Home / Romansa / Istri Cantik Penguasa Dingin / Kabanata 51 - Kabanata 60

Lahat ng Kabanata ng Istri Cantik Penguasa Dingin: Kabanata 51 - Kabanata 60

69 Kabanata

Tak Ada Pilihan

“Helena?” ulang Kirei. “Kenapa aku harus ….” Wanita muda itu menatap tak mengerti. Dia berusaha mencerna maksud dan tujuan Hernan melakukan itu. “Mari bicara sebentar,” ajak Hernan. seraya menuntun Kirei ke kamar. Dia harus memberikan penjelasan kepada wanita itu. Setelah berada di kamar, Hernan mendudukkan Kirei di ujung tempat tidur. Setelah itu, dia mengambil kursi, lalu meletakkannya di hadapan calon istri Dev tersebut. “Dengarkan aku, Kirei,” ucap Hernan, setelah duduk di kursi. “Kamu membutuhkan dokumen perjalanan untuk berangkat ke Kanada. Aku tidak memiliki ide selain ini. Kamu akan menjadi Helena ,” jelasnya singkat.“Bagaimana bisa? Para petugas imigrasi tak sebodoh itu. Mereka tidak mungkin bisa dikelabui ____”“Aku sudah mengatur semuanya. Ada orang dalam yang bersedia membantu. Namun, kamu harus tetap mengubah penampilan, agar lebih mirip dengan Helena. Setidaknya, itu bisa sedikit menyamarkan pandangan.”“Aku tidak mau. Ini terlalu berisiko. Selain itu, kau juga pasti
last updateHuling Na-update : 2025-03-23
Magbasa pa

Kanada

Dev memeriksa foto lain, lalu memperbesar di bagian wanita yang sekilas mirip Kirei. Namun, ada beberapa perbedaan dari ciri-cirinya. Tak ingin terus dilanda rasa penasaran, Dev langsung membuka laptop, lalu mencari profil Hernan Morales di internet. Dia memeriksa dengan sangat detail, tentang pengusaha asal Argentina tersebut. Ada beberapa artikel yang memuat berita tentang Hernan Morales. Salah satunya adalah yang mengulas tentang keluarga. Di sana, tertera bahwa Hernan sudah kehilangan ibunya sejak berusia remaja. Dia juga memiliki seorang adik perempuan. “Itukah adik Hernan Morales?” gumam Dev, seraya mengamati gambar seorang wanita muda, dengan ciri-ciri seperti yang dilihat di foto tadi. “Oh, begitu. Adik,” gumam Dev, seraya mengetuk-ngetukkan telunjuk di permukaan meja. “Adik.” Dev mengempaskan punggung ke sandaran kursi, lalu memejamkan mata. Dia terus memikirkan ke mana kira-kira Kirei pergi. Ini sesuatu yang tidak masuk akal karena calon istrinya tersebut langsung mengh
last updateHuling Na-update : 2025-03-23
Magbasa pa

Tidak Terlihat

“Kenapa kau memanggilku Helena. Di sini tidak ada orang lain selain kita.” Kirei menatap aneh Hernan, yang terlihat sangat bahagia. “Tidak apa-apa. Aku hanya membiasakan diri memanggilmu dengan nama itu. Helena. Aku sangat menyukainya.”Kirei menautkan alis. Dia mulai merasakan ada sesuatu yang berlebihan dari Hernan. “Ya, tapi … tapi, aku bukan Helena. Kau tahu itu,” bantahnya.“Tak masalah. Aku sudah sangat bahagia dengan kehadiranmu dalam penampilan seperti ini.” Hernan mendekat ke hadapan Kirei sehingga hanya menyisakan sedikit jarak di antara mereka. Namun, Kirei segera mundur, memberi jarak antara dirinya dengan Hernan. Dia mulai tak nyaman, meskipun rasa itu tidak diperlihatkan secara jelas. “Aku akan membelikanmu pakaian serta perlengkapan lain. Dengan begitu, kau tidak perlu keluar rumah,” ucap Hernan begitu tenang. “Ya, sudah. Mari kuantar ke kamarmu,” ajaknya. Dia melangkah terlebih dulu, barulah diikuti Kirei yang berjalan sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.Ked
last updateHuling Na-update : 2025-03-24
Magbasa pa

Lebih Buruk dari Sebelumnya

Kirei terbangun mendengar seseorang masuk ke kamarnya. Dia bangkit perlahan, lalu duduk bersandar pada kepala tempat tidur, seraya menatap lurus ke depan. “Selamat pagi, Helena,” sapa Hernan, seraya menyibakkan kelambu yang menutupi tempat tidur. Pengusaha tampan 40 tahun itu tersenyum kalem. “Aku membawakanmu sarapan,” ucapnya.Kirei tidak segera menanggapi. Dia hanya menatap lekat pria, yang berdiri di dekat ujung tempat tidur. “Kenapa?” Hernan berpindah ke sebelah kanan. Tanpa banyak bicara, dia mengikat kelambu itu ke tiang. “Apa kau ingin mandi sekarang? Akan kusiapkan air hangat untukmu,” ucap Hernan, seraya duduk di tepian tempat tidur dengan posisi menghadap Kirei. 
last updateHuling Na-update : 2025-03-25
Magbasa pa

Harvest Beautie

“Kau tahu kenapa bisa begitu?” tanya Dev.“Itu yang sedang kuselidiki, Tuan,” sahut Ernesto. “Aku juga sudah melihat kondisi ibunda Hernan Morales.”Dev menautkan alis, mendengar ucapan Ernesto. “Kenapa dengan ibunda Hernan Morales? Apakah ada sesuatu yang terjadi?” “Ya, Tuan. Ibunda Hernan Morales dirawat di rumah sakit jiwa, sejak Helena dinyatakan menghilang. Kurasa, wanita itu mengalami guncangan mental yang sangat hebat,” terang Ernesto.  Dev terdiam beberapa saat. Ini merupakan berita yang sangat mengejutkan, berhubung Hernan tidak mengatakan apa pun ketika mereka bertemu untuk urusan jual-beli
last updateHuling Na-update : 2025-03-25
Magbasa pa

Tak Lama Lagi

“Apa-apaan ini? Kau menggertakku?” protes Miranda tak suka.“Terserah kau anggap apa,” balas Dev datar. “Aku sudah mencarinya ke mana-mana.”“Aku tidak mengenal calon istrimu. Kenapa menanyakannya padaku?” Miranda berpura-pura tak mengetahui apa-apa. “Kau yakin tidak pernah melihat wanita dalam foto itu?” Dev menatap lekat penuh selidik. Miranda menggeleng tegas, meskipun dalam hati mengakui sebaliknya. Namun, Dev tidak percaya begitu saja. Dia tersenyum sinis, diiringi tatapan penuh intimidasi. “Tiga detikmu sudah habis,” ucapnya datar.“Aku tidak peduli karena tak mengetahui apa pun t
last updateHuling Na-update : 2025-03-26
Magbasa pa

Kegilaan Hernan

Setelah membaca pesan yang dikirimkan Miranda, Hernan langsung menghubungi waria itu. “Bagaimana?” tanya Hernan serius.“Dev Aydin datang menemuiku di Harvest Beautie. Ya, Tuhan. Dia sangat tampan, tapi menakutkan,” sahut Miranda. “Bukan itu yang kutanyakan.”“Hm.” Miranda menggumam pelan. “Pria itu mengancam akan meratakan Harvest Beautie, jika aku tidak berkata jujur padanya.”“Bukan begitu, Miranda. Yang ingin kutahu adalah kenapa Dev Aydin tiba-tiba mendatangimu dan menanyakan tentang Kirei. Dia bisa ber
last updateHuling Na-update : 2025-03-26
Magbasa pa

Melarikan Diri (Lagi)

“Kau benar-benar gila!” Kirei langsung menjauh dari Hernan. “Menjijikan!" Wanita muda itu menggeleng tak percaya. “Apanya yang menjijikan? Tidak ada cinta yang menjijikan, Helena.”“Aku bukan Helena!” tegas Kirei tak suka. “Kau pria tidak normal.” Kirei mundur demi memberi jarak karena Hernan terus mendekat.“Tidak normal?” Hernan tertawa renyah. “Aku jatuh cinta pada seorang wanita. Apanya yang tidak normal?” “Cintamu salah sasaran, Hernan! Tak sepantasnya kau melakukan itu kepada adik sendiri. Benar-benar memalukan!” cerca Kirei.Hernan tertegun, dengan tatapan terus tertuju kepada Kirei. Sorot matanya tiba-tiba berubah sen
last updateHuling Na-update : 2025-03-27
Magbasa pa

Pukulan Bertubi-tubi

Refleks, Kirei berpegangan pada permukaan pintu gerbang sehingga menggantung di sana. Untuk menjatuhkan diri pun terlalu berbahaya. Risiko cedera patah tulang pasti akan dialaminya.Tak ingin panik, Kirei bergerak ke samping. Sayang sekali, tangannya tidak cukup kuat menahan bobot tubuh dalam posisi bergelantungan seperti itu. Mau tak mau, dia harus menjatuhkan diri sebelum Hernan mendekat. Beruntung, tak jauh dari pintu gerbang ada bak sampah besi yang menempel pada dinding. Kirei memaksakan diri mendekat, meskipun tangannya sudah benar-benar tidak kuat. Dia merentangkan kaki agar dapat meraih penutup bak sampah itu. Kaki kanan Kirei berhasil menapak di tepian penutup bak sampah. Dia langsung melepaskan pegangan karena tangannya sudah benar-benar lemas. Kirei kehilangan keseimbangan, lalu terjatuh. “Aduh!” rintihnya tertahan. Namun, Kirei tak memiliki waktu. Dia langsung berlari, meskipun sambil tertatih. Bersamaan dengan itu, Hernan muncul dari balik pintu gerbang. Dia melihat K
last updateHuling Na-update : 2025-03-27
Magbasa pa

Partner Baru

Entah sudah berapa jauh Kirei berlari. Satu yang pasti, kakinya terasa begitu sakit karena hanya mengenakan kaos kaki. Kirei tertegun, lalu mengedarkan pandangan ke sekitar. Di sekelilingnya terdapat banyak gedung megah yang menjulang. Kekaguman hadir di hati Kirei. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, dia bisa menjelajahi dua negara, meskipun dengan cara tidak biasa. Kirei mengembuskan napas pelan. Lelah dan lapar mendera hebat. Dia memilih menepi, sambil memikirkan apa yang harus dilakukan, tanpa uang serta bekal apa pun. Entah bagaimana dirinya bisa bertahan. Terlebih, ini adalah Kanada, bukan Indonesia. “Bantu aku, Tuhan,” gumam Kirei. Ditatapnya orang yang berlalu-lalang tanpa peduli.Kirei terduduk di emperan sebuah toko. Dia bersandar di sana, sekadar melepas lelah. Tanpa terasa, kantuk datang. Kirei tertidur dengan kepala terkulai ke depan. Beberapa saat berlalu. Entah berapa lama Kirei tertidur. Dia membuka mata perlahan. Tanpa diduga, di pangkuannya ada beberapa lembar
last updateHuling Na-update : 2025-03-28
Magbasa pa
PREV
1234567
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status