Semua Bab IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT : Bab 21 - Bab 30

62 Bab

Bab 21 Pamer

Dua minggu kemudian, Nabila membawa Sandi jalan-jalan menggunakan stroller di sekitaran komplek sambil menjemurnya sehabis dimandikan.Beberapa tetangga komplek menyapa Nabila. Bahkan tak jarang dari mereka menatap gemas ke arah Sandi.“Nabila!” teriak bu Sani dari kejauhan.Nabila menoleh, tampak bu Sani berlari mendekati Nabila.“Iya, Bu ada apa?” tanya Nabila.Dengan napas terengah-engah sambil meringis, bu Sani kemudian menjawab, “Nabila, penyakit maag Ibu kambuh. Persediaan obat sudah habis. Kamu bisa, kan belikan Ibu obat di apotek?”Nabila menatap bu Sani dengan iba. Lantas ia mengangguk menyanggupi.“Baiklah, Bu. Kalau begitu aku belikan obat. Oh iya, terus Sandi gimana?” tanya Nabila.“Sandi biar Ibu saja yang jagain. Cepetan, ya kamu belinya. Ibu sangat kesakitan dan ini resep obatnya,” jawab bu Sani.Nabila pun menyerahkan stroller itu kepada bu Sani. Lantas ia mulai melangkahkan kakinya hendak menuju apotek.“Kamu bawa motor saja, pinjam sama pak Satpam,” cegah bu Sani.N
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 22 Iri Dengki

Mata Weni melotot tajam tak percaya, bahkan mulutnya sampai menganga karena terpaku akan apa yang ia lihat di depan mata.Weni mencubit tangannya sendiri, tidak percaya dengan penglihatannya. Apakah yang dilihatnya hanyalah mimpi? Nabila menggandeng tangan pria tampan dan berpenampilan rapi. Bahkan di belakang Gala terpampang jelas mobil mewah berharga fantastis.Gala mengangkat sebelah alisnya, kemudian menoleh ke ke arah Nabila. Namun, dengan cepat Nabila meremas tangan Gala, seakan memberi kode supaya Gala diam.“Kenapa, Wen? Kamu kaget dengan kehidupanku sekarang? Kamu sudah lihat keadaanku seperti apa. Jadi, tolong jangan ganggu aku lagi. Kita sudah tidak ada urusan. Kalau kamu masih mengira aku masih sakit hati karena mas Arsya menikah lagi sama kamu, itu salah besar, Wen. Rasa cintaku pada mas Arsya, sudah hilang tak bersisa. Oh iya, aku sampai lupa ngomong sama kamu. Selamat atas motor baru kamu. Aku paham maksud kamu. Kamu hanya ingin menunjukkan padaku apa yang kamu dapat da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 23 Sikap Konyol

“Bapak kenapa?” tanya Nabila, ia menoleh ke arah Gala.Gala yang tengah kepedasan, segera meraih segelas air putih lalu meneguknya hingga habis.“Em … tidak apa-apa,” jawab Gala, menyembunyikan apa yang terjadi.Nabila menatap Gala penuh selidik, kemudian menoleh ke arah sambal yang ada di dekatnya. Nabila menahan tawa, ia tahu apa yang terjadi. Namun, sepertinya Gala memang tidak mau terlihat konyol di hadapan Nabila.“Kenapa?” tanya Gala.“Tidak apa-apa,” jawab Nabila, kemudian meneruskan makannya hingga habis.Selesai makan, Nabila beranjak dan hendak membereskan piring-piring kotor untuk dibawanya ke dapur. Namun, lagi dan lagi Gala melarangnya.“Padahal kamu masih muda, loh. Kenapa kamu sudah pikun? Ini bukan tugas kamu, tugas kamu hanya mengurus anak saya. Biarkan mbok Min yang mengerjakan ini,” cegah Gala.Nabila mengangguk, lantas ia segera pergi ke kamar, saat terdengar tangisan Sandi.Gala menepuk jidatnya sendiri. Merasa konyol dengan sikapnya barusan. Bisa-bisanya Gala me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 24 Berdebat

“Sayang, kok nggak ada makanan. Aku lapar,” ujar Arsya, saat ia baru saja pulang dari tempat kerja.Arsya membuka tudung saji, tidak ada makanan yang tersedia di dalam sana.Weni yang tengah membaca buku, segera menjawab, “Nggak, kamu masak saja sendiri!”Arsya mengernyitkan dahinya, lantas ia segera menghampiri Weni yang ada di ruang keluarga.“Kamu kenapa, sih dari kemarin sikap kamu beda sama aku? Aku punya salah apa? Apa yang kamu inginkan sudah aku berikan. Kredit motor terbaru buat kamu, apa itu belum cukup?” tanya Arsya tak habis pikir dengan perubahan sikap Weni.Weni meletakkan buku di atas meja, kemudian merubah posisi membelakangi Arsya. Hal itu memicu pertanyaan besar dalam benak Arsya.“Wen, kamu kenapa, sih? Coba ngomong, jangan seperti ini. Aku nggak ngerti kenapa kamu seperti ini?” tanya Arsya.Weni berdecak kesal, kemudian menghadap ke arah Arsya.“Aku mau mobil, Mas,” jawab Weni.Mata Arsya terbelalak, seolah hampir meloncat dari tempatnya.“Apa kamu bilang? Mobil? K
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 25 Tak Tahu Malu

“A-apa? Ja-jadi, saya terpilih naik jabatan?” tanya Arsya, wajahnya menunjukkan ketidak percayaan. Beberapa kali ia mengusap wajahnya sambil tersenyum.“Baiklah, terima kasih atas bocorannya. Saya jadi lebih semangat bekerjanya.” Setelah Arsya mengakhiri percakapannya bersama rekan kerjanya. Arsya pun mematikan teleponnya kemudian menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana.“Bu, aku naik jabatan. Aku dapat promosi, dan akhirnya aku yang dapat, Bu. Aku naik jabatan di tempat kerjaku,” ujar Arsya, ia memeluk ibunya.Weni yang telah berada di ambang pintu keluar, urung untuk pergi setelah mendengar percakapan Arsya di telepon. Lantas ia mendekati Arsya dengan harapan yang begitu besar.“Kamu naik jabatan, Mas? Apakah itu benar?” tanya Weni dengan senyuman sumringah.Arsya mengurai pelukannya pada ibunya. Lantas menoleh ke arah Weni.“Kenapa kamu balik lagi? Bukankah kamu mau pergi dan ingin bercerai dariku?” tanya Arsya dengan wajah masam.Dengan tidak tahu malu, Weni memeluk Arsy
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 26 Baju Bolong

Arsya terpaku melihat pemandangan indah yang terpampang nyata di depan mata. Hal itu justru membuat Weni bangga. Bagaimana tidak, Weni yang tengah mengenakan lingerie, menjadi pusat perhatian Arsya.“Kenapa diam? Ke sini masuk! Ini aku, bukan Nabila,” celetuk Weni.Arsya tersadar dari keterdiamannya. Ia tersenyum lantas mendekat ke arah Weni.“Kamu paling bisa membuat aku luluh, Weni. Kamu memang cantik dan seksi,” puji Arsya.Pujian Arsya membuat Weni semakin melayang. Seperti biasa, Weni mendekat dan bergelayut manja di bahu Arsya.Suasana malam yang syahdu, di tambah rintik hujan yang tiba-tiba datang. Membuat sepasang suami istri itu terbawa suasana. Hasrat Arsya yang bangkit, ditambah Weni yang pandai menggoda. Membuat kedua insan itu tenggelam dalam lautan kenikmatan sebagai sepasang suami istri.“Terima kasih, Sayang. Akan aku buat kamu bahagia. Bukan hanya karena amanah dari Arka, tapi juga dari hati aku,” ucap Arsya.Weni mengangguk, ia semakin bangga atas dirinya yang pandai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 27 Buru-buru Pulang

“Woy, kenapa melamun saja? Kita ini mau ngopi, bukan nontonin orang melamun!”Di sebuah cafe, Gala beserta teman-teman masa kuliahnya tengah menikmati kopi. Rutinitas seperti yang selalu mereka lakukan, jika ada waktu senggang.Gala yang tengah melamun sambil tersenyum sendiri, tersadar saat temannya mengagetkannya.“Nggak, siapa yang melamun? Oh iya, Daf, bagaimana sama rencana pernikahan lu? Nggak diundur lagi, kan?” tanya Gala.Dafa yang tengah menyeruput creamy latte, segera menyimpan cangkirnya ke atas meja.“Nggak tahu lagi gue, Ga. Permintaan calon mertua gue aneh-aneh. Belum juga nikah, sudah minta dibeliin mobil. Katanya, kalau gue nggak nurutin permintaannya, gue nggak bisa nikahin anaknya,” jawab Dafa.“Lah … dimanfaatin lu, Daf. Mending cari cewek lain, masih banyak yang nggak matre,” timpal Dante.“Ya … lu mah enak ngomong kayak gitu. Gue cinta sama anaknya, harus gimana lagi, dong?” sahut Dafa.Gala terkekeh sambil geleng-geleng kepala.“Kalau lu cinta sama cewek itu, te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 28 Sakit Hati

“Ma-maksud Pak Gala apa? Bapak sendiri, kan yang meminta saya memilih baju-baju di kamar Bapak? Tapi kenapa Bapak kelihatan marah sama saya?” tanya Nabila bingung.Mata Gala memerah, menyiratkan amarah yang muncul pada dirinya. Dengan tiba-tiba, Gala menarik tangan Nabila lalu membawanya masuk ke dalam kamar Nabila. Sontak Nabila terkejut atas perlakuan Gala yang cukup kasar terhadapnya.“Bapak mau apa?” tanya Nabila, ia bingung sekaligus ketakutan melihat perilaku Gala.Gala menghentikan langkahnya di depan sebuah cermin. Nabila tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam pikiran Gala. Bukankah, Gala sendiri yang menyuruhnya memilih pakaian ibunya yang ada di dalam kamarnya?“Lihat tubuh kamu! Lihat baju yang melekat pada tubuh kamu! Lancang sekali kamu memakai baju almarhumah istri saya. Di rumah ini, tidak ada yang berani menyentuh apalagi memakai baju peninggalan istri saya. Tapi kamu, kamu yang belum lama kerja di sini, sudah berani memakai baju istri saya. Lancang sekali kamu, N
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 29 Ibu dari Anakku

Gala membuka matanya, tersenyum saat melihat seorang wanita cantik di depan matanya.“Sayang, kamu ada di sini?” Gala kemudian bangun dan duduk sambil menggenggam tangan Delima.“Iya, aku ada di sini bersama kamu,” sahut Delima sambil memegang dada Gala.Gala menangis bahagia, ia tak kuasa menahan air mata. Berkali-kali, ia mengecup tangan Delima. Ia tak menyangka, jika Delima ada bersamanya.“Jangan menyakiti ibu dari anakku. Milikku adalah miliknya. Kamu harus janji padaku, Sayang!” ucap Delima sambil tersenyum.Gala tidak mengerti apa maksud dari ucapan Delima. Dahinya mengernyit, menyiratkan sebuah pertanyaan di dalam benaknya.“Nanti kamu akan mengerti. Aku tidak bisa lama di sini. Aku pergi!”“Pergi? Kamu mau ke mana, Sayang? Kamu di sini saja, jangan tinggalkan aku. Aku dan Sandi butuh kamu, Delima. Aku mohon jangan pergi!” cegah Gala memohon. Namun, Delima tersenyum sambil menjauh dari pandangan Gala, hingga ia menghilang entah ke mana.“Jangan pergi, aku mohon! Aku rindu sama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 30 Penyesalan

Keesokan paginya, Nabila terbangun dengan selimut tebal yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Nabila menggeliatkan tubuhnya sambil menguap lebar.“Sudah pagi saja,” gumam Nabila sambil melirik ke arah jam dinding.Nabila masih mengantuk, sejenak ia berdiam sebelum beranjak dari tempat tidur. Namun, tiba-tiba matanya melotot tajam, saat dirinya teringat sesuatu.“Lah, bukannya tadi malam aku tidur di kamar Sandi? Kok sekarang ada di sini. Siapa yang mindahin?” gumam Nabila.Nabila merasa aneh, ia tidak tahu apa yang terjadi semalam.“Sepertinya aku mengalami tidur sambil berjalan. Ya sudahlah, lebih baik aku segera mandi. Dari pada kena omel lagi dari pak Gala,” gumam Nabila, lantas ia segera masuk ke dalam kamar mandi.Setelah membersihkan diri, Nabila pun membuka lemari hendak berganti pakaian. Namun, ia terpaku, ada banyak baju-baju bagus yang tersimpan di dalamnya. Bahkan ada beberapa baju yang masih ada label yang terpasang di baju-baju itu.“Baju-baju siapa ini? Kayaknya masih baru.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status