Semua Bab IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT : Bab 11 - Bab 20

62 Bab

Bab 11 Pulang Bersama

“Diam, kamu aman di sini,” bisik seseorang dari belakang Nabila.Nabila merasa familiar dengan suara itu, ia pun terdiam saat pria yang mengejarnya itu mencarinya di sekitaran tempat ia bersembunyi.“Sial, ke mana perginya dia?” ujar pria itu, kemudian pergi dan kembali memasuki mobilnya.Nabila bisa bernapas lega, ia kemudian membalikkan badannya ke belakang.“Mas Rocky,” gumam Nabila, saat melihat orang yang telah menyelamatkannya ternyata adalah suami temannya.“Iya, Nabila, ini aku. Syukurlah kamu tidak apa-apa dan aku menemukan kamu di saat waktu yang tepat. Kenapa kamu bisa di kejar-kejar orang itu? Apakah kamu ada masalah dengannya? Dan ini ….” Rocky menatap Nabila dari atas hingga ke bawah. Membuat Nabila risih karena penampilannya yang terbuka.“Em … aku dijebak sama orang yang memanfaatkanku yang sedang kebingungan mencari pekerjaan. Tapi aku berhasil lolos, ngomong-ngomong, terima kasih Mas Rocky sudah mau menolong aku. Aku mau pulang,” sahut Nabila.“Syukurlah kalau begitu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Bab 12 Berpamitan

“Ya Tuhan, Mas Rocky ngapain di sini?” tanya Nabila, refleks ia menjauh dari Rocky.“Em … maaf, Nabila. Aku hanya ingin mengobrol saja sama kamu. Nadya belum pulang, jadi aku kesepian,” jawab Rocky.Nabila mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan gelagat Rocky.Perlahan, Rocky mendekat ke arah Nabila. Membuat Nabila merasa risih dan takut.“Maaf, Mas. Sebaiknya Mas keluar dari sini. Ini sudah malam, dan ini juga tidak pantas walau pun hanya ngobrol. Tolong hormati aku sebagai teman Nadya. Aku tidak ingin Nadya salah paham atas sikap Mas ini. Aku harap Mas paham maksud aku,” imbuh Nabila.Rocky duduk di pinggiran tempat tidur. Membuat Nabila lagi dan lagi merasa tidak nyaman akan hal itu.“Padahal, aku hanya ingin ngobrol saja sama kamu, Nabila. Ini masalah aku dan Nadya. Kamu tahu? Aku merasa rumah tanggaku bersama Nadya terasa hambar. Nadya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan aku, tiap hari harus menunggu kepulangannya sampai malam. Kami jarang sekali ada waktu untuk bersam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Bab 13 Setitik Harapan

“Kamu tidak bisa pergi dari sini, Nabila!”Nabila terbelalak, kemudian ia menoleh ke arah Rocky.“Kenapa? Apa hakmu melarangku pergi? Maaf, Mas, aku tidak bisa berlama-lama tinggal di sini. Aku sangat menghargai Nadya. Aku tidak ingin dia kecewa, walau pun sebenarnya dia hanya salah paham. Aku pergi!” Nabila kemudian keluar sambil membawa tas berisi pakaiannya.Nabila menaiki ojek online yang telah ia pesan tadi, meminta tukang ojek tersebut melajukan motornya dengan cepat ke alamat kantor yang semalam tertera di ponsel, yang tengah membuka lowongan pekerjaan.Sampai di depan gedung besar bertingkat. Nabila turun dari motor, kemudian membayarnya. Nabila menatap bangunan megah dan tinggi itu dengan takjub. Di sana, banyak lalu lalang karyawan yang tengah sibuk dengan aktivitas mereka di kantor itu.“Maaf, Mbak sedang apa dan ada keperluan apa?” tanya seorang satpam yang menghampiri Nabila.“Saya ke sini karena mendapat info bahwa di sini sedang membuka lowongan pekerjaan sebagai cleani
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 14 Berubah Tenang

“Mbak hanya perlu mengurus seorang bayi, dan menjadi ibu susu untuknya,” jawab satpam.Nabila terkejut, merasa bingung dengan pekerjaan yang ditawarkan.“Bagaimana, Mbak? Apakah Mbak bersedia? Mbak jangan khawatir, bayaran yang ditawarkan cukup menggiurkan. Mbak kan tadi bilang sedang mencari pekerjaan sambil mencari kontrakan. Nah … saya rasa pekerjaan ini cocok buat Mbak. Mbak mendapatkan pekerjaan, Mbak juga mendapatkan tempat tinggal gratis. Bagaimana, Mbak?” tanya satpam.Nabila masih terdiam, ia menimbang-nimbang apakah harus menerimanya atau tidak? Memang, saat ini Nabila sangat membutuhkan pekerjaan dan tempat tinggal. Nabila tidak mau kembali ke rumah Nadya. Selain tidak enak terhadap Nadya, ia juga merasa risih dengan perlakuan Rocky terhadapnya.“Maaf, Mbak. Mbak boleh pikir-pikir dulu dan meminta izin kepada suami Mbak. Jika Mbak mau, Mbak juga bisa membawa serta merta suami dan anak Mbak untuk tinggal di rumah pak Gala. Sekalian suami Mbak juga siapa tahu dapat pekerjaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

Bab 15 Menyebalkan

“Itu dia Nabila, Pak. Pengasuh baru sekaligus ibu susu untuk anak Bapak!” seru bu Sani.Nabila berdiri, menatap pria yang tengah berdiri dengan bu Sani. Sementara pria itu menatap Nabila dengan sebelah alis terangkat.“Kamu! Kenapa kamu ada di sini?” tanya Nabila.“Ehem … Nabila, ini Pak Gala, majikan kamu, ayahnya Sandi. Sekaligus pemilik rumah ini,” ujar bu Sani menjelaskan.Nabila terbelalak dengan mulut sedikit terbuka. Seketika perasaan Nabila menjadi campur aduk. Marah, malu dan juga kesal bercampur menjadi satu saat melihat pria yang pernah ia tampar ternyata adalah Gala, majikannya.“Ternyata dunia begitu sempit, ya. Oh iya, Bu Sani. Di dunia ini ternyata ada satu wanita yang berani menampar saya, dan tadi di kantor saya sendiri, saya dicemooh oleh wanita yang sama,” imbuh Gala sambil melirik tajam ke arah Nabila.Nabila menunduk, ia merasa tidak enak. Ia tahu, ucapan itu memang tertuju pada dirinya.“Oh ya, Pak? Kok berani-beraninya orang itu. Padahal Bapak ini orang yang san
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Bab 16 Keluar

Setelah membaca pesan tersebut, Nabila kemudian membalas pesan itu.“Sangat tidak terduga, kemarin pagi aku ketemu sampah. Eh … pagi ini tongnya tiba-tiba kirim pesan. Memang susah, ya, pernah kenal dengan orang yang doyan sampah. Sudah, ya, aku tidak ada waktu untuk meladeni tong sampah.” (send).Setelah pesan terkirim dan dibaca, Nabila pun memblokir nomor Weni. Nabila memasukkan ponselnya ke dalam saku baju yang ia kenakan.Setelah Sandi terbangun, bergegas Nabila segera memandikan bayi itu. Setelah Sandi selesai dimandikan, disusui dan tertidur lelap, Nabila kemudian pergi ke dapur untuk sarapan bersama dengan para pekerja yang lain.Baru saja Nabila hendak memasukkan suapan pertama makanan itu ke dalam mulutnya. Dari ruang keluarga, Gala berteriak memanggil Nabila.“Nabila!”Nabila urung memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Lalu kembali menyimpan makanan itu di meja. Kemudian ia berlari menemui Gala.“Iya, Pak. Bapak manggil saya?” tanya Nabila.“Kucing!” jawab Gala singkat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Bab 17 Memaafkan

Kaca jendela mobil itu diturunkan, terdengar suara bayi menangis begitu kencang.“Masuk!” ucap Gala, sambil menurunkan kaca jendela mobilnya.Nabila terdiam mematung sambil menatap Gala yang menyuruhnya masuk. Bukankah Gala sudah memecatnya?“Kenapa diam? Cepat masuk!” seru Gala.Nabila mengangguk, lantas ia segera membuka pintu mobil itu kemudian masuk. Nabila kembali menggendong Sandi yang terus menangis.“Pak, bisakah Bapak keluar sebentar. Saya mau memberikan asi untuk Sandi,” pinta Nabila.Gala mengangguk kemudian keluar dari mobil. Nabila dengan cepat memberikan asi untuk Sandi. Tampaknya Sandi sangat kehausan, sehingga bayi itu begitu lahap meminum asi Nabila.Setelah Sandi tenang dan kembali tertidur. Gala kembali masuk ke dalam mobil dan memasang kembali seat belt. Sementara Nabila, ia kembali keluar dari dalam mobil dan hendak kembali menaruh Sandi di atas jok mobil.“Mau ke mana kamu? Kembali masuk!” titah Gala.Nabila mengernyitkan dahinya, ia berdiri di ambang pintu mobil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Bab 18 Surat Cerai

Setelah menutup telepon tersebut, Nabila kemudian menoleh ke arah Gala.“Pak, saya minta izin mau pergi ke tetangga mendiang ayahku. Ada sesuatu yang penting yang dititipkan kepadanya buatku,” ujar Nabila.“Sekarang?” tanya Gala, yang disambut oleh anggukan Nabila.“Biar saya antar, kamu tinggal tunjukkan saja di mana alamatnya,” imbuh Gala.Nabila mengangguk, ia pun segera menyebutkan alamat yang akan mereka tuju.Sesampainya di depan rumah bu Lili. Nabila dan Gala turun dari dalam mobil. Namun, sebelum Nabila bertamu ke rumah bu Lili, Nabila menatap rumah mendiang ayahnya yang telah diambil alih oleh Laksmi. Belum ada kejelasan yang tertulis atas pengakuan Laksmi, jika ayah Nabila memiliki riwayat hutang kepadanya. Pernah suatu hari, Nabila menolak saat rumah itu akan diambil alih sebagai pelunasan hutang tanpa adanya bukti hutang piutang. Namun, Laksmi yang serakah tetap memaksa hingga akhirnya Nabila melepaskan rumah itu begitu saja karena berbagai ancaman dari Laksmi yang terlont
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Bab 19 Mau Nambah

Nabila bangkit dan mendekati Sandi yang tengah menangis di gendongan Gala. Dengan cekatan, Nabila segera mengambil Sandi dan membawanya ke dalam rumah.“Bu, aku mau numpang ke kamar. Sandi harus segera dikasih asi,” ujar Nabila.Bu Lili mengernyitkan dahinya, ia menatap Nabila dengan bingung.“Asi?” tanya bu Lili.“Iya, Bu. Selain menjadi pengasuh, aku juga merangkap sebagai ibu susu Sandi. Kasihan anak ini, dia kehilangan ibunya di usia yang masih sangat kecil ini. Ibunya sudah tiada,” jawab Nabila menjelaskan.Bu Lili mengangguk paham, kemudian menyuruh Nabila masuk ke dalam kamarnya.Selesai menyusui Sandi, Nabila keluar dari kamar. Tampak Gala tengah berbincang dengan serunya bersama bu Lili.“Serius, Bu? Jadi … dulu Nabila pernah tidur sambil jalan dan bangun-bangun sudah ada di kandang ayam?” tanya Gala sambil terkekeh.“Beneran, itu kejadiannya sudah lama sekali. Waktu itu, warga ramai-ramai mencari Nabila sampai diumumin di toa masjid karena orang tua Nabila dan warga bingung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Bab 20 Merayu

“Terima kasih, Mas. Aku senang sekali kamu sudah mengajukan surat perceraian sama Nabila. Sekarang, kamu harus fokus sama aku saja dan juga Bella. Kamu juga harus secepatnya mengurus surat nikah kita,” ucap Weni.“Iya, Sayang sama-sama. Aku yakin, sekarang Nabila pasti luntang-lantung di jalanan. Dia sudah tidak memiliki tempat tinggal. Melamar pekerjaan pun dia ditolak. Lagian, gaya-gayaan mau melamar kerja di perusahaan besar. Memangnya siapa dia? Sarjana juga bukan,” sahut Arsya.Weni bergelayut manja di bahu Arsya. Hal itu, membuat Arsya merasa senang. Bahkan tak segan Weni selalu mengajak lebih dulu Arsya, untuk melakukan kewajiban sebagai suami istri. Membuat Arsya lagi dan lagi merasa senang dan merasa menjadi lelaki sejati tanpa harus mengemis. Tidak seperti Nabila, Nabila tidak pernah mengajak terlebih dahulu. Selain pemalu, Nabila juga tidak pandai membuatnya merasa puas, pikir Arsya.Arsya tersenyum, sambil mengusap lengan Weni.“Kamu sangat cantik, Weni. Tubuh kamu juga te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status