Home / Fantasi / Hidup Kembali di Zaman Kuno / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Hidup Kembali di Zaman Kuno: Chapter 51 - Chapter 60

98 Chapters

Bab 47

Setelah melakukan serangkaian penelitian terhadap kadar emas di Pulau Ire, Raka akhirnya mengambil keputusan tegas. Ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama seperti saat menemukan emas di Bukit Turi. Namun, berbeda dari sebelumnya, Pulau Ire tidak memiliki ekosistem yang perlu dijaga seketat Bukit Turi.Maka, demi menunjang mobilitas aktivitas tambang, Raka memutuskan untuk membangun jembatan batu di Teluk Penyu menuju Pulau Ire. Jembatan ini nantinya akan menjadi jalur utama bagi para pekerja tambang dan pedagang yang ingin mengangkut hasil bumi dari pulau tersebut."Jembatan ini akan menjadi proyek besar. Kita membutuhkan batuan terbaik serta semen yang kokoh agar mampu bertahan lama," ujar Raka dalam pertemuan dengan Kades Zeno dan beberapa tokoh desa.Mendengar hal itu, banyak warga yang merasa bangga. Kini, Desa Kali Bening tidak hanya membangun untuk dirinya sendiri, tetapi juga mulai terlibat dalam pembangunan wilayah sekitarnya.Usulan Peternakan BebekDi tengah kesibukan
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bab 48

Matahari senja menebarkan sinarnya yang keemasan di atas Paviliun Puri , menyinari wajah Raka yang tengah duduk di serambi kayu jati. Di hadapannya, Aina, istri pertama, tersenyum lembut sambil menatap dengan penuh kasih. Tangannya yang halus menyentuh perut yang mulai membesar, tanda kehidupan baru yang tumbuh di dalam rahimnya.“Kakanda...” suara Aina lirih, namun penuh kebahagiaan, “Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah.”Raka membayangkannya. Dadanya bergetar, matanya perlahan memanas, hingga akhirnya setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Ia tak pernah membayangkan momen ini akan tiba. Selama ini ia sibuk membangun desa, memimpin pembangunan, dan memastikan kesejahteraan penduduk. Namun kini, ada kebahagiaan yang jauh lebih besar— ia akan menjadi seorang ayah.“Aina... ini adalah karunia terbesar dalam hidupku,” ujar Raka dengan suara sedikit bergetar. Ia menggenggam tangan istrinya erat, seolah ingin memastikan bahwa kebahagiaan ini bukan sekadar mimpi. “Aku berjanji a
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Bab 49

Di seluruh negeri, kabar tentang titah Raja Mahesa Warman segera menyebar bagaikan angin yang berhembus ke pelosok-pelosok desa. Sang raja mengumumkan sebuah kompetisi sastra terbesar yang belum pernah diadakan sebelumnya.“Barang siapa yang mampu menuliskan karya sastra terbaik, akan mendapat penghormatan tinggi dari kerajaan dan hadiah besar,” demikian bunyi titah yang diwartakan ke seluruh penjuru negeri.Para cendekiawan, pujangga muda, dan pemuda-pemudi berbakat dari berbagai desa bersiap mengikuti lomba ini. Salah satu yang tak luput dari perhatian adalah Aryo, anak muda dari Desa Petir , yang terkenal akan kefasihannya dalam menulis syair dan puisi.Namun, di sisi lain, ada seorang pemuda yang meski tak lagi tergolong muda dalam dunia sastra , namanya tetap tak bisa diabaikan— Raka dari Desa Kali Bening .Raka Terpaksa Mengikuti LombaPada awalnya, Raka enggan mengikuti lomba ini. Baginya, sastra adalah seni yang harus dinikmati, bukan sekedar ajang untuk berlomba. Namun, doron
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Bab 50

Angin lembut berhembus di tepian Sungai Kali Bening, membawa aroma embun yang khas. Di bawah cahaya fajar yang baru menyingsing, para nelayan telah kembali dari perburuan mereka di lautan, membawa hasil tangkapan yang melimpah. Namun, kesibukan di desa tidak hanya terbatas pada dermaga. Sebuah permintaan besar datang dari berbagai penjuru, membuat Raka Wironegoro yang tengah beristirahat di paviliun puri harus segera turun tangan.Sejak tepung ikan dari Desa Kali Bening dikenal luas, utamanya oleh penduduk Desa Anggur dan sekitarnya, permintaan pun semakin melonjak. Raka yang sedang berlibur dari hiruk pikuk pemerintahan dan perdagangan pun pada akhirnya tidak ingin membiarkan kesempatan ini berlalu. Ia segera memerintahkan pembangunan pabrik pengolahan tepung ikan agar produksi dapat ditingkatkan tanpa mengurangi kualitasnya."Tak boleh kita biarkan hasil laut terbuang sia-sia. Jika dikelola dengan baik, bukan hanya desa kita yang sejahtera, tetapi juga desa-desa lain yang bergantung
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Bab 51

Di bawah langit yang berpendar lembayung, alun-alun Kerajaan Surya Manggala dipenuhi oleh rakyat dari berbagai lapisan. Hari ini, lomba sastra yang dinanti-nantikan telah mencapai puncaknya. Para petinggi kerajaan, cendekiawan, dan rakyat jelata berkumpul untuk menyaksikan siapa yang akan menyandang gelar terbaik dalam seni menulis dan bercerita.Di antara para peserta, seorang pemuda berdiri dengan tenang. Raka Wironegoro, dengan pena dan pikirannya yang tajam, telah memukau para juri dengan syairnya yang mengalun bak kidung malam. Kisah yang ia ukir dalam kata-kata membius hadirin, membawa mereka menelusuri lembaran sejarah dan makna kehidupan yang mendalam.Saat juru bicara kerajaan mengumumkan namanya sebagai pemenang, gemuruh tepuk tangan menggema di seluruh alun-alun. Banyak yang terkesan, tidak hanya oleh kepiawaiannya dalam menulis, tetapi juga oleh caranya merangkai kata menjadi jalinan cerita yang hidup. Namanya kini bergema, tidak hanya di kalangan rakyat biasa, tetapi juga
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Bab 52

Sejak Raka kembali ke desanya dan sebagai calon pemimpin desa masa depan harus memiliki kebijaksanaan, banyak penduduk mulai mendesaknya untuk kembali bersekolah. Mereka berpendapat bahwa seorang pemimpin harus memiliki ilmu yang luas agar dapat membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.Pada suatu sore, beberapa tetua desa berkumpul di balai pertemuan, membahas masa depan Raka.Tetua Desa: "Anak muda sepertimu, Raka, harus menuntut ilmu yang lebih tinggi. Dengan begitu, kau dapat membawa kemajuan bagi desa kita."Petani Tua: "Betul itu! Engkau sudah cerdas sejak kecil, tapi dunia ini luas. Ada banyak hal yang bisa kau pelajari."Raka mendengarkan dengan saksama. Ia memahami maksud baik bagi masyarakat. Pendidikan bisa menjadi kunci bagi desa mereka untuk berkembang lebih baik. Namun, ada kegelisahan dalam ingatan.Raka: "Aku memahami maksud kalian, paman-paman sekalian. Namun, waktu yang kupakai untuk belajar di sekolah, berarti aku harus mengurangi waktuku untuk desa. Bagaimana mungkin a
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Bab 53

Di sebuah sore yang sejuk, seorang pria paruh baya dengan jubah sederhana duduk di salah satu sudut Rumah Makan Sekar Kedaton, pasar Kemusuk. Ia adalah Tuan Andar , seorang ahli sastra dari Negeri Angin, yang kebetulan singgah untuk beristirahat setelah perjalanan panjang.Di hadapannya, sebuah gulungan naskah didinding bata merah dengan kayu berukir. Matanya menelusuri kata setiap dengan penuh perhatian. Sesekali ia menghela napas, lalu tersenyum tipis. Tulisan dalam naskah itu begitu dalam, namun tetap ringan untuk dipahami.Tuan Andar (berbisik pada dirinya sendiri): "Siapa yang menulis ini? Bahasanya sederhana, tetapi maknanya begitu luas. Ini bukan sekadar untaian kata, melainkan cerminan dari jiwa yang bijak."Ia meneguk teh hangatnya perlahan, masih tenggelam dalam tulisan tersebut. Hingga akhirnya, seorang saudagar kaya yang duduk tak jauh darinya ikut memperhatikan.Saudagar 1: "Tuan tampak begitu terpikat oleh naskah itu. Bolehkah kami tahu, apa isinya?"Tuan Andar mengangka
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 54

Di pagi hari yang cerah, angin sepoi-sepoi bertiup lembut menyapu Desa Kali Bening. Di balai desa , para pejabat desa dan para pemuda berkumpul dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka duduk melingkar, menunggu dengan sabar di bawah atap bangunan megah dengan pilar-pilar tinggi yang berdiri kokoh di tengah desa.Di hadapan mereka, Raka berdiri dengan tenang, memegang gulungan naskah di tangannya. Hari ini, ia akan memperkenalkan sesuatu yang belum pernah didengar oleh orang-orang di Negeri Surya Manggala— syair .Ia membukanya, menatap sekilas, lalu menatap orang-orang di hadapannya. Suaranya tenang namun penuh keyakinan saat ia mulai membacakan karyanya:Langit tinggi tak bertepi, Laut luas bagai tak berbatas, Hidup ini perjuangan hakiki, Tanpa ilmu kita akan terbatas.Jangan gentar melangkah maju, Meski rintangan menghadang di jalan, Ilmu bak cahaya mencapai kalbu, Membuka dunia, menyingkap awan.Suasana hening. Setiap kata yang diucapkan Raka menggema di dalam hati pa
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 55

Desa Kali Bening diselimuti suasana yang penuh suka cita. Di rumah Raka , yang berdiri megah di atas aliran Kali Bening, persiapan syukuran telah selesai dilakukan. Para tetua desa, pejabat kecamatan, serta penduduk Desa Kali Bening dan Desa Anggur telah berkumpul di balai depan rumahnya.Aina, istri pertama Raka , kini tengah mengandung anak pertama mereka, dan usia kandungannya telah memasuki bulan kesembilan. Sebagai bentuk rasa syukur, Raka mengadakan upacara syukuran, mengundang para tetua dan sahabatnya untuk bersama-sama mengumpulkan doa demi keselamatan Aina dan bayi yang dikandungnya .Di halaman rumah, para wanita desa sibuk menyiapkan hidangan, sementara para pria duduk berkelompok, berbincang tentang pesatnya kemajuan desa. Rumah Raka, yang berdiri di atas dataran tinggi, menawarkan pemandangan yang begitu indah—hamparan sawah yang hijau, pemukiman yang tersusun rapi, serta aliran sungai yang jernih membelah desa.Kades Zeno, Raka, berdiri di sisi kanan balai, memandangi k
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 56

Malam telah larut, namun di kediaman Raka Wironegoro, cahaya lampu minyak masih menerangi ruangan. Ia tengah memeriksa beberapa catatan pembangunan desa ketika seorang pengawal datang dengan napas memburu.Pengawal: "Tuan Raka, ada seseorang yang datang mencarimu. Ia menunggu di balai desa dengan sikap menantang."Raka mengangkat alisnya.Raka: "Siapa dia?"Pengawal: "Mandor Kuat, tuan."Mata Raka sedikit menyipit. Nama itu bukan nama asing baginya. Mandor Kuat adalah seorang pemimpin buruh kasar dari daerah lain yang dulu pernah bermusuhan dengannya. Dendamnya kepada Raka masih berakar kuat, karena Raka pernah menggagalkan usaha kotor yang ia jalankan—memeras rakyat kecil dengan upah yang tidak layak.Tanpa banyak bicara, Raka bangkit dari duduknya. Dengan tenang, ia mengenakan surban dan menyampirkan keris pusaka di pinggangnya.Raka: "Bawa aku ke sana."Pertemuan di Balai DesaDi balai desa Kali Bening, Mandor Kuat berdiri dengan kedua tangannya bertolak pinggang. Wajahnya garang,
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status