Home / Fantasi / Hidup Kembali di Zaman Kuno / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Hidup Kembali di Zaman Kuno: Chapter 31 - Chapter 40

98 Chapters

Bab 31

Suasana rumah makan Sekar Kedaton yang biasanya ramai dengan pelanggan setia, mendadak berubah tegang. Beberapa pria bertubuh kekar dengan wajah penuh luka dan tatapan penuh kesombongan melangkah masuk. Mereka adalah anggota Geng Kapak Geni, kelompok preman yang terkenal di sekitaran pasar.Tanpa basa-basi, mereka langsung duduk di beberapa meja dan mulai memesan makanan dalam jumlah besar. Pelayan yang melayani mereka tampak gemetar, tapi tetap berusaha bersikap profesional. Namun, begitu makanan dihidangkan, para preman itu mulai bertindak semena-mena. Mereka makan dengan kasar, melempar tulang ke lantai, bahkan merusak beberapa perabotan di rumah makan itu.Paman Zeno, yang saat itu sedang membantu di dapur, mendengar kegaduhan tersebut. Dengan cepat, ia keluar dan melihat situasi yang tidak terkendali. Aini, yang sedang melayani pelanggan lain, langsung menghampirinya dengan wajah khawatir.“Paman Zeno, mereka sudah keterlaluan. Kita harus melakukan sesuatu,” bisik Aini sambil mel
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Bab 32

Malam mulai menyelimuti Desa Petir, namun kepanikan semakin terasa. Penduduk Kampung Kali bening yang bekerja menangkap ikan dan memelihara bebek untuk Raka berkerumun di halaman rumah Raka, membicarakan satu hal yang sama—kepergian Raka yang belum kembali. Para wanita mulai berbisik-bisik dengan wajah cemas, sementara para lelaki menghunuskan obor, bersiap untuk pencarian yang lebih luas. "Sudah hampir tiga hari penuh dia belum pulang!" seru salah satu warga. "Dia bisa saja tersesat di hutan atau jatuh ke jurang di sekitar gunung!" tambah yang lain dengan nada khawatir. Roni dan Riko, dua saudara yang juga merupakan orang kepercayaan keluarga Raka, mengambil alih pimpinan pencarian. Dengan suara lantang, Roni menginstruksikan para pekerja dan penduduk desa untuk berpencar ke beberapa titik penting. "Kita bagi tim! Beberapa orang mencari ke arah sungai, yang lain ke hutan di perbatasan barat, dan sisanya ke kaki Gunung Kali Bening!" Suara perintahnya menggema, dan para lelaki
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Bab 33

Setelah hampir empat hari bersembunyi di atas pohon di tengah hutan Klewer, Raka akhirnya memberanikan diri untuk turun. Tubuhnya sudah mulai lemas karena persediaan makanan yang semakin menipis yang ia kumpulkan di hutan berupa akar-akar pohon yang bisa dimakan. Ia melompat dari dahan pohon dan mendarat dengan ringan di tanah yang masih basah oleh embun pagi.Dengan penuh kewaspadaan, Raka mulai menyusuri aliran anak Sungai Kali Bening. Airnya jernih, memantulkan cahaya matahari yang mulai menembus celah dedaunan. Ia meneguk air segar itu dengan rakus, merasakan kesegaran yang membasahi tenggorokannya yang kering. Matanya terus mengamati sekitar, memastikan tidak ada bahaya yang mengintai.Saat langkahnya membawa lebih jauh ke dalam hutan di balik Gunung Klewer, sesuatu yang tidak biasa menarik perhatiannya. Di antara bebatuan yang berserakan di tepi sungai, ia melihat kilauan hijau keemasan yang memantulkan sinar matahari dengan indah. Dengan hati-hati, ia mendekati batu tersebut da
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Bab 34

Persaingan antara Sekar Kedaton dan rumah makan Mawar semakin memanas. Sejak kepergian Raka, Sekar Kedaton bukannya meredup, tetapi justru semakin berkembang. Pengunjung yang datang semakin banyak, dan reputasi rumah makan itu kian melejit berkat hidangan khasnya yang selalu menggugah selera.Di sisi lain, rumah makan Mawar mulai kehilangan pelanggan. Meja-meja yang biasanya penuh kini sering kosong, dan aroma keputusasaan mulai terasa di antara para pegawainya. Sakar dan Candra, pemilik rumah makan Mawar, duduk di ruangan belakang dengan ekspresi masam. Mereka sudah mencoba berbagai cara untuk menarik pelanggan kembali, namun semua upaya sia-sia."Ini tidak masuk akal!" bentak Sakar, menghantam meja dengan kepalan tangannya. "Kita sudah menyingkirkan Raka! Seharusnya Sekar Kedaton sudah hancur tanpa dia!"Candra menggelengkan kepala, matanya menyipit penuh kebencian. "Aku tidak mengerti bagaimana mereka bisa bertahan. Bahkan, semakin hari, pelanggan mereka makin banyak. Seolah-olah k
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Bab 35

Roni mengayunkan langkahnya dengan hati-hati di tepi sungai yang mengalir deras. Matanya terus menyisir setiap sudut, mencari tanda-tanda keberadaan kakaknya, Raka. Di belakangnya, Riko mengikuti dengan napas tersengal, namun semangatnya tetap menyala."Roni, apakah kita tidak terlalu jauh?" tanya Riko dengan suara lelah."Tidak, aku merasa dia ada di sekitar sini. Aku yakin!" balas Roni mantap.Tiba-tiba, langkah Roni terhenti. Matanya membelalak melihat sosok yang terbaring lemah di tepi sungai. Tubuhnya penuh luka, pakaiannya lusuh, dan wajahnya terlihat pucat. Tanpa ragu, Roni berlari menghampiri."Kak Raka! Kak Raka!" seru Roni sambil mengguncang tubuh kakaknya dengan lembut.Riko yang melihat itu segera menyusul dan berjongkok di sisi Raka. Dengan mata berkaca-kaca, ia meraih tangan kakaknya yang dingin."Kak, bangun! Kami di sini!" ujar Riko dengan suara bergetar.Raka membuka matanya perlahan. Napasnya lemah, namun ada seberkas kelegaan di matanya saat melihat kedua adiknya."
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 36

Malam itu sebelum terjadi penculikan, Raka berdiri di tepi dermaga Desa Anggur, menunggu kepulangan para nelayan yang membawa hasil tangkapan mereka. Sebagai pemilik rumah makan sekar kedaton yang mulai berkembang, ia telah bekerja keras untuk membangun usahanya. Namun, siapa sangka, malam itu menjadi awal dari tragedi yang akan mengubah hidupnya. Narno, seorang tengkulak ikan yang sudah lama bekerja sama dengan Raka, datang membawa berita bahwa ada hasil tangkapan langka yang bisa mereka jual dengan harga tinggi di kota. Raka, yang tidak curiga sedikit pun, setuju untuk menukar emas dalam jumlah besar dengan hasil tangkapan yang dijanjikan oleh Narno. Mereka melakukan transaksi di sebuah rumah makan bernama "Mawar," yang dimiliki oleh dua saudara, Candra dan Sakar. Setelah menyerahkan peti berisi uang emasnya, Raka menunggu ikan-ikan yang dijanjikan. Namun, Narno menghilang bersama kereta kuda dan seluruh emasnya. Saat Raka menyadari bahwa ia telah ditipu, dua pria bertopeng muncul
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 37

Di bawah rindangnya pepohonan hutan belantara, Roni dengan cekatan mendirikan tenda darurat. Raka masih terbaring lemah setelah perjalanan panjang yang menguras tenaga. Sementara Riko menyalakan api unggun, Roni memastikan sahabatnya itu nyaman dengan menyelimuti tubuhnya dengan kain tebal. Malam itu, mereka memutuskan untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Desa Petir. Pagi menjelang, matahari mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur. Raka masih tampak lemah, namun tekadnya untuk kembali ke desa membuatnya berusaha bangkit. Dengan penuh perhatian, Roni dan Riko membantu memapahnya. Langkah demi langkah mereka lalui hingga akhirnya sampai di gerbang Kampung Kali Bening, sebuah desa kecil yang terletak di tepian sungai jernih yang selalu mereka lewati. Melihat kedatangan mereka, warga Kampung Kali Bening berbondong-bondong menyambut dengan penuh rasa syukur. Kabar tentang kondisi Raka yang lemah sudah menyebar di antara mereka. Suasana haru pun tak terhindarkan ke
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 38

Setelah beberapa minggu beristirahat dan memulihkan kondisi fisiknya, Raka akhirnya merasa cukup bugar untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Pagi itu, ia memutuskan untuk mengajak ketiga istrinya—Aina, Aini, dan Andini—berjalan-jalan ke Pelabuhan Desa Anggur, tempat para nelayan menurunkan hasil tangkapannya. Ia ingin memperkenalkan mereka pada kehidupan pesisir sekaligus menikmati suasana yang berbeda.Setibanya di pelabuhan, aroma laut yang khas langsung menyambut mereka. Para nelayan tampak sibuk dengan hasil tangkapan mereka, dan salah satu yang menarik perhatian adalah cumi-cumi segar yang masih bergerak di dalam keranjang. Aina, Aini, dan Andini terkejut sekaligus kagum melihat bentuk dan warna cumi-cumi yang berbeda dari ikan-ikan yang biasa mereka lihat."Lihat itu, mereka masih hidup!" seru Andini dengan mata berbinar."Aku belum pernah melihat ikan seperti ini dan sebesar ini sebelumnya," tambah Aini sambil menyentuh salah satu cumi yang masih segar.Tanpa ragu, mereka s
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 39

Raka berdiri di depan rumahnya, menatap puluhan pasang mata yang memohon kepadanya dengan penuh harap. Warga kampung yang dahulu hanyalah pengemis dan pengangguran kini berkumpul, memohon agar Raka tidak meninggalkan mereka. Di antara mereka, para pengemis yang selama ini setia mengikuti Raka, menangis tersedu-sedu."Tuan Raka, jangan tinggalkan kami!" seru seorang pria tua dengan suara bergetar. "Kami sudah berubah berkat bimbinganmu. Kampung ini mulai berkembang, jangan biarkan kami kembali ke masa lalu yang suram!"Seorang wanita dengan bayi di gendongannya maju ke depan. "Tuan Raka, sejak kedatanganmu, kami memiliki harapan. Kami telah belajar bekerja dan berusaha. Jika kau pergi, kepada siapa lagi kami bergantung?"Raka menghela napas panjang. Ia sudah berencana meninggalkan kampung ini, tetapi melihat mereka semua, hatinya mulai bimbang. Saat itu, Paman Zeno, orang tua bijak yang telah lama menjadi penasehatnya sekaligus pamannya, melangkah maju dan meletakkan tangan di bahu Rak
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 40

Setelah pertemuan di balai Kali Bening, Raka tidak membuang waktu. Dengan tekad yang bulat, ia segera mengumpulkan para pekerja dan memulai eksperimen pembuatan bata merah di pinggiran Sungai Kali Bening. Namun, berbeda dengan cara lama yang banyak merusak tanah dan mencemari udara, Raka memperkenalkan teknik baru yang lebih ramah lingkungan—teknik pengendapan lumpur. Setiap pagi, para pekerja menggali tanah liat di tepian sungai, kemudian menampungnya dalam wadah besar. Lumpur tersebut dibiarkan mengendap secara alami, memisahkan kotoran dan pasir kasar, hingga hanya tersisa tanah liat halus yang kelak akan tercetak menjadi bata. Cara ini tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem sungai, tetapi juga menghasilkan bata dengan warna merah menyala, permukaan halus, dan kekuatan yang lebih baik. Hari demi hari, kabar tentang bata merah dari Kali Bening mulai menyebar. Warga yang semula ragu, kini terheran-heran melihat hasilnya. Bata-bata itu lebih kokoh dibandingkan yang biasa mereka g
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status