All Chapters of Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin: Chapter 71 - Chapter 80

92 Chapters

Bab 69 : Janda Genit!

"Yasmin, tolong antar nasi gorengnya dulu ke depan. Biar Mbok yang bawa ayam gorengnya," ucap Mbok Inah sambil menata piring di nampan."Iya, Mbok," jawab Yasmin lembut, lalu mengambil mangkuk besar berisi nasi goreng dan bersiap membawanya ke ruang makan.Akan tetapi, langkahnya terhenti saat suara langkah sepatu hak tinggi menggema dari arah lorong. Cindy muncul, berjalan angkuh masuk ke dapur dengan gaun rumahan sutra yang terlalu pendek untuk pagi hari."Mbak Cindy, mau apa? Nanti Mbok buatkan, ya," ucap Mbok Inah buru-buru, berusaha mencegah Cindy menyentuh apapun di dapur.Yasmin menurunkan pandangan. Dia tak ingin terlibat. Namun, tetap saja, penampilan Cindy tidak bisa diabaikan. Kesan sensual itu terlalu mencolok, terlebih Yasmin tahu wanita itu tak pulang semalam dengan alasan merindukan Boy dan Cleo, lalu Airin sedang tidak ada di rumah, sehingga Kezia pun mengizinkan.Malam tadi, bahkam Yasmin sempat melihat Cindy menyeduh kopi dan naik
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Bab 70 : Tetap Senyum Meski Terluka

“Serius kontrak iklan parfum itu batal? Gila, kenapa harus bayar 500 juta?!” geram Bram, lalu melempar tumpukan dokumen yang dibawa oleh manajernya.“Serius, Bram. Pihak iklan merasa dirugikan karena sempat nolak Nicolas demi kamu. Sekarang mereka mau ambil Nicolas lagi,” ujar sang manajer. Wajahnya terlihat kesal, dan tetap berusaha tenang.Bram memukul keras meja hingga cangkir kopi bergetar.“Yasmin benar-benar pembawa sial!” teriak Bram. Dari balik pintu, Sarah yang mengintip sampai terlonjak dan langsung memegangi dadanya.Manajer itu kemudian menjelaskan bahwa citra Bram mulai tercoreng. Netizen ramai membicarakan sosok mantan istrinya yang katanya dulu sering disakiti. Banyak yang mulai membuka-buka masa lalu Bram.“Namamu trending di Eks dan Taktik. Kalau mereka sampai tahu siapa mantan istrimu sebenarnya, dan makin simpati ... habis sudah kariermu. Mending kamu atur narasi, bilang aja pernah nikah sama dia, tapi cerai karena dia selingkuh, atau apalah.”Bram terdiam beberapa
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Bab 71 : Bolehkah Aku Jatuh Cinta Lagi?

Yasmin tidak mengerti mengapa Barra selalu datang secara tiba-tiba dan tanpa mengucapkan salam. Terlebih saat ini suasana tegang terasa, sungguh dia tidak enak hati pada Bagas.Wanita itu berdiri dan menatap tubuh tinggi atletis yang saat ini menggunakan jaket denim. Dada bidang pria itu tampak naik turun dan urat-urat lehernya menegang.“Tadi kami tidak sengaja bertemu, Pak,” tutur Yasmin dengan cepat sebelum Barra menghentikan ucapannya. Dia memperhatikan raut wajah Barra yang mengeras. “Ini juga … kampus umum,” sambungnya pelan.Tidak ada tanggapan apa pun dari Barra, dan Yasmin pun melirik Bagas yang kini tampak sedang berseteru melalui sorot mata dengan Barra. Sebelum suasana makin memburuk, Yasmin bangkit dan memberanikan diri menepuk lengan Barra.“Pak—”“Kita pulang!” ajak Barra yang kemudian merangkul Yasmin dengan mudah dan memaksa wanita itu mengikuti langkah lebarnya.A
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 72 : Pergi Berdua

Pukul 11 malam lewat sedikit. Suasana rumah bergaya tropis ini sangat sunyi. Hanya embusan napas si kembar dan alat pendingin ruangan saja yang terdengar. Yasmin yang memang belum tidur, lalu bangkit duduk, mengusap kerongkongan dan perutnya yang terasa agak kosong. Haus dan lapar kaarena Boy dan Cleo baru melepaskan payudaranya. Yasmin bangkit dengan hati-hati, keluar kamar, dia melirik pintu kamar tamu tempat Cindy tidur. Tertutup rapat Yasmin melangkah pelan menuju dapur. Dia sempat berhenti melihat pintu ruang Kerja Barra yang tertutup rapat. “Apa dulu juga Pak Barra lembur setiap hari?” gumamnya, lantas melangkah lagi. Sesampainya di dapur, dia langsung meneguk dua gelas air hangat. Akan tetapi, niatnya yang ingin menggoreng telur harus pupus, sebab tak ada lauk yang dicarinya kosong. "Yah ...," gumamnya pelan. Akhirnya Yasmin mengambil beberapa buah—apel, pir, dan jeruk—lalu mencucinya satu per satu. Saat sedang memotong apel, suara motor terdengar dari lua
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 73 : Pengirim Paket Misterius

Yasmin menahan napas saat membuka kardus itu. Sebuah kain merah membungkus isinya, membuat jantung wanita itu berdetak lebih cepat.Tangannya gemetar saat dia menyingkirkan kain itu, dan begitu matanya menangkap isi kotak cokelat tersebut, Yasmin sontak menutup mulut dengan satu tangan. Matanya membelalak, tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya.“Si—siapa yang mengirim ini?” bisiknya, dan lelehan hangat pun mengalir perlahan di pipi wanita itu.Dia menoleh ke arah pagar yang kini sudah tertutup rapat, berharap ada bayangan seseorang berdiri di sana. Namun, yang tersisa hanya sua orang satpam saja.“Yasmin?” panggil Kezia dari dalam rumah, tatapannya mengarah penuh kecemasan. “Kamu pesan paket, ya?”Yasmin menggeleng pelan sambil menghapus air mata. Lalu dengan hati-hati, dia membuka kotak itu lebih lebar, memperlihatkan isinya pada Kezia.“Ada orang baik kirim Yasmin buku-buku kedokteran, Mi. Lengkap … Yasmin bisa belajar sekarang. Tapi nggak tahu siapa pengirimnya,” ucap Yasmin
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Bab 74 : Mau Dipanggil Mas?

Selesai menemui Bram, Cindy bergegas ke rumahnya. Namun, langkahnya langsung terhenti ketika melihat petugas bank menunggu di depan gerbang rumahnya. “Kurang ajar!” desisnya lirih. Dia pun mengurungkan niat untuk masuk dan memilih terus mencoba menghubungi Airin. Sialnya, ponsel wanita paruh baya itu tidak tersambung sama sekali. “Mami, keterlaluan!” geramnya. Dengan hati terbakar, Cindy langsung melajukan mobil menuju rumah Barra. Begitu tiba, langkahnya melambat saat melihat pemandangan yang membuat darahnya mendidih. Yasmin duduk santai di teras, mengayun tubuh Cleo perlahan di gendongannya, sementara Boy tampak duduk manja di pangkuan babysitter. “Ayo, naik pesawat sama Bunda, tapi satu-satu, ya.” Yasmin terkikik, tangannya menirukan gerakan terbang, membuat Cleo tergelak. Bayi mungil itu tertawa lebar hingga gusinya tampak jelas. Boy yang melihat itu langsung membulatkan mata, lalu kedua tangannya menggapai-gapai, ingin ikut. “Mbak Yasmin, Boy mau ikut juga,” ujar babysitte
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Bab 75 : Apa Alasannya Melakukan Ini?

"Saya … sebelumnya mohon maaf kalau lancang, Pak… Mas." Yasmin menelan ludahnya yang terasa kental. Lidahnya seolah kelu, berat sekali untuk melanjutkan ucapannya.Barra, yang semula fokus membaca berkas kasus, menutup map itu perlahan. Tatapan iris cokelat kini sepenuhnya tertuju pada Yasmin. Dia menempelkan punggung ke sandaran kursi, menyilangkan lengan di dada hingga otot-otot lengannya tampak tegang dan mengintimidasi."Katakan, ada perlu apa?" tanya pria itu dengan, suaranya tegas dan dingin seperti biasa."Mas tunggu sebentar di sini. Saya mau ambil sesuatu dulu di kamar," ucap Yasmin, lalu berlari menuju kamar bayi. Di sana, dia menggenggam erat secarik kertas yang sejak tadi menghantui pikirannya.Tidak menunggu lama, dia kembali dan menyerahkan kertas itu kepada Barra.Yasmin menunggu reaksiMata pria itu hanya menyipit, menatap kertas tanpa sedikit pun perubahan ekspresi. Semua terasa datar, seolah kertas itu hanya selembar catatan tanpa arti."Tadi pagi saya terima paket bu
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

Bab 76 : Diawasi Pengacara Dingin

Dorongan bara api yang tidak terlihat memaksa pria itu untuk mendorong pintu lebih lebar. Namun, sebelum benar-benar terjadi, Barra mendengar celotehan Yasmin yang tampaknya belum menyadari kehadirannya."Wah, ternyata Mas Bagas menang kasus. Keren, beritanya dimuat di media," ucap Yasmin sambil memandangi layar ponsel dengan senyum lebar yang sulit dia sembunyikan.Saking fokusnya, Yasmin tidak menyadari bahwa Barra kini berdiri tepat di belakangnya. Pria itu membaca highlight berita yang terpampang di layar :"Kasus ini ditangani oleh Jaksa Muda Bagas Prasetya, yang dikenal publik lewat keberhasilannya menjerat pelaku kekerasan seksual viral tahun lalu."Tiba-tiba, suara decakan terdengar. Yasmin terlonjak kaget hingga tanpa sengaja menginjak tumpukan buku, nyaris membuat tubuhnya terjatuh. Namun, dengan sigap Barra meraih pinggangnya.Lagi-lagi, jarak mereka menjadi terlalu dekat."Mas?""Ya?""Lepas," pinta Yasmin lirih. Pipi wanita itu sudah memerah.Perlahan, Barra melepaskannya
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

Bab 77 : Godaan Baru?

Yasmin berharap Barra menolaknya, tetapi siapa sangka pria itu justru mengulurkan tangan kanan pada Cindy, mempersilakan dengan mata yang melirik pada Yasmin. Tatapan itu menyebalkan.Yasmin yang sudah kesal sedari pagi makin panas. Dia membalas tatapan pria itu dengan sengit, tetapi Barra hanya mengedikkan dagu, seakan menang.Sebelum Yasmin sempat memberikan mangkuk bubur pada Cindy, wanita itu lebih dulu merebutnya. Dengan gaya santai dan senyum yang dibuat-buat, Cindy menyuapi Boy dan Cleo."Buka mulutnya, kesayangan Tante. Aaaa," ucap Cindy dengan suara yang terdengar geli di telinga Yasmin.Akan tetapi, Boy dan Cleo justru tampak bingung. Mata mereka menatap Yasmin dan Cindy bergantian, seolah mencari wajah familiar, yang memberi rasa aman."Ayo makan," desak Cindy, suaranya mulai terdengar memaksa.Yasmin melirik ke arah Barra. Pria itu masih berdiri santai, menikmati pemandangan seperti penonton yang puas melihat sandiwara. Padahal dia yakin, Barra tahu Boy dan Cleo tidak nyama
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

Bab 78 : Isinya Kamu Semua

"Mas mau ke mana? Sebentar lagi makan malam," ucap Yasmin, melihat Barra yang tergesa-gesa menuruni anak tangga. Wanita itu sedang memegang mesin pompa ASI, sedikit terkejut dengan sikap pria itu.Barra menoleh sekilas dan menghela napas saat pandangannya tertuju pada alat pompa itu. Ingin rasanya mengabaikan Yasmin, tetapi mulutnya justru berkata, "Cari angin.""Tapi … Mas, Mami bilang—"Ucapan Yasmin menggantung di udara, sebab Barra sudah melangkah keluar tanpa menoleh lagi. Dari lantai dua, Yasmin hanya bisa terdiam, lalu mengusap dadanya. Ada yang janggal. Belakang ini, pria itu lebih sering berangkat siang ke kantor, lalu tiba-tiba membelikannya barang mewah, sekarang keluar malam-malam begini.Ah, ya, mungkin Barra sedang menangani kasus besar. Mencari bukti atau saksi? Dia mengangguk kecil, mencoba menenangkan pikirannya, lalu masuk ke kamar bayi.Bersamaan dengan itu denting notifikasi dari ponsel di atas nakas membuat langkah Yasmin terhenti. Matanya membulat saat melihat pe
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status