mereka ke Kali Bening tanpa harus bersusah pa
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 42

Di pagi hari yang cerah, Raka berangkat ke Pasar Kemusuk dengan membawa beberapa karung tepung ikan hasil olahannya sebelum ia melihat perkembangan rumah makan sekar kedaton. Dengan penuh semangat, ia berharap bisa memperkenalkan inovasi barunya kepada para pedagang dan peternak. Namun, alih-alih mendapat sambutan yang baik, banyak warga di pasar justru mencibirnya."Apa ini? Tepung ikan? Bau amis mulai dari mana yang bisa dipakai?" seorang pedagang daging berkomentar sinis, mencubit sedikit tepung ikan dengan ujung jarinya lalu menciumnya dengan halus.“Lebih baik kau jual ikan segar saja, Raka,” sahut yang lain sambil tertawa meremehkan.Raka hanya tersenyum, tak ambil pusing dengan harapan mereka. Ia tahu, sesuatu yang baru memang selalu sulit diterima. Namun, saat warga sekitar meremehkannya, para pedagang dari Negeri Pasir justru tertarik.Seorang saudagar berpakaian khas negeri di seberang mendekati Raka, mengamati tepung ikan dengan penuh minat. “Anak muda, berapa harga yang ka
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 42

Di pagi hari yang cerah, Raka berangkat ke Pasar Kemusuk dengan membawa beberapa karung tepung ikan hasil olahannya sebelum ia melihat perkembangan rumah makan sekar kedaton. Dengan penuh semangat, ia berharap bisa memperkenalkan inovasi barunya kepada para pedagang dan peternak. Namun, alih-alih mendapat sambutan yang baik, banyak warga di pasar justru mencibirnya."Apa ini? Tepung ikan? Bau amis mulai dari mana yang bisa dipakai?" seorang pedagang daging berkomentar sinis, mencubit sedikit tepung ikan dengan ujung jarinya lalu menciumnya dengan halus.“Lebih baik kau jual ikan segar saja, Raka,” sahut yang lain sambil tertawa meremehkan.Raka hanya tersenyum, tak ambil pusing dengan harapan mereka. Ia tahu, sesuatu yang baru memang selalu sulit diterima. Namun, saat warga sekitar meremehkannya, para pedagang dari Negeri Pasir justru tertarik.Seorang saudagar berpakaian khas negeri di seberang mendekati Raka, mengamati tepung ikan dengan penuh minat. “Anak muda, berapa harga yang ka
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 43

Setelah berhasil menjual tepung ikan ke pedagang Negeri Pasir, Raka merasa inilah saatnya untuk membawa usahanya ke tingkat yang lebih tinggi. Bersama Roni, Riko, dan Wina, ia menempuh perjalanan panjang menuju Kota Madya Utama. Mereka membawa beberapa gerobak penuh karung tepung ikan, berharap bisa menawarkannya kepada para tengkulak besar di sana.Sesampainya di kota, mereka langsung menuju pasar pusat, tempat para saudagar berkumpul. Bau rempah-rempah, keringat, dan kuda bercampur di udara. Raka dan rombongan disambut dengan rasa penasaran dari para pedagang yang melihat kiriman mereka.“Ini tepung ikan?” tanya seorang saudagar berkain sutra, matanya penuh curiga.“Benar, Tuan,” jawab Raka percaya diri. “Tepung ikan berkualitas tinggi dari Kali Bening. Bagus untuk pakan ternak, juga bahan campuran dalam berbagai makanan.”Saudagar itu mengambil segenggam tepung, menggosoknya di antara jari-jarinya, lalu mencium aromanya. Tidak butuh waktu lama sebelum ekspresi berubah—dari ragu men
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 44

Setelah perjalanan panjang dari Kota Madya Utama, Raka dan rombongannya akhirnya tiba kembali di Kali Bening. Kali ini mereka tidak hanya membawa gerobak berisi keuntungan dari hasil penjualan tepung ikan, tetapi juga perlengkapan untuk merenovasi rumah Raka serta pakaian bangsawan untuk Roni, Riko, dan Wina.Di depan gapura masuk desa, beberapa warga tengah bekerja di ladang terkejut melihat kedatangan mereka. Namun, yang lebih mengejutkan adalah penampilan Roni, Riko, dan Wina. Mereka mengenakan jubah bangsawan dengan kain halus dan sulaman emas di bagian bahu."Wah! Siapa mereka yang Bersama Tuan Raka? Jangan-jangan bangsawan dari kota!" seru seorang warga, matanya membelalak."Heh, itu Roni! Lihat, itu juga Riko!" sahut yang lain."Astaga, Wina? Kau terlihat seperti putri saudagar kaya!"Roni dan Riko tersenyum bangga, sementara Wina hanya terkekeh melihat reaksi warga yang terheran-heran.Namun, yang lebih penting dari semua itu adalah surat perintah yang dibawa oleh Raka—sebuah
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 45

Desa Kali Bening terus berkembang dengan pesat, lebih dari yang dibayangkan siapa pun. Jalanan mulai dirapikan, rumah-rumah warga dibangun dengan bata merah berkualitas tinggi, dan aktivitas perdagangan semakin ramai. Namun, di balik kejayaan itu, imajinasi mulai tumbuh di hati banyak warga Desa Petir.Rumah Raka, yang baru saja selsai direnovasi, berdiri megah di atas tanah lapang sedikit di atas bukit sehingga bisa melihat aktifitas warga di pinggiran Sungai kali bening dan melihat langsung jalan desa yang sudah sangat bagus dan juga dengan dinding bata merah yang kokoh dan atap genting dan dihiasi kayu jati yang berukir indah. Halamannya luas dengan taman kecil yang ditata rapi. Dibandingkan dengan rumah dinas lurah Desa Petir, rumah Raka jauh lebih megah dan mencolok."Apa yang kamu lihat?" bisik salah seorang warga Desa Petir kepada rekannya saat mereka berdiri di tepian jalan, menatap rumah Raka dari kejauhan."Ya, rumah itu seperti milik seorang bangsawan. Bagaimana bisa seoran
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bab 46

Di bawah langit biru yang cerah, Raka dan para penduduk Desa Kali Bening mulai membangun tambak ikan dalam skala besar di sepanjang aliran Sungai Kali Bening. Dengan semangat bergotong-royong, mereka mengerahkan tenaga untuk menggali kolam, memasang pagar bambu, serta menyiapkan benih ikan air tawar yang akan memenuhi tambak. Pembangunan ini diharapkan menjadi sumber pangan dan mata pencaharian baru bagi warga desa.Sementara itu, Raka meresmikan rumah makan Sekar Kedaton, cabang dari rumah makan miliknya yang telah lebih dahulu berdiri di Pasar Kemusuk. Dengan desain bangunan yang mengadopsi arsitektur tradisional, serta sajian masakan khas yang menggugah selera, rumah makan ini menarik perhatian para saudagar dan pelancong dari berbagai wilayah. Harum rempah yang menyeruak dari dapurnya menjadi daya tarik tersendiri, menandakan bahwa tempat itu akan menjadi pusat kuliner ternama di kawasan tersebut.Perdagangan antara Desa Kali Bening dan Desa Anggur semakin erat. Barang-barang hasi
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status