Home / Fantasi / Hidup Kembali di Zaman Kuno / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Hidup Kembali di Zaman Kuno: Chapter 71 - Chapter 80

104 Chapters

Bab 67

Setelah berbagai peristiwa yang terjadi, Raka duduk termenung di beranda rumahnya, ditemani Roni dan Riko. Mereka telah mempertimbangkan banyak hal, terutama mengenai nasib Rumah Makan Sekar Kedaton di Kecamatan Kemusuk yang semakin hari semakin diganggu oleh permainan licik keluarga Anom.“Paman, apakah ini keputusan terbaik?” tanya Roni dengan ragu. "Bagaimanapun, rumah makan di Kemusuk sudah lama berdiri. Menutupnya berarti menyerah pada muslihat mereka."Raka menghela napas panjang. "Bukan menyerah, Roni. Aku hanya memilih medan perang yang lebih menguntungkan."Riko mengangguk. "Jika kita tetap bertahan di Kemusuk, mereka akan terus menyerang kita. Tapi jika kita pindah ke Kali Bening, kita justru memiliki lebih banyak peluang. Kedai kita akan lebih dekat dengan pelabuhan Desa Petir, tempat para saudagar berkumpul sebelum berlayar."Raka tersenyum tipis. "Benar. Kali Bening memiliki potensi besar. Jika kita memusatkan usaha di sana, maka rumah makan kita akan berkembang lebih pes
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Bab 68

Sejak Rumah Makan Sekar Kedaton dipindahkan ke Desa Kali Bening, para pelanggan setia mulai berdatangan. Awalnya mereka datang hanya ingin kepuasan hidangan khas yang sudah terkenal. Namun, begitu tiba di sana, mereka terkejut melihat keindahan alam yang belum pernah mereka perhatikan sebelumnya ."Oh Dewata, betapa sejuknya udara di desa ini!" seru seorang saudagar kaya sambil menghirup napas dalam-dalam. "Tidak seperti di pasar yang penuh debu dan hiruk pikuk!"Yang lain pun setuju. "Lihatlah sungai itu, airnya jernih. Bukankah ini tempat yang baik untuk bersantai setelah berdagang seharian?"Raka yang duduk di serambi rumah makan, memperhatikan percakapan mereka dengan penuh perhatian. Ia mulai menyadari sesuatu— Desa Kali Bening memiliki potensi yang lebih dari sekadar tempat makan .Keindahan Desa Kali Bening dan Peluang BaruSemakin hari, semakin banyak pelanggan yang datang. Beberapa dari mereka tidak hanya menikmati makanan, tetapi juga berjalan-jalan di sekitar sungai , menik
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Bab 69

Setelah melihat bagaimana Desa Kali Bening semakin ramai didatangi saudagar dan wisatawan dari berbagai daerah, Raka tidak tinggal diam. Ia mulai berpikir lebih jauh— bukan hanya soal rumah makan, tetapi juga tentang tempat menginap bagi mereka yang datang dari jauh .“Jika mereka datang untuk bersantap, mengapa kita tidak menyediakan pula tempat mereka beristirahat?” begitu pikirnya.Maka, dengan tekad yang bulat, Raka mulai membangun beberapa rumah penginapan di Desa Kali Bening . Penginapan yang lama pun ia perlukan, agar dapat menampung lebih banyak tamu. Setiap bangunan dirancang sedemikian rupa, menggunakan kayu-kayu pilihan yang kokoh serta atap rumbia yang sejuk. Kamar-kamar dibuat nyaman, lengkap dengan tikar anyaman halus serta tempat tidur yang tersusun rapi.Namun, tidak semua orang melihat langkah ini sebagai keputusan yang bijak. Beberapa warga menganggap usaha Raka sia-sia."Apa maksudnya membangun banyak rumah penginapan? Desa kita ini hanya desa kecil, bukan kota besa
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Bab 70

Hari demi hari, Desa Kali Bening semakin ramai. Para saudagar, pelancong, dan pekerja mulai berdatangan , menjadikan desa yang dulu sepi kini penuh dengan aktivitas.Di sepanjang jalan utama, warung-warung mulai bermunculan , menjajakan berbagai makanan dan barang dagangan. Beberapa rumah warga bahkan diubah menjadi tempat penginapan sederhana , menampung para musafir yang ingin beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.Di sisi lain, usaha Raka berkembang pesat . Rumah makan Sekar Kedaton yang baru kini menjadi tempat persinggahan utama para saudagar kaya . Setiap harinya, pundi-pundi perak terus mengalir , bukan hanya dari hasil penjualan makanan, tetapi juga dari bumbu siap saji, penginapan, serta produk unggulan desa .Tidak butuh waktu lama, kabar tentang pesatnya perkembangan Desa Kali Bening sampai ke para pedagang besar dan pejabat kota ."Luar biasa! Siapa yang mengira desa kecil ini bisa tumbuh menjadi pusat perdagangan baru?" ujar seorang saudagar saat menikmati hidangan
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Bab 71

Malam itu, angin berhembus pelan menyusuri pematang sawah dan menyelinap ke rumah-rumah penduduk Desa Kali Bening. Namun tak seperti biasanya, malam yang biasanya diterangi oleh lampu minyak, kini justru memancarkan cahaya hangat dari jendela rumah bata merah warga.Raka, kini telah mengenalkan benda sederhana namun mengubah banyak hal—lilin kayu malam.“Cahaya ini… seperti sinar rembulan yang turun ke bumi,” gumam seorang perempuan tua sambil menatap lilin yang menyala di sudut rumahnya.“Iya, Mak,” sahut cucunya, “kata Kak Raka, kayu malam memang punya minyak yang bisa membakar lama.”Di penginapan milik Raka sendiri, cahaya lilin menghiasi setiap sudut. Para tamu yang bermalam duduk melingkar, mengobrol tanpa takut disengat gelap malam.“Sungguh, penginapanmu ini tak lagi seperti rumah desa, Raka,” kata Pak Leman, saudagar dari Kutaraja, sambil menyeruput air jahe. “Terang dan nyaman. Aku betah berlama-lama di sini.”Raka hanya tersenyum, lalu menjawab rendah hati.“Hanya kayu dan
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Bab 72

Mentari pagi baru saja menyapa lembah Kali Bening. Udara masih segar, aroma kayu basah dan dedaunan berpadu dengan bau manis madu segar yang menguar dari dapur-dapur warga. Di halaman penginapan Raka, beberapa pemuda sibuk menyusun bata merah dalam tungku pengeringan, sementara yang lainnya mengaduk ramuan lilin dengan cekatan.Para pedagang mulai berdatangan, membawa gerobak berisi kain, rempah, bahkan logam ringan. Tapi yang paling mereka incar adalah dua hal: lilin kayu malam dan bata merah Kali Bening.“Raka, lilinmu sudah laris hingga ke Talangkidul!” seru seorang pedagang gemuk bernama Pak Sambu, sambil menepuk-nepuk kantung uangnya. “Aku mau pesan seratus batang untuk dikirim seminggu sekali. Bisa?”Raka tersenyum, lalu menunjuk ke arah tungku pembakaran.“Bisa, asal kayu malam dan sarang lebah masih cukup. Tapi tak bisa dipaksa, lilin tak bisa dibuat buru-buru… harus dengan sabar.”“Haha, sabar asal barang tetap datang!” canda Pak Sambu, lalu menyerahkan kantung kecil berisi p
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Bab 73

Angin pagi di kampung Puri Soka berembus lembut, menyibak tirai tipis paviliun. Burung-burung berkicau riang seolah ikut menyambut kabar bahagia yang sedang menyelimuti puri sederhana di ujung bukit itu.Di dalam paviliun yang hangat, Raka tengah duduk bersimpuh di sisi ranjang, menatap wajah mungil putranya yang baru saja lahir. Wajah bayi itu tenang, tidur dalam dekapan ibunya, Aina, yang tampak lelah namun berseri.“Namanya... akan kupanggil Rama Wironegoro, yang artinya kekuatan yang bijaksana,” bisik Raka dengan suara bergetar.Aina tersenyum, mengelus tangan suaminya.“Semoga ia tumbuh dengan hati seperti ayahnya, dan keberanian seperti leluhurnya.”Raka mengecup kening istrinya, dan dalam hati bersyukur bahwa Aina memutuskan tinggal sementara di kampung puri di paviliun puri milik Raka yang jauh dari riuhnya Desa Kali Bening—agar masa kelahiran mereka jalani dengan tenang.Ayunda selamat ya atas lahirnya Mas Rama, ih dia ganteng seperti kakanda Raka.” Ujar Aini, dan Andini.“Iy
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Bab 74

Hari pelantikan Raka sebagai kepala desa Kali Bening berlangsung megah di pendapa utama, dengan diiringi bunyi gamelan dan alunan seruling bambu dari para pemuda desa. Para warga memenuhi alun-alun, menanti momen bersejarah tersebut—saat putra terbaik mereka resmi memegang tongkat kepemimpinan menggantikan Kades Zeno yang telah sepuh.Di tengah acara, Raka naik ke mimbar bambu yang dihias bunga kamboja putih. Ia mengenakan beskap hitam berlist emas dan blangkon bermotif kawung peninggalan ayahnya. Dengan suara lantang, ia membuka pidato:"Hari ini, aku tak hanya menerima amanah sebagai Kades, namun juga hendak mengabarkan kepada kalian semua... bahwa putra pertamaku dari Aina telah diberi nama: Rama Wironegoro!"Sorak sorai warga bergema, beberapa anak-anak melonjak kegirangan. Nama itu langsung menjadi buah bibir di antara para tetua.“Namanya gagah sekali!” bisik Bu Rini kepada tetangganya. “Rama… seperti satria besar. Semoga jadi penerus yang bijak kelak,” balas yang lain.Di ruma
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 75

Matahari baru saja terbit di ufuk timur ketika Lurah Wiroguno dari Desa Petir dan Wedana Amung dari Kecamatan Kemusuk duduk di balai bambu belakang rumah lurah, membicarakan satu hal yang sama: Raka dari Kali Bening.“Kau lihat, Amung? Pasar mereka hampir rampung. Pedagang dari arah barat mulai beralih ke sana. Bahkan beberapa petani kita ikut memasok bahan baku ke pasar Kali Bening,” gumam Wiroguno sambil menyulut tembakau kering. “Aku dengar mereka sudah punya tiga rumah makan, pabrik lilin, tambak ikan, dan bata merah. Bahkan anak muda pun lebih suka merantau ke sana ketimbang ke kota kecamatan!” sahut Amung dengan suara berat.Mereka terdiam sejenak, lalu Wiroguno menyeringai.“Sepertinya sudah waktunya... membuat orang-orang itu sadar bahwa Raka bukan lelaki suci. Aku masih ingat, waktu ia pernah diculik oleh keluarga Anom. Bukankah itu bisa kita besarkan sebagai aib?”Wedana Amung mengangguk, meski ragu.“Tapi bukankah rakyat Kali Bening sudah tahu peristiwa itu? Bahkan mereka
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 76

Suara-suara samar dari para pedagang dan musafir mulai memenuhi jalanan kota madya utama. Angin membawa kabar dari pelosok negeri, dan salah satu nama yang makin sering terdengar di kedai-kedai kopi pahit, warung-warung rempah, hingga ruang istirahat para bangsawan—adalah nama Raka dari Kali Bening.“Anak muda itu bukan sembarang pemuda desa,” bisik seorang saudagar tua kepada rekannya di teras pasar. “Ia menyulap tanah rawa menjadi desa bertembok kokoh. Jalanannya dilapisi semen murni, lebih halus dari jalan utama kota ini.”Genteng merah membara, bata merah yang kuat, serta lilin wangi dari kayu malam dan madu desa Kali Bening kini menjadi barang dagangan laris. Pedagang-pedagang dari kota madya datang silih berganti, bukan sekadar membeli, tetapi juga ingin menyaksikan sendiri keajaiban yang konon dibangun oleh seorang pemuda yang dahulu hanya dikenal sebagai budak mandor kuat.Jalan yang menghubungkan kota madya ke Kali Bening kini tak lagi dipenuhi lumpur dan lubang. Kereta kuda,
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status