Home / Fantasi / Hidup Kembali di Zaman Kuno / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Hidup Kembali di Zaman Kuno: Chapter 61 - Chapter 70

104 Chapters

Bab 57

Malam itu, langit di Kecamatan Kemusuk tampak mendung. Angin berembus pelan, membawa hawa dingin yang menusuk kulit. Di dalam Rumah Makan Sekar Kedaton, suasana masih ramai oleh para pelanggan yang menikmati hidangan khas. Namun, di kejauhan, beberapa bayangan bergerak mencurigakan di antara pepohonan.Tak lama kemudian, suara perkelahian pecah terdengar memecah keheningan malam. Sekelompok orang bertopeng menerobos masuk dengan senjata tajam di tangan.Perampok: "Jangan ada yang bergerak! Serahkan semua uang dan perhiasan!"Para pelayan dan tamu rumah makan tersentak kaget. Beberapa orang menunduk ketakutan, sementara yang lain menatap perampok itu dengan waspada.Seorang pria berbadan besar, yang tampaknya pemimpin kelompok, melangkah ke depan.Pemimpin Perampok: "Kami hanya butuh uang! Serahkan semua yang ada di laci kasir dan tidak akan ada yang terluka!"Tanpa banyak bicara, seorang pegawai dipaksa membuka laci kasir. Seketika, karung yang mereka bawa terisi penuh dengan koin ema
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 58

Hiruk-pikuk di Rumah Makan Sekar Kedaton kini telah mereda. Setelah peristiwa perampokan, banyak orang mengira Raka akan mengalami kerugian besar. Namun, kenyataan berbicara sebaliknya. Dengan kecerdikannya, ia justru mendapatkan lebih banyak keuntungan dari kejadian tersebut.Di Desa Kali Bening, Raka berdiri di depan Balai Desa bersama Kades Zeno. Di hadapan mereka, belasan nelayan dari Desa Petir menundukkan kepala dengan penuh hormat. Mereka yang sebelumnya hanya pesuruh Mandor Kuat dan Aryo, kini bersumpah setia kepada desa yang memberi mereka kehidupan baru.Seorang nelayan tua, Ki Toro, berbicara dengan suara bergetar.Ki Toro: “Tuan Raka, Kades Zeno… kami telah melihat keadilan yang sejati di desa ini. Kami sadar, selama ini hanya diperalat. Jika Tuan berkenan, kami ingin hidup di sini, bekerja di sini, dan menjadi bagian dari Desa Kali Bening.”Kades Zeno mengelus janggutnya, memandang nelayan-nelayan itu dengan mata penuh pertimbangan.Kades Zeno: “Kalian sadar dengan keputu
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 59

Di tengah ketenangan desa yang mulai berkembang pesat, Raka menyadari bahwa setiap keberhasilan selalu membawa tantangan baru.Tidak hanya Mandor Kuat dan Aryo yang masih menyimpan dendam, tetapi juga para pedagang dan saudagar dari kecamatan lain yang mulai merasa tersaingi dengan kemajuan usahanya. Berbagai upaya licik mulai bermunculan—dari harga pasar yang sengaja dimainkan, hingga kabar-kabar bohong yang disebarkan untuk merusak nama baiknya.Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah ancaman terhadap keluarganya. Aina, yang tengah hamil besar, sering menerima tatapan tak bersahabat dari orang-orang asing yang tak dikenalnya. Beberapa kali, orang suruhan yang mencurigakan terlihat mondar-mandir di sekitar rumah mereka.Raka memutar otak. Ia tak ingin mengambil risiko.“Untuk sementara, kita akan pindah ke Pavilion Puri,” ucapnya tegas kepada Aina.Aina terdiam sejenak, tetapi ia memahami keputusan suaminya. Pavilion Puri yang berada di Kampung Puri jauh lebih aman, dikelilingi oleh
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 60

Raka duduk di balai desa, Bersama dengan Paman Zeno menatap lembaran kayu ukir yang berisi sketsa rencana baru untuk usaha dagang dan pengelolaan hasil bumi. Ia tahu, dunia yang kini ia pijak penuh dengan persaingan yang tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tapi juga kecerdikan dan strategi. Strategi dari Dunia Modern Dalam pemikirannya, Raka mengingat berbagai strategi bisnis dari kehidupan lamanya di dunia modern. Ia mulai menerapkan sistem distribusi yang lebih efisien, memastikan barang dagangan dari Desa Kali Bening dan Desa Anggur dapat masuk ke pasar kecamatan tanpa hambatan. Ia juga memperkenalkan metode penyimpanan hasil panen yang lebih baik, memastikan tidak ada bahan pangan yang terbuang sia-sia. Gudang-gudang yang dulunya hanya menggunakan bata merah, kini diperkuat dengan campuran semen alami dan batu sungai, menciptakan penyimpanan yang lebih tahan lama. Para pedagang yang dulunya ragu kini mulai percaya, mereka melihat bagaimana pasar-pasar yang bekerja sama den
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 61

Raka Wironegoro berdiri tegap di atas menara benteng Desa Kali Bening. Ia menatap ke kejauhan, matanya tajam seperti elang yang mengawasi mangsanya. Malam ini, ia tak sekadar menikmati sepoi angin malam, tetapi mengawasi hasil karyanya yang baru saja rampung: panah semi-otomatis.Senjata ini adalah buah pikirannya yang telah lama ia rancang. Berbeda dengan panah biasa, alat ini mampu menembakkan tiga busur sekaligus dengan mekanisme tuas sederhana. Di setiap menara benteng, telah ia tempatkan beberapa panah besar yang mampu menjangkau musuh dari kejauhan.Ketika prajuritnya pertama kali mencoba senjata itu, suara deru anak panah yang melesat membelah angin terdengar begitu menggetarkan. Busur-busur itu meluncur dengan kecepatan mengagumkan, menusuk papan sasaran hingga tembus. Para pasukan desa bersorak, kekaguman meliputi wajah mereka. Tak hanya mereka, para pejabat desa kali bening pun tertegun termasuk sang paman kades Zeno melihat kehebatan senjata baru itu.Tak berhenti sampai d
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 62

Malam itu, suasana di rumah makan Sekar Kedaton terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena angin malam yang berhembus dari celah-celah jendela kayu, melainkan karena kemurkaan yang terpancar dari wajah dua bersaudara, Riko dan Roni . Mereka berdiri di tengah ruangan dengan napas memburu, menatap seorang lelaki tua yang menghadap ke depan mereka.Lelaki itu adalah Seto , kepala dapur yang telah bekerja di Sekar Kedaton sejak rumah makan itu pertama kali berdiri. Tangannya gemetar, bukan karena usia, melainkan karena kesadaran bahwa dirinya telah tertangkap basah melakukan kesalahan besar.“Kau berani berkhianat, Seto?” suara Riko menggema, penuh amarah yang tertahan.Seto masih tak bersuara. Tubuhnya membungkuk semakin ke dalam, seolah ingin menghilang dari dalamnya."Kami mempercayakan seluruh dapurmu!" Roni ikut berseru, tangannya mengepal di tubuhnya. "Dan kau membalasnya dengan mencuri resep lalu menjualnya pada pesaing kita?!"Raka Wironegoro yang sejak tadi duduk di kursi ka
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 63

Cumi Panggang dan Cumi Sayur PedasUntuk menu kelas atas, Raka menghadirkan cumi panggang bumbu madu dan cumi sayur pedas .Cumi Panggang Bumbu Madu : Cumi-cumi segar direndam dalam campuran madu, bawang putih, dan sedikit air jeruk nipis, lalu dipanggang hingga kecokelatan. Teksturnya kenyal, dengan rasa manis yang berpadu dengan aroma asap dari panggangan.Cumi Sayur Pedas : Cumi yang dimasak bersama sayuran seperti terong, labu siam, dan cabai merah, menghasilkan hidangan berkuah pedas yang menggugah selera.“Cumi sayur pedas ini pasti disukai para bangsawan,” ujar Roni sambil mengusap keringat di dahi akibat kepedasan yang menggigit.Ayam Kremasi: Gurih dan GaringRaka juga memperkenalkan Ayam Kremasi , sebuah teknik memasak ayam yang belum pernah ada di wilayah itu.Ayam direbus dengan bumbu rempah hingga empuk, kemudian digoreng dengan api kecil hingga bagian luar menjadi renyah dan kering sementara bagian dalamnya tetap lembut dan juicy.Disajikan dengan sambal terasi dan lalap
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 64

Di pagi hari yang cerah, Raka Wironegoro duduk bersama istri ketiga—Aina, Aini, dan Andini—di serambi belakang rumah. Secangkir wedang jahe mengepul di hadapannya, sementara istrinya sibuk mengiris rempah dan mencatat sesuatu di daun lontar.“Kanda,” ujar Aini sambil meletakkan ulekan yang masih berbau harum kunyit dan ketumbar. “Beta berpikir, kenapa kita tidak membuat racikan bumbu yang siap digunakan? Dengan begitu, siapa pun bisa memasak seperti di Sekar Kedaton.”Andini yang sedari tadi menggiling merica hitam menimpali, "Benar adanya! Banyak istri saudagar yang datang kemari mengeluh tak pandai meracik bumbu. Jika kita menjual rempah siap saji, mereka tak perlu bersusah payah menakar dan menghaluskan sendiri."Raka tersenyum, matanya berbinar. "Kalian sungguh cerdik. Dengan ini, tak hanya rumah makan kita yang semakin dikenal, tapi kita juga bisa memperluas usaha ke pasar-pasar yang lebih besar."Aina yang sejak tadi diam kini angkat bicara. "Namun, Kanda, bagaimana caranya bumb
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 65

Angin bertiup pelan membawa aroma khas rempah yang sedang disangrai di dapur Sekar Kedaton. Namun, di balik ketenangan malam, hati Raka Wironegoro bergejolak. Ia baru saja mendapat kabar dari Riko bahwa ada sesuatu yang mencurigakan di balik pencurian resep rumah makannya.Di serambi belakang, Raka duduk dengan wajah serius. Riko dan Roni berdiri di hadapannya, keduanya tampak murka.“Paman Raka, kini terang sudah siapa dalang di balik kejahatan itu,” ujar Riko dengan nada geram."Siapa?" Raka mengangkat wajahnya, menatap tajam ke arah Riko."Keluarga Anom dan Mawar!" Roni menjawab dengan tegas. "Mereka menyuruh Seto, kepala dapur yang dahulu kita percaya, untuk menyalin semua resep Sekar Kedaton!"Raka menggenggam tangan. Seto adalah orang yang telah bekerja lama bersamanya, seseorang yang ia anggap sebagai saudara dalam usaha ini. Namun ternyata, kepercayaannya telah disalahgunakan.“Anom dan Mawar memang sudah lama iri dengan kejayaan rumah makan kita,” kata Roni. "Sekarang, mereka
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Bab 66

Dalam beberapa pekan terakhir, Rumah Makan Sekar Kedaton mulai mendapat kabar miring. Para pelanggan setia mulai mendengar desas-desus bahwa makanan di sana tidak lagi dilihat sebelumnya, bahan-bahannya sudah tidak segar, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa dapurnya tidak bersih.Rumor itu tidak muncul begitu saja. Keluarga Anom dan Mawar berada di baliknya. Mereka tidak puas hanya dengan mencuri resep, kini mereka ingin menghancurkan reputasi Raka dengan cara yang lebih licik.Seorang pedagang sayur yang biasa menabung ke dapur Sekar Kedaton datang dengan wajah gusar. "Tuan Raka, saya mendengar orang-orang di pasar membicarakan rumah makan ini. Mereka bilang, ada orang-orang yang diupah untuk menyebarkan fitnah."Raka menatap tajam. "Siapa yang melakukannya?"Pedagang itu menghela napas. “Aku tidak tahu pasti, tapi aku melihat orang-orang yang biasa berduka dengan keluarga Anom ikut menyebarkan kabar itu.”Bantuan Kepada PejabatTidak hanya itu, keluarga Anom juga mulai menyuap bebe
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status