Semua Bab Menggoda Sang Paman: Bab 31 - Bab 40

48 Bab

Waduh

“Nabila!”Govan memegang pinggangnya erat, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.Jantung Nabila langsung berdegup kencang. Wajahnya begitu dekat dengan dada bidang pamannya. Aroma maskulin yang khas tercium begitu jelas.Untuk beberapa detik, mereka hanya diam.Lalu, Nabila buru-buru menjauh, wajahnya memerah.“Uh, makasih, Om…”“Kamu nggak apa-apa?” Govan menatapnya dengan sorot mata penuh perhatian. Nabila mengangguk cepat, padahal dalam hatinya, ia sedang berusaha menenangkan diri.“Kalau jalan, hati-hati,” kata Govan sambil menepuk kepalanya pelan.Nabila hanya bisa tersenyum canggung.Mereka berdua pun akhirnya naik motor, dengan Govan di depan dan Nabila duduk di belakang, membawa kantong belanjaan yang mereka beli di pasar.“Aku kangen dibonceng Om,” ujar Nabila sambil tersenyum manis, membuat Govan hanya bisa menghela napas pasrah.“Pegangan yang kencang,” kata Govan sebelum menyalakan mesin.Nabila menelan ludah. Ini pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama ia naik motor ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Lembur katanya

Malam itu, Nabila berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berantakan.Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan kejadian sore tadi kembali muncul. Tatapan Govan yang begitu dekat, kehangatan tubuhnya, dan cara pria itu menggenggam tangannya di akhir sesi yoga mereka.Jantungnya kembali berdegup kencang hanya dengan mengingatnya.Nabila berbalik, menarik selimut hingga menutupi wajahnya. "Aduh, kenapa aku jadi begini?" gumamnya sendiri.Ia memukul bantalnya pelan, frustrasi dengan perasaannya sendiri.Ia tak pernah membayangkan bisa sedekat ini dengan Govan. Selama ini, pria itu selalu bersikap sebagai sosok pelindung baginya, pamannya yang selalu perhatian. Tapi sekarang… rasanya berbeda.Setiap tatapannya, setiap sentuhannya. Semuanya mulai terasa terlalu berarti bagi Nabila.‘Aku nggak boleh seperti ini,’ batinnya.Tapi semakin ia mencoba mengusir perasaan itu, semakin kuat perasaan itu tumbuh.• • •Keesokan paginya, Nabila turun ke ruang makan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Bioskop

  Hari itu, setelah selesai kelas, Nabila bersiap pulang seperti biasa. Namun, sebelum ia sempat melangkah keluar dari gedung kampus, sebuah suara menghentikannya. "Nabila!" Ia menoleh dan mendapati Berlian berjalan ke arahnya dengan senyum khasnya. "Eh, Berlian?" Nabila agak terkejut. "Kamu sibuk malam ini?" Pria itu menghentikan langkahnya di hadapan Nabila, menatapnya dengan ekspresi santai tapi penuh maksud.  "Enggak sih, kenapa?" Nabila mengerutkan kening.  "Kamu mau gak ikut nonton bioskop, aku ada 2 tiket," ajak Berlian tanpa basa-basi, "Habis itu kita makan malam." Nabila langsung terdiam. Bioskop? Makan malam? Berdua? "Nggak deh, aku harus pulang." Ia segera menggeleng.  "Kamu langsung nolak, ya?" Berlian menatapnya sejenak, la
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Restoran

"Maksudnya?" Nabila bertanya.  Berlian mengedikkan dagunya ke arah layar, di mana sang pemeran utama pria masih menatap wanita yang dicintainya dengan tatapan penuh perasaan. “Cowok yang diem-diem romantis, tapi perhatian.” “Nggak tahu. Aku nggak pernah kepikiran.” Nabila mendengus pelan, lalu pura-pura menyesap minuman soda di tangannya.  “Boong banget! Dia tuh sebenarnya suka cowok kek gitu, dingin tapi diem-diem peduli.” Riska tiba-tiba berseru pelan.  “Oh, gitu?” Berlian melirik Nabila dengan senyum tertahan.  “Riska!” Nabila berdecak, kesal karena Riska membongkar seleranya.  Riska tertawa, sementara Berlian hanya tersenyum kecil sebelum kembali fokus ke layar. Film terus berjalan, tapi e
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Ketemu

Setelah selesai makan malam, Nabila, Berlian, dan Riska masih duduk mengobrol di restoran. Suasana nyaman, lampu-lampu restoran memberikan pencahayaan hangat yang menenangkan.Namun, di tengah obrolan mereka, Nabila tanpa sengaja menoleh dan matanya langsung membelalak saat melihat sosok yang sangat dikenalnya.Govan.Pamannya mengenakan kemeja hitam yang elegan, berbincang dengan seorang pria yang juga tampak berwibawa, mereka bicara sambil berjalan menuju pintu keluar. Nabila langsung merasakan jantungnya berdegup lebih cepat."Kenapa, Nab?" tanya Riska, menyadari perubahan ekspresi temannya.Nabila cepat-cepat menggeleng. "Enggak, nggak apa-apa."Tapi tanpa sadar, matanya kembali melirik ke arah Govan.Dan saat itu juga, pria itu menoleh ke arahnya.Mata mereka bertemu.Dug... Dada Nabila terasa sesak sesaat. Govan sedikit mengernyit, tampak terkejut melihat keberadaannya di sana.Namun, ekspresinya segera kembali datar, lalu ia mengalihkan pandangan dan melanjutkan percakapannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Kecupan sebelum tidur

Nabila terbaring di tempat tidurnya, memeluk guling erat-erat. Matanya menatap langit-langit kamar dengan perasaan campur aduk.Ia sudah mencoba memejamkan mata berkali-kali, tapi tetap saja tidak bisa tidur, Nabila menggigit bibirnya, hatinya semakin gelisah.Akhirnya, setelah beberapa menit berguling-guling di tempat tidur, ia menyerah.Ia butuh udara segar.Perlahan, ia bangkit dan membuka pintu kamarnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Suasana rumah sudah sunyi. Semua lampu sudah dimatikan kecuali lampu kecil di ruang tengah yang memberikan pencahayaan redup.Nabila berjalan tanpa suara menuju dapur, berpikir untuk minum segelas air agar pikirannya lebih tenang.Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu dapur.Di sana, di bawah cahaya lampu redup, Govan berdiri dengan satu tangan menyandarkan diri ke meja dapur, sementara tangan satunya menggenggam gelas yang berisi air putih.Pria itu terlihat lelah. Kemeja yang tadi ia kenakan sudah dilepas, menyisakan kaus putih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Hmm

Govan berdiri di dapur cukup lama setelah Nabila menghilang ke dalam kamarnya. Ia menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan satu tangan."Sial."Apa yang baru saja ia lakukan? Ciuman itu... hanya sekilas, hanya di kening, dan dulu ia memang sering melakukannya saat Nabila masih kecil. Tapi sekarang? Kenapa rasanya berbeda?Kenapa dadanya merasakan sesuatu yang aneh?Tangannya masih bisa merasakan lembutnya kulit kening gadis itu. Dan entah kenapa, Govan bisa merasakan wajahnya sedikit memanas setiap kali mengingatnya."Apa-apaan ini..." gumamnya, mendesah pelan.Ia tidak seharusnya merasa seperti ini.Nabila adalah keponakannya. Gadis kecil yang dulu selalu ia timang, yang ia anggap sebagai adik sendiri. Seharusnya tidak ada yang berubah, seharusnya dia bisa tetap bersikap seperti biasa."Aku hanya terlalu lelah." Govan mengacak rambutnya frustrasi. Ia memutuskan untuk mengabaikan pikirannya sendiri dan kembali ke kamarnya.Namun, meski ia berusaha sekuat tenaga untuk tidur, p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Telat bangun

Sinar matahari sudah tinggi ketika Govan akhirnya membuka matanya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, masih dalam keadaan setengah sadar."Kenapa rasanya terang banget?" Govan menoleh ke jam digital di meja samping ranjangnya.09.30 AM"Sial." Mata Govan membelalak.Ia jarang sekali bangun kesiangan, bahkan di hari libur sekalipun. Tapi hari ini, ia benar-benar tidur lebih lama dari biasanya.Tubuhnya masih terasa sedikit berat, mungkin karena tekanan pekerjaan yang cukup menguras tenaganya akhir-akhir ini. Tapi tetap saja, bangun hampir jam sepuluh pagi membuatnya merasa bersalah.Setelah mengumpulkan kesadarannya, Govan bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan keluar kamar dengan rambut sedikit berantakan dan kaus kusut.Begitu keluar, ia mencium aroma sesuatu yang familiar langsung menyeruak ke hidungnya."Nasi goreng?" Alisnya mengernyit.Ketika Govan tiba di dapur, matanya menangkap sosok Nabila yang sedang berdiri di depan kompor, mengenakan kaus oversized dan celana pendek.Gadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Kado untuk Laras

"Kamu ini ya..." Govan mendecak menatapnya sekilas. Nabila tertawa kecil, lalu kembali makan. Namun, pipinya masih merah. Setelah sarapan selesai, Nabila membawa piring-piring kotor ke wastafel dan mulai mencuci.Govan menghampirinya, menyandarkan tubuhnya ke meja dapur sambil menatapnya."Mau dibantuin gak," katanya."Santai Om, aku bisa sendiri." Nabila menoleh dan tersenyum. Govan menghela napas, lalu tiba-tiba mengulurkan tangannya dan mengacak rambut Nabila dengan lembut.Nabila terkejut, matanya membesar."Apa-apaan sih," gerutu Nabila dengan wajah yang seketika memerah."Makasih udah masakin sarapan." Govan hanya tersenyum kecil. Nabila menatapnya beberapa detik, lalu buru-buru menunduk, kembali mencuci piring dengan panik.Govan tersenyum kecil melihat telinga Nabila yang ikut memerah.***Di ruang tamu, suasana cukup tenang.Govan duduk di salah satu ujung sofa, laptopnya terbuka di atas meja dengan beberapa dokumen yang perlu ia tinjau. Ia mengetik dengan tenang, sesekal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Otw pesta ultah laras

Govan merapikan dasi di depan cermin, memastikan bahwa setelannya tampak rapi dan sempurna. Hari ini ia mengenakan kemeja hitam yang dipadukan dengan jas abu-abu gelap. Rambutnya sudah tertata rapi, dan parfum segar maskulin yang khas sudah ia semprotkan.Setelah memastikan semuanya sudah siap, ia mengambil jam tangan di atas meja dan memakainya."Baiklah, saatnya berangkat," gumamnya sebelum membuka pintu kamar dan melangkah keluar.Namun begitu ia keluar dari kamarnya dan menoleh ke arah tangga, langkahnya langsung terhenti.Matanya melebar, napasnya seolah tertahan melihat Nabila tengah menuruni tangga dengan anggun.Ia mengenakan gaun hitam selutut yang memiliki potongan simpel tapi elegan. Bagian atasnya pas di badan, menonjolkan siluet rampingnya, memberikan kesan manis dan berkelas. Rambut panjangnya yang biasanya terurai kini ditata dalam gelombang lembut, membuatnya tampak lebih dewasa dari biasanya.Govan tak bisa mengalihkan pandangannya.Dia terpesona.Sangat sangat terpes
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status