Home / Romansa / Menggoda Sang Paman / Tipe cowok idaman

Share

Tipe cowok idaman

Author: Centong ajaib
last update Last Updated: 2025-03-08 10:11:00

"Nabila, sini!" Wiwin melambaikan tangan saat melihatnya.

Wiwin, tampil dengan gaya santai namun tetap stylish. Ia mengenakan blouse oversized berwarna biru muda dengan celana kulot putih, ditambah tote bag bergambar tokoh anime kesukaannya.

"Udah lama nunggu?" Nabila tersenyum dan segera menghampirinya. 

"Nggak juga. Yuk, langsung ke dalam!"

Mereka masuk ke toko buku, berjalan di antara rak-rak sambil mencari buku yang mereka butuhkan.

Saat sedang memilih buku, seseorang menepuk bahu Nabila dari belakang. 

"Nabila?"

Nabila menoleh dan langsung mengenali wajah yang familiar. 

"Riska?" Nabila gak percaya ketemu Riska di sini. 

"Wow, nggak nyangka ketemu kamu di sini!" Riska tersenyum lebar. 

"Hai, aku Wiwin, teman kuliahnya Nabila." Wiwin yang merasa asing dengan sosok ini pun ikut menyapa. 

"Oh, hai Wiwin! Aku Riska, temannya Nabila di gym."

Gak butuh waktu

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menggoda Sang Paman   Kamu sakit?

    Ia bahkan tak bisa membayangkan dirinya menggoda Govan. Wajahnya kembali memerah, membuat Wiwin dan Riska semakin penasaran."Nabila, seriusan deh, siapa sih orangnya?" tanya Rita."Udahlah, jangan bahas aku. Mending kita pesen dessert lagi!" Nabila buru-buru mengalihkan pembicaraan.Namun, Wiwin dan Riska hanya saling berpandangan dengan tatapan penuh kecurigaan. Sementara itu, Nabila berusaha menenangkan debaran jantungnya."Bagaimana kalau mereka tahu siapa orang yang sebenarnya ada di hatiku?Apa mereka akan menghakimiku?" gumam hati Nabila.***Govan meletakkan sendoknya, menatap sisa makan malamnya yang masih tersisa di piring. Rasanya hambar. Bukan karena masakannya, tapi karena suasana rumah terasa sepi tanpa kehadiran Nabila.Selesai makan, ia beranjak ke ruang tamu dan menyalakan TV, mencari hiburan dari

    Last Updated : 2025-03-08
  • Menggoda Sang Paman   Mimpi

    Nabila tertidur dengan gelisah malam itu. Setelah insiden dengan Govan di kamarnya, pikirannya masih kacau. Ia sudah mencoba mengalihkan fokus dengan membaca buku, tetapi tidak ada satu kata pun yang benar-benar ia cerna. Akhirnya, karena terlalu lelah, ia terlelap.Namun tetap saja tidurnya tidak tenang.Dalam mimpinya, ia berada di sebuah ruangan gelap dengan cahaya remang. Ia duduk di atas ranjang, mengenakan gaun tidur berwarna putih. Ada sosok di hadapannya."Om?"Govan berdiri di sana dengan ekspresi serius, menatapnya dalam diam. Mata tajamnya menelusuri wajah Nabila, seolah membaca isi hatinya.“Paman... kenapa melihatku seperti itu?” suara Nabila bergetar, jantungnya berdetak lebih cepat.Govan tidak menjawab. Ia melangkah mendekat, membuat Nabila menahan napas. Semakin dekat. Semakin dekat, hingga jarak mereka

    Last Updated : 2025-03-09
  • Menggoda Sang Paman   Kecupan

    Pagi itu, suasana rumah terasa lebih hening dari biasanya. Nabila masih sibuk menikmati sarapannya, sesekali mencuri pandang ke arah Govan yang duduk di depannya, membaca koran dengan serius. Seolah kejadian semalam tak pernah terjadi, pamannya terlihat begitu tenang dan fokus pada bacaan di tangannya.Namun, Nabila tidak bisa menutupi kegugupannya. Sejak bangun tidur, pikirannya masih dipenuhi bayangan mimpi aneh itu, mimpi di mana Govan begitu dekat, hampir mencium bibirnya.Ia menggigit bibirnya, berusaha mengalihkan pikiran. Tidak boleh! Dia tidak boleh memikirkan itu lagi!Setelah beberapa saat, Govan akhirnya melipat korannya dan meletakkannya di meja. Ia menyesap kopi terakhirnya sebelum bangkit dari kursi.“Om pergi ke kantor dulu,” katanya sambil merapikan dasinya.“Hati-hati, Om.” Nabila mengangguk pelan.Govan menatapn

    Last Updated : 2025-03-10
  • Menggoda Sang Paman   Rasa yang semakin...

    Matahari mulai condong ke barat saat Nabila melangkah keluar dari gedung kampus. Udara sore terasa hangat, langit berwarna jingga keemasan, dan suara riuh mahasiswa yang pulang terdengar di sekelilingnya. Namun, semua itu tidak benar-benar ia perhatikan.Hatinya terasa berat. Sejak pagi, pikirannya dipenuhi oleh seseorang yang seharusnya tidak boleh ia pikirkan dengan cara seperti ini.Govan.Ia menghela napas panjang. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh merasakan hal aneh terhadap pamannya sendiri.Nabila menghentikan langkahnya di depan gerbang kampus dan mengambil ponselnya, hendak memesan ojek online seperti biasa. Namun, sebelum ia sempat melakukannya, sebuah mobil hitam yang sangat ia kenal berhenti tepat di hadapannya.Jantungnya berdebar lebih cepat.Jendela mobil terbuka, memperlihatkan sosok Govan di balik kemudi. Pria itu menatapnya deng

    Last Updated : 2025-03-10
  • Menggoda Sang Paman   Ayo goda Om

    Malam itu, Nabila merebahkan diri di kasurnya dengan ponsel di tangan. Layar menampilkan adegan drama romantis yang entah kenapa menarik perhatiannya. Kisahnya tentang seorang gadis yang jatuh cinta pada pria yang seharusnya tak bisa ia miliki, sebuah cinta terlarang yang penuh godaan dan emosi yang tak terucapkan.Matanya terpaku pada layar saat pemeran utama wanita sengaja menggoda pria yang dicintainya, hanya untuk melihat reaksinya. Gadis itu tahu pria itu tak akan membalas perasaannya, tapi tetap saja, ada kepuasan tersendiri saat melihatnya goyah.Tiba-tiba, sebuah ide gila muncul di benak Nabila.Kenapa aku nggak mencoba hal yang sama? pikir NabilaBukan berarti ia benar-benar ingin memiliki Govan. Ia sadar perasaan itu mustahil. Tapi… apa salahnya bermain sedikit?Govan sudah terlalu lama sendiri. Sejak dulu, pria itu jarang terlihat dekat dengan wanita ma

    Last Updated : 2025-03-11
  • Menggoda Sang Paman   Pasar

    “Nabila, kamu mau makan apa hari ini?”Suara Govan yang dalam dan tenang membuyarkan lamunan Nabila. Gadis itu sedang duduk di ruang tamu sambil menggulir layar ponselnya, berpura-pura sibuk. Padahal, sebenarnya ia masih memikirkan kejadian tadi pagi saat ia sengaja menggoda Govan dan berhasil membuat pria itu kaget.“Hmm… aku pengen yang spesial, Om.” Nabila mendongak, menatap pamannya yang kini berdiri di depan dapur, menunggu jawaban. Ia tersenyum kecil.“Spesial?” Govan menaikkan sebelah alis.“Iya! Sesuatu yang beda dari biasanya.” Nabila mengangguk semangat.“Kalau gitu, kita ke pasar dulu buat belanja bahan.” Govan menghela napas, lalu berjalan mendekat.Mata Nabila berbinar. “Ke pasar?”“Iya. Biar sekalian kamu pilih sendir

    Last Updated : 2025-03-12
  • Menggoda Sang Paman   Waduh

    “Nabila!”Govan memegang pinggangnya erat, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.Jantung Nabila langsung berdegup kencang. Wajahnya begitu dekat dengan dada bidang pamannya. Aroma maskulin yang khas tercium begitu jelas.Untuk beberapa detik, mereka hanya diam.Lalu, Nabila buru-buru menjauh, wajahnya memerah.“Uh, makasih, Om…”“Kamu nggak apa-apa?” Govan menatapnya dengan sorot mata penuh perhatian. Nabila mengangguk cepat, padahal dalam hatinya, ia sedang berusaha menenangkan diri.“Kalau jalan, hati-hati,” kata Govan sambil menepuk kepalanya pelan.Nabila hanya bisa tersenyum canggung.Mereka berdua pun akhirnya naik motor, dengan Govan di depan dan Nabila duduk di belakang, membawa kantong belanjaan yang mereka beli di pasar.“Aku kangen dibonceng Om,” ujar Nabila sambil tersenyum manis, membuat Govan hanya bisa menghela napas pasrah.“Pegangan yang kencang,” kata Govan sebelum menyalakan mesin.Nabila menelan ludah. Ini pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama ia naik motor ber

    Last Updated : 2025-03-14
  • Menggoda Sang Paman   Lembur katanya

    Malam itu, Nabila berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berantakan.Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan kejadian sore tadi kembali muncul. Tatapan Govan yang begitu dekat, kehangatan tubuhnya, dan cara pria itu menggenggam tangannya di akhir sesi yoga mereka.Jantungnya kembali berdegup kencang hanya dengan mengingatnya.Nabila berbalik, menarik selimut hingga menutupi wajahnya. "Aduh, kenapa aku jadi begini?" gumamnya sendiri.Ia memukul bantalnya pelan, frustrasi dengan perasaannya sendiri.Ia tak pernah membayangkan bisa sedekat ini dengan Govan. Selama ini, pria itu selalu bersikap sebagai sosok pelindung baginya, pamannya yang selalu perhatian. Tapi sekarang… rasanya berbeda.Setiap tatapannya, setiap sentuhannya. Semuanya mulai terasa terlalu berarti bagi Nabila.‘Aku nggak boleh seperti ini,’ batinnya.Tapi semakin ia mencoba mengusir perasaan itu, semakin kuat perasaan itu tumbuh.• • •Keesokan paginya, Nabila turun ke ruang makan

    Last Updated : 2025-03-15

Latest chapter

  • Menggoda Sang Paman   Oleh-oleh buat laras

    Udara pagi menyusup lembut ke sela-sela kain tenda, membawa aroma embun dan tanah basah. Nabila membuka matanya perlahan, menggeliat kecil dalam sleeping bag sebelum mengintip ke luar dari celah pintu tenda.Langit perlahan memancar warna jingga. Cahaya matahari belum benar-benar muncul, tapi langit timur sudah bersemu kemerahan. Di luar, kabut tipis menyelimuti pepohonan pinus dan rerumputan, menciptakan suasana magis yang hanya bisa didapat di alam terbuka.“Riska…” bisik Nabila sambil menyenggol temannya.“Masih pagi banget…” Riska mengerang pelan. “Ayo liat sunrise. Sekali-kali bangun pagi beneran.”Butuh beberapa detik, tapi akhirnya Riska bangkit juga. Dengan jaket tebal dan sarung tangan, mereka berdua keluar dari tenda. Di luar, Berlian sudah duduk memeluk lutut, matanya menatap ke arah cakrawala. Di sebelahnya Govan berdiri, memegang dua gelas berisi coklat panas.“Pagi-pagi udah romantis aja nih,” goda Riska, duduk di samping Berlian.Govan menoleh. “Coklat panas dulu sebel

  • Menggoda Sang Paman   Camping

    “A... Apa?” suaranya tercekat.“Aku tanya. Kamu beneran gak pernah nyentuh dia nggak? Bukan sekadar pegang tangan, maksudnya… kiss atau semacamnya.” Govan menatap tajam, matanya menusuk. Berlian menelan ludah. Ia berusaha tidak terlihat terlalu defensif, tapi jantungnya berdetak cepat. “Enggak. Sumpah, Om. Aku gak pernah macam-macam sama Nabila. Aku tahu batas.”Govan tetap menatap lekat-lekat seolah mencari tanda kebohongan. Lalu ia mengangguk pelan.“Bagus.”Hening.Suasana mendadak canggung. Berlian menghela napas, mencoba santai. “Kalau boleh jujur, Om… aku sempat suka sama Nabila. Tapi aku sadar... perasaanku kalah telak dari seseorang.”“Maksudmu?” Govan mengerutkan dahi. “Kalah dari Om.” Berlian tertawa hambar. “Dia gak pernah lihat aku kayak aku lihat dia. Tapi waktu dia lihat Om... matanya beda.”Govan terdiam. Ia menoleh ke langit yang mulai berubah warna, merah keemasan senja menyapu uap air yang menggantung di udara.“Aku pamannya,” gumam Govan pelan, nyaris seperti bica

  • Menggoda Sang Paman   Beneran gak nyentuh dia?

    Udara pagi di Bandung menggigit pelan, namun langit tampak cerah. Daun-daun bergetar ditiup angin, mengiringi langkah-langkah kaki yang berjalan menuju tepi Kawah Putih.“Bau belerangnya kuat banget, ya,” kata Riska sambil menutup hidung dengan syal.“Ya namanya juga kawah,” sahut Berlian, setengah tersenyum.Nabila berjalan di samping Govan, tangannya dimasukkan ke dalam kantong jaket. Ia melirik ke kiri, memperhatikan pria tinggi itu yang tampak serius, tapi menenangkan. Jaket hitam yang dikenakan Govan membuatnya semakin mencolok di antara kabut yang menari-nari di udara.“Kamu gak kedinginan?” tanya Govan pelan.Nabila menggeleng, lalu mendekat sedikit. “Enggak sih, soalnya... ada pemanas alami di sebelah aku.” Ia terkikik kecil.Govan menoleh cepat, tatapannya lembut, namun penuh arti. “Oh ya? Pemanasnya bisa digandeng juga, lho.”Senyum Nabila melengkung. Ia langsung menggandeng lengan Govan erat-erat, tanpa malu. Berlian dan Riska berjalan sedikit di depan, sibuk memotret peman

  • Menggoda Sang Paman   Berlian yang malang

    Nabila turun dari tangga beberapa menit kemudian dengan hoodie abu-abu dan celana jeans ketat. Rambutnya yang setengah kering diikat asal ke belakang, membuat wajah mungilnya semakin terlihat segar. Govan yang menunggu di lobi, hanya bisa tersenyum kecil melihatnya.“Nah, sekarang udah cakep,” kata Govan.“Ayo, perut Om udah protes nih.” Goavan berkata sambil menarik lengan Nabila. Mereka melangkah keluar penginapan, berjalan ke parkiran kecil di mana mobil sewaan Govan terparkir. Baru saja Govan membuka pintu untuk Nabila, tiba-tiba dua sosok muncul dari arah penginapan, memanggil.“Nabiiilaa!” suara Riska terdengar ceria, disusul dengan langkah Berlian di belakangnya.“Ris! Ayo cepet!” Nabila menoleh, wajahnya langsung berseri-seri. Govan yang baru hendak menikmati malam berdua dengan Nabila, langsung menoleh dengan kaku. Ia memandang dua remaja itu dengan tatapan datar, bibirnya menegang tipis.“Ayo kita pergi makan, aku udah laper banget ini!" seru Riska, tanpa basa basi ia mend

  • Menggoda Sang Paman   INI BENERAN OM?!

    "Hah," Nabila menghela nafas segar, langkahnya ringan keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih sedikit basah, tergerai mengenai pundaknya. Ia mengenakan piyama santai warna pastel, terlihat segar dan natural.Dengan malas, ia membanting tubuh ke atas kasur empuk, memejamkan mata sejenak menikmati kehangatan selimut yang membungkus tubuhnya. Hawa dingin dari luar membuat tubuhnya enggan beranjak.Tiba-tiba, suara dering ponsel mengagetkannya.Nabila melirik malas ke arah meja kecil. Nama Govan tertera jelas di layar.“Duh...” gumamnya, baru sadar bahwa ia belum mengabari Govan sama sekali selama seharian ini. Ia menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah.Segera ia meraih ponselnya dan mengangkat panggilan itu.“H-Halo, Om...” suaranya terdengar canggung.“Nabila, kamu kemana aja hari ini?!” tegur Govan langsung, suaranya sedikit meninggi. Ada nada kekhawatiran yang terselip di balik teguran itu.“A-aku maaf, aku lupa ngabarin... Aku habis dari kebun teh, terus danau, terus ya... baru b

  • Menggoda Sang Paman   Lupa mengabari

    Matahari mulai naik ke atas, saat mereka menemukan sebuah warung makan sederhana di pinggir jalan, beratapkan daun kelapa, dengan pemandangan kebun teh membentang di kejauhan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma sedap dari dapur.Mereka memilih duduk di meja kayu panjang di sudut, yang langsung menghadap hamparan hijau.“Gila, enak banget udaranya. Bikin lapar,” seru Riska sambil membuka buku menu.Tak butuh waktu lama, mereka memesan makanan sederhana nasi liwet, ayam goreng, sambal terasi, dan lalapan segar. Sambil menunggu pesanan datang, mereka membuka galeri kamera, melihat-lihat hasil foto yang tadi diambil.“Woi, liat nih. Ini fotoku, Bil!” seru Riska sambil menunjuk salah satu foto hasil jepretan Nabila.“Wah, keren juga. Sudutnya pas. Cahaya juga dapet. Bil, kamu punya bakat terpendam nih.” Berlian mengintip. Nabila nyengir malu-malu, pipinya sedikit memerah.“Serius, Bil. Nih ya,” Berlian bergeser mendekat, hampir membuat bahu mereka bersentuhan. Ia mengambil kamera dari tangan

  • Menggoda Sang Paman   Cklik

    Pagi Menjelang Siang di sebuah Gedung Perkantoran Modern. Govan duduk tegap di salah satu ruang meeting bergaya minimalis. Jas hitamnya tampak rapi, kemeja biru muda berpadu pas, memperlihatkan ketegasannya sebagai profesional. Di hadapannya duduk tiga orang klien. Laras duduk di sampingnya, mencatat poin-poin penting, sekali-kali menyodorkan dokumen untuk ditandatangani Govan.Ruangannya sejuk. Tapi suasana cukup menegangkan. Klien-klien ini bukan orang sembarangan mereka orang besar, dan proyek yang sedang dibicarakan bernilai miliaran rupiah. Namun wajah Govan tetap tenang. Suaranya datar dan percaya diri.“Jika semuanya sesuai timeline yang kita sepakati, fase pertama pembangunan bisa dimulai dua bulan dari sekarang. Kami hanya butuh konfirmasi akhir dari pihak Bapak dan tim,” ujar Govan sambil menyerahkan berkas presentasinya.“Kami puas dengan perencanaan Anda, Pak Govan. Saya pribadi suka dengan sikap profesional dan efisiensi tim Anda.” Salah satu klien mengangguk pelan.Lara

  • Menggoda Sang Paman   Sunrise

    Sinar mentari pertama menelusup masuk melalui celah gorden, menyapu lembut wajah Nabila yang masih terlelap. Udara dingin pagi menggelitik, membuatnya menggeliat pelan dan mengerjapkan mata. Ia menoleh ke samping, melihat Riska masih memeluk guling dengan mulut sedikit terbuka dan suara napas pelannya. Nabila melihat jam di ponselnya. Pukul 05.12 pagi. Ia tersenyum kecil, mengingat rencana mereka menonton matahari terbit di danau tak jauh dari penginapan.Dengan semangat, ia turun dari ranjang dan merapikan hoodie-nya. Rambutnya diikat setengah, dan wajahnya masih segar tanpa riasan, tapi tetap manis. Ia menepuk-nepuk kaki Riska.“Ris… bangun. Udah jam lima lewat. Ayo ke danau,” bisiknya.“Hmm…” Riska meringkuk. “Dingin, Bil… lima menit lagi…”“Lima menit kamu bisa tidur selamanya kalau kita gak keburu liat sunrise,” canda Nabila sambil menepuk Riska.Tak lama, ketiganya sudah berada di luar, berjalan menyusuri jalan menuju danau. Udara pagi masih menusuk kulit, tapi langit perlahan

  • Menggoda Sang Paman   Mimpi govan

    Musik mengalun santai, lampu-lampu gantung menerangi area dengan cahaya kuning redup yang menciptakan suasana hangat sekaligus menggoda. Gelas-gelas minuman berderet di atas meja. Riska dan Wiwin sudah mulai sedikit mabuk, tertawa-tawa sambil berceloteh tak jelas.Nabila, yang biasanya hanya menyentuh jus, malam ini entah kenapa menuruti ajakan mereka. Satu tegukan, dua… tiga… hingga pipinya mulai memerah, kepalanya ringan, dan suara di sekitarnya terasa mengambang.“Hei, kamu masih kuat?” tanya Berlian sambil tertawa, mencondongkan tubuhnya ke arah Nabila yang sedang menyandarkan dagu ke tangan.“Aku... aku baik-baik aja kok,” jawab Nabila dengan suara yang nyaris seperti bisikan. Matanya mengerjap pelan, fokusnya buyar. “Cuma pusing dikit...”“Kamu gak biasa minum, ya?” Berlian mendekat, wajahnya hanya berjarak beberapa jengkal dari wajah Nabila. “Tapi kamu cantik banget malam ini…”“Hah?” Nabila mengerutkan kening. “Aku serius.” Berlian tersenyum, lalu tangannya terulur menyentuh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status