Semua Bab IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT : Bab 31 - Bab 40

62 Bab

Bab 31 Rewel

Selesai makan, Nabila kembali mengambil alih Sandi dari tangan Gala, kemudian membawanya ke halaman rumah untuk dijemur. Sedangkan Gala, ia pun memulai sarapan paginya.“Pak Gala, ada telepon untuk Bapak. Ini dari orang tua bu Delima,” ucap bu Sani, sambil menyerahkan ponselnya kepada Gala.“Iya, terima kasih, Bu Sani. Oh iya, tolong bereskan berkas-berkas kantor di ruang kerja saya. Rapikan dan simpan di dalam lemari seperti biasa,” titah Gala sambil menerima ponsel bu Sani.“Baik, Pak. Akan saya kerjakan sekarang!” seru bu Sani, kemudian wanita paruh baya itu berlalu pergi ke ruangan yang dimaksud.“Halo, ada apa, Ma?” tanya Gala kepada ibunya Delima.“Halo, Gala, apakah kamu tidak sibuk hari ini? Bisakah kamu datang ke rumah Mama? Mama sama papa kangen sama Sandi. Mama ingin bertemu dan memeluk cucu Mama,” jawab ibu mertua Gala.“Tidak terlalu sibuk, kerjaan bisa dihandle oleh sekretaris saya. Baiklah, aku ke sana sekarang, Ma. Aku siap-siap dulu,” ujar Gala, kemudian menutup telep
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 32 Menolak

“Langsung saja, Pa. Kasih tahu Gala tentang rencana kita!” seru Mona.“Em … maaf, Ma, Pa. Ini sebenarnya ada apa, ya? Maksudnya rencana apa?” tanya Gala yang tidak mengerti dengan maksud perkataan Mona.Akbar mengangguk, kemudian menatap Gala begitu serius.“Gala, Papa tahu kamu pasti masih merasa kehilangan Delima. Begitu pun juga kami, Gala. Kami sangat kehilangan putri sulung kami, Delima. Papa juga sangat kasihan terhadap Sandi. Masih bayi tapi sudah harus kehilangan sosok ibu. Papa sedih kalau ingat itu, Gala. Maka dari itu, Papa dan Mama telah bermusyawarah, kami memiliki rencana bagus buat kamu dan Sandi. Semoga kamu bisa menerima rencana kami dengan senang hati,” jawab Akbar.Gala semakin tidak mengerti dengan ucapan Akbar. Terlalu bertele-tele dan berbasa-basi.“Lalu?” tanya Gala.Mona kemudian meraih tangan Nadin yang duduk di tengah-tengahnya bersama Akbar.“Kami memiliki niat untuk menikahkan kamu dengan Nadin. Nadin adalah Tante kandungnya Gala. Seperti Delima, Nadin sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 33 Pura-pura Mesra

“Apa-apaan ini, Gala?” tanya Mona, tampak kilatan kemarahan atas sikap Gala yang dinilai tidak menghargai mertuanya.“Tidak apa-apa, hanya membantu Nabila membersihkan bibirnya saja,” jawab Gala.Mona menatap tajam ke arah Gala dan Nabila. Tangannya mengepal kuat.“Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Itu membuat kami sakit, apalagi Nadin. Kamu tidak bisa menjaga perasaan kami, sebagai mertua kamu, Gala. Gila memang, seorang pengasuh anak saja diperlakukan secara istimewa seperti itu,” ujar Mona.Gala segera menanggapi dengan santai.“Terserah Mama mau ngomong apa. Ini hidupku, kenapa mesti disetir sama orang lain? Bebas dong, aku melakukan apa saja yang aku mau. Aku bukan budak kalian, yang semau kalian atur seenaknya,” sahut Gala tersenyum smirk.Akbar berusaha menenangkan Mona yang terlihat emosi itu. Namun, Mona lumayan keras kepala. Ia tidak bisa diam begitu saja melihat Gala berlaku seperti itu.“Em … maaf, biar saya keluar saja. Kasihan Sandi,” ucap Nabila merasa tidak enak,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab 34 Izin Pergi

“Terima kasih, Bu Sani. Sekalian tolong ambilkan barang-barang Sandi di mobil. Dan kamu, Nabila, langsung mandiin Sandi. Sepertinya dia sudah tidak nyaman,” ucap Gala yang disambut oleh anggukan kepala bu Sani dan Nabila.Gala masuk ke dalam kamarnya. Ia menelpon sekretarisnya, guna memastikan tentang pekerjaannya yang seharian ini ia tinggalkan, yang dipercayakan kepada sekretarisnya tersebut.“Baiklah kalau begitu, besok saya kembali masuk. Pastikan bahwa proyek kita ini berjalan lancar. Saya ingin proyek kita berhasil dan perusahaan kita semakin berkembang,” ujar Gala kepada sekretarisnya.Setelah panggilan diakhiri, Gala memutuskan untuk membersihkan diri. Di bawah guyuran air dingin, Gala merasa tubuhnya menjadi segar dan rileks.Keesokan harinya, seperti biasa, Gala berangkat ke kantor. Melanjutkan proyek besar yang harus ia kerjakan. Namun, sebelum pergi, Gala menyempatkan diri untuk menemui Sandi di kamarnya.“Anak Papa sudah wangi saja, Papa kerja dulu, ya. Kamu baik-baik sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 35 Dikurung

“Nabila! Ya Tuhan, kamu kenapa, Nabila?” Gala berlari mendekati Nabila.“Pak Gala,” gumam Nabila.Penampilan Nabila terlihat kacau. Selain dahinya terluka, rambutnya pun terlihat acak-acakan.“Kamu kenapa bisa sampai begini? Habis dari mana saja kamu? Kenapa tidak izin pada saya kalau kamu keluar?” Gala mencecar Nabila dengan banyaknya pertanyaan.Nabila menghembuskan napas kasar. Tampak tatapan matanya begitu sayu.“Pak Gala marah sama saya? Iya, tidak apa-apa, kok. Memang saya yang salah karena tidak izin kepada Pak Gala. Kalau memang Pak Gala mau pecat saya, tidak apa-apa. Biar saya pergi sekarang,” imbuh Nabila.Gala menautkan kedua alisnya, entah apa yang terjadi terhadap Nabila. Sikapnya pun terasa aneh yang Gala lihat.“Kamu ngomong apa, sih? Nggak jelas banget,” sahut Gala.Nabila tersenyum tipis sambil membuang muka.“Aku memang nggak jelas, Pak. Hidup saya sudah kepalang hancur. Sekali hancur, ya sudah hancur saja sekalian. Saya memang tidak berguna,” ujar Nabila.Gala semak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 36 Kepedean

“Saya ikut ke pesta sama Bapak?” tanya Nabila sambil menunjuk wajahnya sendiri.“Ya, kamu mau?” tanya Gala.Nabila terdiam, bingung harus menerima ajakannya atau harus menolak.“Diam berarti mau,” cetus Gala.Nabila menautkan kedua alisnya. Majikannya itu memang selalu membuat keputusan sendiri, tanpa persetujuan dari yang bersangkutan. Namun, di balik sifat Gala yang penuh penekanan, ada sisi baik yang Nabila rasakan selama bekerja di sebagai ibu susu untuk anaknya.“Kok Pak Gala yang memutuskan saya mau. Apakah Pak Gala yakin saya mau ikut?” tanya Nabila.“Saya yakin, ingat, saya adalah majikan kamu. Apa pun perintahku, kamu harus turuti,” jawab Gala.Nabila menghela napas kasar, kemudian ia mengangguk setuju. Memang benar, Nabila harus menuruti apa pun perintah Gala. Sebab, dirinya dibayar oleh Gala.Suasana berubah hening saat perut Nabila berbunyi.“Makan yang banyak, setelah itu temui Sandi. Kamu meninggalkannya cukup lama. Saya tidak mau anak saya kelaparan,” ucap Gala kemudian
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 37 Pergi ke Pesta

“Sudah siap? Sebaiknya kita berangkat sekarang!” ajak Gala.“Sudah, Pak,” sahut Nabila, yang tengah menggendong Sandi.Mereka berdua langsung menuju garasi, lalu menaiki mobil.“Em … Pak Gala, kenapa Pak Gala mengajak saya ke pesta karyawan Bapak? Apakah Bapak tidak akan malu?” tanya Nabila.“Malu? Kenapa harus malu? Di hadapan Tuhan kita sama, nggak ada bedanya. Saya manusia kamu juga manusia. Saya mengajak kamu ke pesta itu, semata hanya ingin menghibur kamu. Saya rasa tidak ada salahnya saya melakukan ini. Saya paham dengan perasaan kamu waktu itu. Merasa sendiri di tengah ramainya orang. Tapi, kamu harus tahu, Nabila. Kamu tidak sendiri di sini. Di rumah saya, semua pekerja sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri. Asalkan mau nurut, tidak melakukan hal yang tidak saya suka, maka saya akan memperlakukan kalian dengan baik,” tutur Gala.Nabila tersenyum kecil, ternyata benar, Gala memang baik. Walau pun terkadang sikapnya menyebalkan dan selalu memaksakan kehendaknya sendiri
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 38 Membanding-bandingkan

“Kamu, sedang apa kamu di sini?” tanya bu Retno.Nabila tersentak, tak menyangka jika mantan ibu mertuanya akan memergokinya di tempat itu.“Sa-saya … saya hanya menumpang membersihkan anak ini di sini. Dia habis buang air besar dan saya lupa belum membeli tisu basah,” jawab Nabila.Bu Retno melirik tajam ke arah Sandi. Lama ia menatap bayi itu, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Nabila.“Anak siapa ini?” tanya bu Retno sambil menunjuk Sandi.“Ini anaknya-”“Oh … saya paham sekarang. Pasti kamu menculik anak orang, kan? Kamu sudah gila, Nabila. Kamu stres karena Amira meninggal, jadi kamu memutuskan mengambil anak orang. Jahat kamu, Nabila!” cetus bu Retno.Nabila menggelengkan kepala, membantah anggapan yang tidak benar dari bu Retno tentang dirinya.“Jaga ya ucapan Ibu, jangan selalu merasa benar sendiri tanpa mau tahu kebenarannya. Saya tidak pernah menculik anak orang!” bantah Nabila.“Terus, itu anak siapa? Kamu juga ngapain ke sini? Saya, Arsya mau pun Weni, kami tidak pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Bab 39 Bertolak Belakang

“Saya ayah dari anak itu, kalian apakan Nabila dan anak saya?” tanya Gala, yang tiba-tiba datang setelah mendengar suara tangisan Sandi di belakang.Arsya dan bu Retno terkejut mendengar pengakuan Gala tentang bayi itu. Mereka saling melempar pandang satu sama lain.Nabila segera berdiri dengan dibantu oleh Gala. Tangisan Sandi masih menggema menahan sakit di kepalanya.“Ja-jadi, anak ini-”“Dia anak saya, jawab pertanyaan saya tadi, kalian apakan Nabila dan anak saya?” potong Gala.“Ka-kami ….” Arsya bingung hendak menjawab apa. Sementara bu Retno ia tertunduk sambil menahan rasa takut terhadap Gala. Berkali-kali ia meremas ujung bajunya, berusaha menghilangkan kegelisahan.Melihat bu Retno tidak bisa berkutik, Nabila lantas menimpali ucapan Arsya yang tengah gugup.“Bu Retno telah menuduh saya yang tidak-tidak. Bu Retno memfitnah saya menculik Sandi. Dia yang membuat saya terjatuh hingga Sandi pun terbentur tembok,” timpal Nabila.Mendengar pengakuan Nabila, Gala menatap tajam ke ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Bab 40 Digiring

“A-apa? Saya dipecat, Pak?” tanya Arsya.“Ya, tinggal pilih saja, ibu kamu saya proses hukum, atau kamu akan saya pecat. Tinggal pilih saja mana yang kamu mau,” jawab Gala.Weni mendekat ke arah Arsya, kemudian membisikkan sesuatu.“Mas, kamu pikirkan baik-baik. Pikirkan masa depan kita, kamu jangan pernah meninggalkan pekerjaan kamu. Ingat, kamu baru saja diangkat jabatan. Jangan sia-siakan apa yang telah kamu capai dengan susah payah,” bisik Weni.Arsya kaget mendengar ucapan Weni. Bisa-bisanya Weni memberikan saran seperti itu. Namun, jika Arsya memilih dipecat dan bu Retno bebas dari tuntutan, maka Arsya harus merelakan jabatan yang telah susah payah ia capai sejak lama. Akan tetapi, jika Arsya memilih ibunya diproses hukum, dan Arsya akan aman dalam pekerjaannya. Tapi bagaimana dengan perasaan ibunya? Arsya berada di titik akhir rasa bingung. Bagai buah simalakama, maju kena mundur pun akan tetap kena juga.“Saya … saya ….”“Arsya, tolong Ibu, Nak!” ucap bu Retno memohon.“Mas, p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status