Semua Bab Menggoda Sang Paman: Bab 21 - Bab 30

48 Bab

Bertemu di kampus

"Hai, Nabila." Suara seorang pria membuat Nabila dan Wiwin menoleh. Seorang pria berdiri di hadapan mereka dengan senyum tipis yang terukir di wajahnya. Nabila mendongak, dan matanya langsung membesar. Wiwin, yang duduk di sampingnya, melirik pria itu, lalu kembali menatap Nabila, menyadari perubahan ekspresi temannya. "Kamu kuliah di sini juga?" tanya pria itu, memasukkan tangannya ke saku celana sambil tetap menatap Nabila. "Berlian?" Nabila menelan ludah, seolah baru menyadari sesuatu. Ia benar-benar lupa kalau pria itu satu kampus dengannya. "Kalian saling kenal?" Wiwin mengerutkan kening, menatap mereka bergantian.  "Bisa dibilang begitu." Berlian tersenyum tipis.  Nabila hanya bisa menghela napas pelan lalu mengangguk, merasa canggung dengan pertemuan tak terduga ini. Berlian menarik kursi dan duduk be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Pulang Bareng

"Baik, sampai di sini dulu kelas kita hari ini. Jangan lupa baca materi untuk pertemuan berikutnya. Kalian boleh pergi." Dosen menutup bukunya dan berjalan keluar kelas, menandakan berakhirnya perkuliahan hari ini. Nabila segera merapikan bukunya dengan cepat. Dia berniat langsung pulang sebelum ada hal lain yang menghalangi langkahnya. Namun, saat baru hendak berdiri, matanya menangkap sosok seseorang yang berdiri di ambang pintu kelasnya. Langkahnya terhenti. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang.Orang itu menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak, seolah sudah lama menunggunya. "Ngapain kak berlian diri di situ?" tanya batin Nabila.  Ruang kelas yang awalnya riuh dengan suara obrolan langsung berubah menjadi lebih berisik. Teman-temannya mulai berbisik-bisik, beberapa bahkan terang-terangan menggoda mereka. "Cieee, dijemput Ketua DEMA!""Wah, ada yang sp
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Izin pergi

Setibanya di rumah Nabila merebahkan diri di kasur, menarik napas panjang. Senyum kecil terukir di bibirnya. Hari ini di kampus terasa menyenangkan lebih dari yang ia duga. Namun, pikirannya seketika teralihkan pada Berlian. Ia mengernyit, mencoba menebak-nebak apa yang ingin dikatakan Berlian tadi sebelum ia kabur dari parkiran. Tiba-tiba, suara ponselnya bergetar. Nama 'Govan' muncul di layar. Nabila buru-buru mengangkatnya. "Halo, Om!" Nabila menyapa Govan, bangkit dari tiduran.  "Bil, kamu udah makan?" tanya govan dari seberang sana.  "Udah dong, tadi di kampus." Nabila jawab dengan senang. "Hmmm..." Hening beberapa detik sebelum Govan bertanya kembali, "Hari ini nggak ada yang aneh di kampus?" "Aneh gimana?" Nabila mengerutkan kening, merasa aneh dengan pertanyaannya. "Nggak ada yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Tipe cowok idaman

"Nabila, sini!" Wiwin melambaikan tangan saat melihatnya.Wiwin, tampil dengan gaya santai namun tetap stylish. Ia mengenakan blouse oversized berwarna biru muda dengan celana kulot putih, ditambah tote bag bergambar tokoh anime kesukaannya. "Udah lama nunggu?" Nabila tersenyum dan segera menghampirinya. "Nggak juga. Yuk, langsung ke dalam!"Mereka masuk ke toko buku, berjalan di antara rak-rak sambil mencari buku yang mereka butuhkan.Saat sedang memilih buku, seseorang menepuk bahu Nabila dari belakang. "Nabila?"Nabila menoleh dan langsung mengenali wajah yang familiar. "Riska?" Nabila gak percaya ketemu Riska di sini. "Wow, nggak nyangka ketemu kamu di sini!" Riska tersenyum lebar. "Hai, aku Wiwin, teman kuliahnya Nabila." Wiwin yang merasa asing dengan sosok ini pun ikut menyapa. "Oh, hai Wiwin! Aku Riska, temannya Nabila di gym."Gak butuh waktu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

Kamu sakit?

Ia bahkan tak bisa membayangkan dirinya menggoda Govan. Wajahnya kembali memerah, membuat Wiwin dan Riska semakin penasaran.  "Nabila, seriusan deh, siapa sih orangnya?" tanya Rita. "Udahlah, jangan bahas aku. Mending kita pesen dessert lagi!" Nabila buru-buru mengalihkan pembicaraan.  Namun, Wiwin dan Riska hanya saling berpandangan dengan tatapan penuh kecurigaan. Sementara itu, Nabila berusaha menenangkan debaran jantungnya. "Bagaimana kalau mereka tahu siapa orang yang sebenarnya ada di hatiku?Apa mereka akan menghakimiku?" gumam hati Nabila.  *** Govan meletakkan sendoknya, menatap sisa makan malamnya yang masih tersisa di piring. Rasanya hambar. Bukan karena masakannya, tapi karena suasana rumah terasa sepi tanpa kehadiran Nabila. Selesai makan, ia beranjak ke ruang tamu dan menyalakan TV, mencari hiburan dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

Mimpi

  Nabila tertidur dengan gelisah malam itu. Setelah insiden dengan Govan di kamarnya, pikirannya masih kacau. Ia sudah mencoba mengalihkan fokus dengan membaca buku, tetapi tidak ada satu kata pun yang benar-benar ia cerna. Akhirnya, karena terlalu lelah, ia terlelap. Namun tetap saja tidurnya tidak tenang. Dalam mimpinya, ia berada di sebuah ruangan gelap dengan cahaya remang. Ia duduk di atas ranjang, mengenakan gaun tidur berwarna putih. Ada sosok di hadapannya. "Om?" Govan berdiri di sana dengan ekspresi serius, menatapnya dalam diam. Mata tajamnya menelusuri wajah Nabila, seolah membaca isi hatinya. “Paman... kenapa melihatku seperti itu?” suara Nabila bergetar, jantungnya berdetak lebih cepat. Govan tidak menjawab. Ia melangkah mendekat, membuat Nabila menahan napas. Semakin dekat. Semakin dekat, hingga jarak mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

Kecupan

Pagi itu, suasana rumah terasa lebih hening dari biasanya. Nabila masih sibuk menikmati sarapannya, sesekali mencuri pandang ke arah Govan yang duduk di depannya, membaca koran dengan serius. Seolah kejadian semalam tak pernah terjadi, pamannya terlihat begitu tenang dan fokus pada bacaan di tangannya. Namun, Nabila tidak bisa menutupi kegugupannya. Sejak bangun tidur, pikirannya masih dipenuhi bayangan mimpi aneh itu, mimpi di mana Govan begitu dekat, hampir mencium bibirnya. Ia menggigit bibirnya, berusaha mengalihkan pikiran. Tidak boleh! Dia tidak boleh memikirkan itu lagi! Setelah beberapa saat, Govan akhirnya melipat korannya dan meletakkannya di meja. Ia menyesap kopi terakhirnya sebelum bangkit dari kursi. “Om pergi ke kantor dulu,” katanya sambil merapikan dasinya. “Hati-hati, Om.” Nabila mengangguk pelan.  Govan menatapn
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Rasa yang semakin...

Matahari mulai condong ke barat saat Nabila melangkah keluar dari gedung kampus. Udara sore terasa hangat, langit berwarna jingga keemasan, dan suara riuh mahasiswa yang pulang terdengar di sekelilingnya. Namun, semua itu tidak benar-benar ia perhatikan. Hatinya terasa berat. Sejak pagi, pikirannya dipenuhi oleh seseorang yang seharusnya tidak boleh ia pikirkan dengan cara seperti ini. Govan. Ia menghela napas panjang. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh merasakan hal aneh terhadap pamannya sendiri. Nabila menghentikan langkahnya di depan gerbang kampus dan mengambil ponselnya, hendak memesan ojek online seperti biasa. Namun, sebelum ia sempat melakukannya, sebuah mobil hitam yang sangat ia kenal berhenti tepat di hadapannya. Jantungnya berdebar lebih cepat. Jendela mobil terbuka, memperlihatkan sosok Govan di balik kemudi. Pria itu menatapnya deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

Ayo goda Om

Malam itu, Nabila merebahkan diri di kasurnya dengan ponsel di tangan. Layar menampilkan adegan drama romantis yang entah kenapa menarik perhatiannya. Kisahnya tentang seorang gadis yang jatuh cinta pada pria yang seharusnya tak bisa ia miliki, sebuah cinta terlarang yang penuh godaan dan emosi yang tak terucapkan. Matanya terpaku pada layar saat pemeran utama wanita sengaja menggoda pria yang dicintainya, hanya untuk melihat reaksinya. Gadis itu tahu pria itu tak akan membalas perasaannya, tapi tetap saja, ada kepuasan tersendiri saat melihatnya goyah. Tiba-tiba, sebuah ide gila muncul di benak Nabila. Kenapa aku nggak mencoba hal yang sama? pikir Nabila Bukan berarti ia benar-benar ingin memiliki Govan. Ia sadar perasaan itu mustahil. Tapi… apa salahnya bermain sedikit? Govan sudah terlalu lama sendiri. Sejak dulu, pria itu jarang terlihat dekat dengan wanita ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Pasar

“Nabila, kamu mau makan apa hari ini?” Suara Govan yang dalam dan tenang membuyarkan lamunan Nabila. Gadis itu sedang duduk di ruang tamu sambil menggulir layar ponselnya, berpura-pura sibuk. Padahal, sebenarnya ia masih memikirkan kejadian tadi pagi saat ia sengaja menggoda Govan dan berhasil membuat pria itu kaget. “Hmm… aku pengen yang spesial, Om.” Nabila mendongak, menatap pamannya yang kini berdiri di depan dapur, menunggu jawaban. Ia tersenyum kecil.  “Spesial?” Govan menaikkan sebelah alis.  “Iya! Sesuatu yang beda dari biasanya.” Nabila mengangguk semangat.  “Kalau gitu, kita ke pasar dulu buat belanja bahan.” Govan menghela napas, lalu berjalan mendekat.  Mata Nabila berbinar. “Ke pasar?” “Iya. Biar sekalian kamu pilih sendir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status