Share

Kecupan

Author: Centong ajaib
last update Huling Na-update: 2025-03-10 15:30:00

Pagi itu, suasana rumah terasa lebih hening dari biasanya. Nabila masih sibuk menikmati sarapannya, sesekali mencuri pandang ke arah Govan yang duduk di depannya, membaca koran dengan serius. Seolah kejadian semalam tak pernah terjadi, pamannya terlihat begitu tenang dan fokus pada bacaan di tangannya.

Namun, Nabila tidak bisa menutupi kegugupannya. Sejak bangun tidur, pikirannya masih dipenuhi bayangan mimpi aneh itu, mimpi di mana Govan begitu dekat, hampir mencium bibirnya.

Ia menggigit bibirnya, berusaha mengalihkan pikiran. Tidak boleh! Dia tidak boleh memikirkan itu lagi!

Setelah beberapa saat, Govan akhirnya melipat korannya dan meletakkannya di meja. Ia menyesap kopi terakhirnya sebelum bangkit dari kursi.

“Om pergi ke kantor dulu,” katanya sambil merapikan dasinya.

“Hati-hati, Om.” Nabila mengangguk pelan. 

Govan menatapn

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Menggoda Sang Paman   Rasa yang semakin...

    Matahari mulai condong ke barat saat Nabila melangkah keluar dari gedung kampus. Udara sore terasa hangat, langit berwarna jingga keemasan, dan suara riuh mahasiswa yang pulang terdengar di sekelilingnya. Namun, semua itu tidak benar-benar ia perhatikan.Hatinya terasa berat. Sejak pagi, pikirannya dipenuhi oleh seseorang yang seharusnya tidak boleh ia pikirkan dengan cara seperti ini.Govan.Ia menghela napas panjang. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh merasakan hal aneh terhadap pamannya sendiri.Nabila menghentikan langkahnya di depan gerbang kampus dan mengambil ponselnya, hendak memesan ojek online seperti biasa. Namun, sebelum ia sempat melakukannya, sebuah mobil hitam yang sangat ia kenal berhenti tepat di hadapannya.Jantungnya berdebar lebih cepat.Jendela mobil terbuka, memperlihatkan sosok Govan di balik kemudi. Pria itu menatapnya deng

    Huling Na-update : 2025-03-10
  • Menggoda Sang Paman   Ayo goda Om

    Malam itu, Nabila merebahkan diri di kasurnya dengan ponsel di tangan. Layar menampilkan adegan drama romantis yang entah kenapa menarik perhatiannya. Kisahnya tentang seorang gadis yang jatuh cinta pada pria yang seharusnya tak bisa ia miliki, sebuah cinta terlarang yang penuh godaan dan emosi yang tak terucapkan.Matanya terpaku pada layar saat pemeran utama wanita sengaja menggoda pria yang dicintainya, hanya untuk melihat reaksinya. Gadis itu tahu pria itu tak akan membalas perasaannya, tapi tetap saja, ada kepuasan tersendiri saat melihatnya goyah.Tiba-tiba, sebuah ide gila muncul di benak Nabila.Kenapa aku nggak mencoba hal yang sama? pikir NabilaBukan berarti ia benar-benar ingin memiliki Govan. Ia sadar perasaan itu mustahil. Tapi… apa salahnya bermain sedikit?Govan sudah terlalu lama sendiri. Sejak dulu, pria itu jarang terlihat dekat dengan wanita ma

    Huling Na-update : 2025-03-11
  • Menggoda Sang Paman   Pasar

    “Nabila, kamu mau makan apa hari ini?”Suara Govan yang dalam dan tenang membuyarkan lamunan Nabila. Gadis itu sedang duduk di ruang tamu sambil menggulir layar ponselnya, berpura-pura sibuk. Padahal, sebenarnya ia masih memikirkan kejadian tadi pagi saat ia sengaja menggoda Govan dan berhasil membuat pria itu kaget.“Hmm… aku pengen yang spesial, Om.” Nabila mendongak, menatap pamannya yang kini berdiri di depan dapur, menunggu jawaban. Ia tersenyum kecil.“Spesial?” Govan menaikkan sebelah alis.“Iya! Sesuatu yang beda dari biasanya.” Nabila mengangguk semangat.“Kalau gitu, kita ke pasar dulu buat belanja bahan.” Govan menghela napas, lalu berjalan mendekat.Mata Nabila berbinar. “Ke pasar?”“Iya. Biar sekalian kamu pilih sendir

    Huling Na-update : 2025-03-12
  • Menggoda Sang Paman   Waduh

    “Nabila!”Govan memegang pinggangnya erat, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.Jantung Nabila langsung berdegup kencang. Wajahnya begitu dekat dengan dada bidang pamannya. Aroma maskulin yang khas tercium begitu jelas.Untuk beberapa detik, mereka hanya diam.Lalu, Nabila buru-buru menjauh, wajahnya memerah.“Uh, makasih, Om…”“Kamu nggak apa-apa?” Govan menatapnya dengan sorot mata penuh perhatian. Nabila mengangguk cepat, padahal dalam hatinya, ia sedang berusaha menenangkan diri.“Kalau jalan, hati-hati,” kata Govan sambil menepuk kepalanya pelan.Nabila hanya bisa tersenyum canggung.Mereka berdua pun akhirnya naik motor, dengan Govan di depan dan Nabila duduk di belakang, membawa kantong belanjaan yang mereka beli di pasar.“Aku kangen dibonceng Om,” ujar Nabila sambil tersenyum manis, membuat Govan hanya bisa menghela napas pasrah.“Pegangan yang kencang,” kata Govan sebelum menyalakan mesin.Nabila menelan ludah. Ini pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama ia naik motor ber

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Menggoda Sang Paman   Lembur katanya

    Malam itu, Nabila berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berantakan.Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan kejadian sore tadi kembali muncul. Tatapan Govan yang begitu dekat, kehangatan tubuhnya, dan cara pria itu menggenggam tangannya di akhir sesi yoga mereka.Jantungnya kembali berdegup kencang hanya dengan mengingatnya.Nabila berbalik, menarik selimut hingga menutupi wajahnya. "Aduh, kenapa aku jadi begini?" gumamnya sendiri.Ia memukul bantalnya pelan, frustrasi dengan perasaannya sendiri.Ia tak pernah membayangkan bisa sedekat ini dengan Govan. Selama ini, pria itu selalu bersikap sebagai sosok pelindung baginya, pamannya yang selalu perhatian. Tapi sekarang… rasanya berbeda.Setiap tatapannya, setiap sentuhannya. Semuanya mulai terasa terlalu berarti bagi Nabila.‘Aku nggak boleh seperti ini,’ batinnya.Tapi semakin ia mencoba mengusir perasaan itu, semakin kuat perasaan itu tumbuh.• • •Keesokan paginya, Nabila turun ke ruang makan

    Huling Na-update : 2025-03-15
  • Menggoda Sang Paman   Bioskop

    Hari itu, setelah selesai kelas, Nabila bersiap pulang seperti biasa. Namun, sebelum ia sempat melangkah keluar dari gedung kampus, sebuah suara menghentikannya."Nabila!"Ia menoleh dan mendapati Berlian berjalan ke arahnya dengan senyum khasnya."Eh, Berlian?" Nabila agak terkejut."Kamu sibuk malam ini?" Pria itu menghentikan langkahnya di hadapan Nabila, menatapnya dengan ekspresi santai tapi penuh maksud."Enggak sih, kenapa?" Nabila mengerutkan kening."Kamu mau gak ikut nonton bioskop, aku ada 2 tiket," ajak Berlian tanpa basa-basi, "Habis itu kita makan malam."Nabila langsung terdiam.Bioskop? Makan malam? Berdua?"Nggak deh, aku harus pulang." Ia segera menggeleng."Kamu langsung nolak, ya?" Berlian menatapnya sejenak, la

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Menggoda Sang Paman   Restoran

    "Maksudnya?" Nabila bertanya.Berlian mengedikkan dagunya ke arah layar, di mana sang pemeran utama pria masih menatap wanita yang dicintainya dengan tatapan penuh perasaan.“Cowok yang diem-diem romantis, tapi perhatian.”“Nggak tahu. Aku nggak pernah kepikiran.” Nabila mendengus pelan, lalu pura-pura menyesap minuman soda di tangannya.“Boong banget! Dia tuh sebenarnya suka cowok kek gitu, dingin tapi diem-diem peduli.” Riska tiba-tiba berseru pelan.“Oh, gitu?” Berlian melirik Nabila dengan senyum tertahan.“Riska!” Nabila berdecak, kesal karena Riska membongkar seleranya.Riska tertawa, sementara Berlian hanya tersenyum kecil sebelum kembali fokus ke layar.Film terus berjalan, tapi e

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Menggoda Sang Paman   Ketemu

    Setelah selesai makan malam, Nabila, Berlian, dan Riska masih duduk mengobrol di restoran. Suasana nyaman, lampu-lampu restoran memberikan pencahayaan hangat yang menenangkan.Namun, di tengah obrolan mereka, Nabila tanpa sengaja menoleh dan matanya langsung membelalak saat melihat sosok yang sangat dikenalnya.Govan.Pamannya mengenakan kemeja hitam yang elegan, berbincang dengan seorang pria yang juga tampak berwibawa, mereka bicara sambil berjalan menuju pintu keluar. Nabila langsung merasakan jantungnya berdegup lebih cepat."Kenapa, Nab?" tanya Riska, menyadari perubahan ekspresi temannya.Nabila cepat-cepat menggeleng. "Enggak, nggak apa-apa."Tapi tanpa sadar, matanya kembali melirik ke arah Govan.Dan saat itu juga, pria itu menoleh ke arahnya.Mata mereka bertemu.Dug... Dada Nabila terasa sesak sesaat. Govan sedikit mengernyit, tampak terkejut melihat keberadaannya di sana.Namun, ekspresinya segera kembali datar, lalu ia mengalihkan pandangan dan melanjutkan percakapannya

    Huling Na-update : 2025-03-17

Pinakabagong kabanata

  • Menggoda Sang Paman   Sunrise

    Sinar mentari pertama menelusup masuk melalui celah gorden, menyapu lembut wajah Nabila yang masih terlelap. Udara dingin pagi menggelitik, membuatnya menggeliat pelan dan mengerjapkan mata. Ia menoleh ke samping, melihat Riska masih memeluk guling dengan mulut sedikit terbuka dan suara napas pelannya. Nabila melihat jam di ponselnya. Pukul 05.12 pagi. Ia tersenyum kecil, mengingat rencana mereka menonton matahari terbit di danau tak jauh dari penginapan.Dengan semangat, ia turun dari ranjang dan merapikan hoodie-nya. Rambutnya diikat setengah, dan wajahnya masih segar tanpa riasan, tapi tetap manis. Ia menepuk-nepuk kaki Riska.“Ris… bangun. Udah jam lima lewat. Ayo ke danau,” bisiknya.“Hmm…” Riska meringkuk. “Dingin, Bil… lima menit lagi…”“Lima menit kamu bisa tidur selamanya kalau kita gak keburu liat sunrise,” canda Nabila sambil menepuk Riska.Tak lama, ketiganya sudah berada di luar, berjalan menyusuri jalan menuju danau. Udara pagi masih menusuk kulit, tapi langit perlahan

  • Menggoda Sang Paman   Mimpi govan

    Musik mengalun santai, lampu-lampu gantung menerangi area dengan cahaya kuning redup yang menciptakan suasana hangat sekaligus menggoda. Gelas-gelas minuman berderet di atas meja. Riska dan Wiwin sudah mulai sedikit mabuk, tertawa-tawa sambil berceloteh tak jelas.Nabila, yang biasanya hanya menyentuh jus, malam ini entah kenapa menuruti ajakan mereka. Satu tegukan, dua… tiga… hingga pipinya mulai memerah, kepalanya ringan, dan suara di sekitarnya terasa mengambang.“Hei, kamu masih kuat?” tanya Berlian sambil tertawa, mencondongkan tubuhnya ke arah Nabila yang sedang menyandarkan dagu ke tangan.“Aku... aku baik-baik aja kok,” jawab Nabila dengan suara yang nyaris seperti bisikan. Matanya mengerjap pelan, fokusnya buyar. “Cuma pusing dikit...”“Kamu gak biasa minum, ya?” Berlian mendekat, wajahnya hanya berjarak beberapa jengkal dari wajah Nabila. “Tapi kamu cantik banget malam ini…”“Hah?” Nabila mengerutkan kening. “Aku serius.” Berlian tersenyum, lalu tangannya terulur menyentuh

  • Menggoda Sang Paman   Makan malam penuh rasa

    Di kamar hotel, lantai delapan.Laras masuk ke dalam kamarnya dengan langkah pelan, namun jantungnya masih berdetak tak beraturan. Seolah udara malam tadi menyisakan sesuatu yang berbeda di dalam dadanya.Tangannya masih menggenggam erat mantel milik Govan yang tebal, hangat, dan wangi. Wangi yang selama ini hanya ia rasakan sekilas saat mereka bekerja bersama, tapi malam ini, terasa jauh lebih dekat… lebih personal.Ia menutup pintu, mematikan lampu utama dan membiarkan lampu meja kecil menyala temaram. Setelah melepas sepatunya, Laras berjalan cepat menuju tempat tidur, seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya sendiri. Ia membenamkan wajah ke dalam mantel itu, menghirup dalam-dalam.“Duh, Pak Govan…” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan rahasia. “Kenapa sih harus sebaik ini…”Ia tertawa pelan, malu sendiri. Jantungnya masih deg-degan. Laras tidak pernah membayangkan akan memiliki momen seperti tadi, makan malam berdua, Govan memberinya perhatian kecil, dan akhirnya menye

  • Menggoda Sang Paman   Obrolan yang ngalir

    Govan melemparkan tubuhnya ke atas kasur hotel yang empuk. AC menyala dingin, menyejukkan udara panas yang menempel di kulitnya sejak tadi. Rambutnya masih basah karena baru saja mandi setelah seharian penuh rapat dengan klien. Kemeja putih santai membalut tubuhnya, dan celana kain longgar memberikan kenyamanan yang telah lama ia rindukan setelah duduk seharian.Ia mengambil ponsel dari atas nakas. Layarnya menyala, ada notifikasi dari WhatsApp.Nabila.Senyum tipis terbit di bibir Govan saat jempolnya menyapu layar. Beberapa foto masuk. Nabila dengan latar pegunungan hijau, danau biru yang tenang, dan satu selfie dengan teman-temannya, termasuk Berlian. “Akhirnya sampai juga! Pemandangannya bener-bener kayak di TV ya, Om! Wish you were here…”Govan menyentuh satu foto lebih lama, memperbesar wajah Nabila yang tersenyum lebar dengan kacamata hitam dan rambut dikuncir ke atas. Bahunya terbuka, terlihat dari tank top putih yang ia kenakan, namun tetap tertutup dengan jaket tipis yang s

  • Menggoda Sang Paman   Sampai di tujuan

    Sinar matahari sore menembus jendela mobil, menciptakan bayangan-bayangan hangat di dashboard. Setelah hampir delapan jam perjalanan, akhirnya mobil yang ditumpangi Nabila dan teman-temannya memasuki kawasan resort pegunungan yang sejuk dan rindang. Jalanan menanjak, diapit pepohonan yang menjulang tinggi dan aroma tanah lembap yang menenangkan.“Wah... tempatnya keren banget!” seru Riska dari kursi belakang, hidungnya nyaris menempel ke jendela.“Kita nginep di sini?” tanya Riska lagi antusias, matanya tak lepas dari bangunan penginapan yang berdiri di tepi tebing, menghadap langsung ke hamparan danau biru yang tenang.“Iya. Aku booking tempat ini karena paling deket sama spot sunrise. View-nya cakep banget,” sahut Nabila .Nabila membuka pintu mobil dan turun perlahan. Angin sejuk langsung menyambutnya, meniup helai-helai rambutnya yang tergerai. Ia mendongak menatap langit, menghirup udara segar dalam-dalam dan tersenyum puas.“Udara di sini seger banget... asli nagih,” gumamnya p

  • Menggoda Sang Paman   Govan pergi

    Langit di bandara dipenuhi warna abu kebiruan, pesawat-pesawat hilir mudik di landasan, sibuk seperti semut-semut raksasa yang tak pernah tidur. Di salah satu ruang tunggu gate keberangkatan, Govan duduk dengan tubuh tegak namun wajah lesu. Koper hitam kecil berada di samping kursinya. Di sebelahnya, Laras sang asisten pribadi tengah sibuk memeriksa email di tablet."Boarding jam berapa?" tanya Govan pelan, suaranya sedikit serak.Laras menoleh, “Sekitar lima belas menit lagi, Pak. Tapi biasanya mereka mulai panggil sepuluh menit sebelumnya.”Govan mengangguk, lalu memalingkan wajah ke jendela besar di hadapannya. Di luar sana, pesawat-pesawat terlihat seperti makhluk asing yang hendak terbang ke dunia lain. Tatapan matanya kosong, namun pikirannya justru penuh. Bayangan wajah Nabila muncul jelas, dia tersenyum, tertawa, marah, hingga manja. Semua campur aduk.Laras melirik pria itu, ragu sejenak sebelum akhirnya bertanya, “Masih kepikiran Nabila, Pak?”“Ya… Gak tahu kenapa rasanya g

  • Menggoda Sang Paman   Nabila pergi

    Pagi itu, rumah masih diselimuti udara dingin sisa embun malam. Matahari baru saja naik, mewarnai langit dengan semburat jingga pucat. Di dalam rumah, suasana sedikit berbeda. Ada aroma harum dari kopi yang baru diseduh, suara langkah kaki yang sibuk di lantai atas, dan sesekali suara resleting koper yang dibuka-tutup tergesa.Govan berdiri di dapur, memegang cangkir kopi yang belum disentuh sejak tadi. Matanya mengarah ke jam dinding—07.49. Lima menit lagi, jemputan Nabila akan datang. Lima menit lagi, rumah akan terasa lebih hening. Dan kosong.“Nabila…” panggilnya, sedikit keras.Dari atas terdengar jawaban, “Iya, Om! Udah mau turun ini!”Beberapa detik kemudian, Nabila turun dari tangga sambil membawa ransel. Koper kecilnya sudah ditinggalkan di dekat pintu.Govan langsung menoleh. Mata laki-laki itu menyapu seluruh penampilan Nabila. Hoodie oversized warna abu, jeans gelap, dan sneakers putih bersih. Rambutnya dikuncir kuda tinggi, wajah tanpa riasan, tapi tetap terlihat segar.“

  • Menggoda Sang Paman   Gak boleh bawa itu

    Malam itu, rumah sudah sepi. Lampu-lampu sebagian besar telah dimatikan, menyisakan cahaya redup dari kamar Nabila yang masih menyala terang. Di balik pintu yang terbuka sedikit, terdengar suara gemerisik kain dan gemerincing resleting koper.Govan yang baru saja keluar dari kamar mandi hendak menuju dapur untuk mengambil air, namun langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar Nabila yang terbuka. Rasa penasaran membuatnya mendekat.Saat ia mengintip ke dalam, Nabila terlihat sedang duduk di lantai, dikelilingi tumpukan pakaian. Koper terbuka lebar, dan isinya seperti habis diacak-acak.“Belum tidur?” Govan mengetuk pintu pelan. “Belum. Lagi bongkar ulang koper.” Nabila menoleh. “Bongkar ulang? Bukannya udah siap dari kemarin?”“Iya, tapi temen-temenku katanya kita mau nyesuaiin outfit biar matching buat foto-foto,” jawab Nabila santai, sambil mengangkat sehelai atasan warna pastel. “Jadi aku ubah semua rencananya.”“Banyak banget. Kamu cuma pergi tiga hari, bukan pindahan rumah.” G

  • Menggoda Sang Paman   Jangan terlalu mengekang

    Malam itu, Govan berbaring di tempat tidurnya yang terasa terlalu luas dan terlalu sepi. Lampu kamar sengaja dibiarkan menyala redup, tapi matanya sama sekali tak mau terpejam. Pikirannya terus melayang pada satu nama.Nabila.Wajah kesalnya, suara tingginya saat berdebat, dan punggungnya yang menjauh dari ruang tengah sore tadi… semua itu terus mengulang di kepalanya. Bukan karena Nabila membantahnya, bukan karena dia bersikeras pergi. Tapi karena Govan tahu… dia menyakiti gadis itu.“Bodoh…” gumamnya pelan sambil menatap langit-langit. “Harusnya Om gak ngomong kayak tadi…”Ia membalikkan badan. Berkali-kali. Tapi tak ada posisi yang membuatnya nyaman. Akhirnya, ia bangkit, berjalan ke dapur, dan menuang segelas air putih. Hening malam hanya diisi suara detik jam dan denting gelas saat disentuh meja.Matanya melirik ke arah kam

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status