All Chapters of CERAI DARIMU, CEO JENIUS POSESIF DATANG PADAKU: Chapter 71 - Chapter 80

109 Chapters

BAB 71 Apa Orangnya Hans?

Suara motor semakin dekat, dan Raditya segera menarik tangan Alya. "Kita harus masuk ke dalam rumah!" suaranya tegas, penuh urgensi."Tunggu! Tapi mereka- " Alya menoleh, melihat wajah Kakek Bakhtiar yang tetap tenang meskipun situasinya mencekam."Jangan khawatir, Nak. Rumah ini aman. Ada pengawal yang berjaga di setiap sudut." Kakek Bakhtiar menatap Raditya. "Kita masuk sekarang."Raditya mengangguk, lalu menggenggam tangan Alya erat, membawanya masuk ke dalam rumah mewah milik Kakek Bakhtiar. Begitu mereka melewati pintu utama, dua pria bertubuh kekar segera menutupnya dengan cepat dan mengunci dari dalam. Pintu kayu jati itu berat dan kokoh, memperkuat kesan bahwa rumah ini memang bukan tempat yang mudah ditembus.Rumah Kakek Bakhtiar dipenuhi kemewahan yang klasik. Langit-langit tinggi dengan lampu kristal bergantungan, lantai marmer yang bersih mengkilap, serta aroma kayu cendana yang menyebar di seluruh ruangan. Namun, meskipun megah, suasana saat ini terasa begitu mencekam. Se
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

BAB 72 Ruang Bawah Tanah

Suara langkah kaki yang cepat menggema di lorong rumah. Alya menahan napas, tubuhnya menegang di samping Raditya. Apakah penyusup sudah berhasil masuk ke dalam rumah?Namun, sebelum kecemasan semakin menyelimuti, seorang pria bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam muncul dari balik lorong. Salah satu pengawal Kakek Bakhtiar. Napasnya sedikit memburu, tetapi wajahnya tetap tenang."Pak, penyusup sudah berhasil dilumpuhkan," lapor pria itu dengan suara mantap. "Dia sekarang berada di ruangan bawah tanah."Alya mengerutkan kening, masih berusaha mencerna informasi tersebut. "Ruangan bawah tanah?" Ia menoleh ke arah Kakek Bakhtiar. "Kakek punya ruangan bawah tanah di rumah ini?"Kakek Bakhtiar hanya tersenyum tipis, ekspresinya tenang seperti biasa. "Ada banyak hal yang belum kamu ketahui tentang rumah ini, Nak."Alya masih terpaku, pikirannya berputar cepat. Ruangan bawah tanah? Seberapa besar tempat itu? Untuk apa dibangun? Dan... mengapa penyusup
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

BAB 73 Hans Kekasih Elmira

Suara alarm masih menggema di seluruh rumah, tetapi Kakek Bakhtiar tetap berdiri tenang di depan penyusup yang terikat di kursi besi. Raditya, di sisi lain, mencoba menahan emosinya. Matanya menatap tajam pria di hadapan mereka, yang meskipun terluka, masih berani menyeringai."Aku akan bertanya sekali lagi," suara Raditya terdengar dingin dan mengancam. "Siapa yang mengirimmu?"Pria itu mendengus kecil, kepalanya sedikit menunduk seolah berpikir. "Apa aku terlihat seperti orang yang mudah bicara?" tanyanya dengan nada mengejek.Raditya menggeram, nyaris kehilangan kesabaran, tetapi Kakek Bakhtiar mengangkat tangan, memberi isyarat agar ia tetap tenang. Lalu, dengan suara rendah dan terkontrol, Kakek Bakhtiar berbicara, "Nak, aku sudah lama berurusan dengan orang seperti dia. Jika kau ingin seseorang berbicara, kau harus tahu titik lemahnya."Kakek Bakhtiar kemudian berjalan mendekat, menatap dalam ke mata penyusup itu. "Kau mungkin berpikir bisa bertahan
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

BAB 74 Sengaja Meledakkan

Suara tembakan menggema di seluruh rumah. Raditya segera menarik Kakek Bakhtiar ke sudut ruangan, memastikan posisi mereka aman sebelum melangkah lebih jauh."Kita harus keluar dari sini," kata Raditya cepat. "Mereka pasti datang untuk membebaskan orang ini!"Kakek Bakhtiar mengangguk tegas, lalu menoleh pada salah satu pengawalnya yang baru masuk. "Kondisi di luar bagaimana?""Mereka mencoba masuk lewat gerbang belakang, Pak. Tapi pasukan kita sudah menghadang mereka. Beberapa dari mereka bersenjata lengkap," lapor pengawal itu dengan suara tegang.Raditya mengepalkan tangannya. "Kita tidak bisa biarkan mereka menang. Siapkan tim untuk mengamankan penyusup ini. Aku akan lihat situasi di atas.""Raditya," panggil Kakek Bakhtiar. "Jangan gegabah. Mereka datang bukan hanya untuk menyerang, tapi juga menyampaikan pesan."Raditya mengangguk singkat sebelum berlari keluar ruangan, meninggalkan Kakek Bakhtiar dan pengawal di dalam ruangan bawah ta
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

BAB 75 Hans Memilih Mati

Asap hitam masih mengepul dari mobil yang terbakar, menciptakan aroma menyengat yang menusuk hidung. Suara alarm rumah terus berbunyi, bercampur dengan teriakan dan langkah kaki para pengawal yang segera mengamankan situasi. Raditya menatap sisa-sisa kendaraan yang meledak, matanya menyipit, pikirannya penuh pertanyaan. Cahaya api yang memantul di wajahnya semakin menegaskan amarah yang mulai membara di dadanya."Dia benar-benar nekat," gumam Alya, masih terengah-engah, tangannya sedikit gemetar. "Hans lebih memilih mati daripada tertangkap," lanjut Alya kemudian.Kakek Bakhtiar menghela napas berat, tatapannya redup. "Atau lebih tepatnya, dia takut bicara," ujar sang kakek.Raditya mengangguk pelan, rahangnya mengeras. "Pertanyaannya sekarang adalah... siapa yang begitu menakutkan sampai Hans lebih memilih bunuh diri?" tanya Raditya.Seorang pengawal datang menghampiri mereka, wajahnya penuh kehati-hatian dan keringat dingin membasahi pelipisnya. "Pak, k
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

BAB 76 Alya Prioritas Utama

Malam itu, suasana di rumah Kakek Bakhtiar terasa lebih sunyi dari biasanya. Meski para pengawal berjaga di setiap sudut, Raditya tetap waspada. Ancaman yang mereka hadapi belum berakhir, dan ia tahu bahwa musuh mereka bukanlah orang sembarangan. Namun, di tengah semua ini, ada satu hal yang lebih penting baginya.Alya.Ia berjalan pelan menuju kamar tempat istrinya beristirahat. Saat membuka pintu, ia melihat Alya duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke luar jendela. Cahaya lampu tidur yang redup memantulkan bayangan lembut di wajahnya yang tampak lelah. Ya, malam ini mereka memutuskan untuk tetap berada di rumah kakek Bakhtiar, karena penjagaan disana bisa diandalkan. Kakek Bakhtiar telah menambah para bodyguardnya."Sayang," panggil Raditya dengan suara lembut.Alya menoleh perlahan, tatapannya dipenuhi kecemasan. "Aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan apa yang terjadi."Raditya mendekat, duduk di sampingnya, lalu menggenggam tangannya erat. "Aku tahu. Semua ini terlalu banya
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

BAB 77 Dinyatakan Pulih

Di ruang konsultasi Rumah Sakit 'Hospital Healty', Alya duduk dengan tenang di samping Raditya, meskipun jantungnya berdebar menunggu hasil pemeriksaan terakhirnya. Ruangan itu bercat putih bersih dengan aroma antiseptik yang khas. Di dinding, tergantung berbagai sertifikat medis dan gambar anatomi tubuh manusia. Suasana di dalamnya sunyi, hanya terdengar suara detak jam dan sesekali langkah kaki perawat yang berlalu lalang di koridor.Dokter spesialis ortopedi yang menangani cederanya tersenyum hangat setelah memeriksa hasil pemeriksaan terakhir. Dengan kacamata setengah bingkai yang bertengger di hidungnya, ia tampak penuh percaya diri."Selamat, Ny. Alya. Anda sudah pulih sepenuhnya. Tidak ada lagi tanda-tanda cedera pada kaki kiri Anda. Tapi tentu saja, tetap berhati-hati dan jangan sampai mengalami cedera serupa lagi. Kaki yang pernah cedera cenderung lebih rentan," ujar dokter dengan nada penuh kepastian.Alya tersenyum lega, matanya sedikit berkaca-kaca.
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

BAB 78 Hakushika Estate

Pagi-pagi sekali, matahari bahkan belum sepenuhnya muncul di cakrawala ketika Raditya dan Alya sudah berada di bandara, bersiap untuk penerbangan menuju Jepang. Raditya menggenggam tangan Alya dengan erat, seolah ingin memastikan bahwa keberadaan istrinya di sisinya adalah nyata."Kamu sudah siap?" tanya Raditya, matanya menatap lembut ke arah Alya.Alya mengangguk kecil, meski di dalam hatinya ada sedikit kegelisahan. "Aku siap. Aku hanya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi sampai Kakek meminta kita datang mendadak."Raditya menarik napas dalam. "Aku juga tidak tahu. Tapi apapun itu, kita akan menghadapinya bersama."Mereka kemudian naik ke pesawat dengan penerbangan langsung menuju Jepang. Selama beberapa jam di udara, Alya mencoba tidur sejenak, namun pikirannya terus dipenuhi berbagai kemungkinan tentang apa yang menanti mereka di sana. Raditya sesekali melirik ke arah istrinya yang bersandar di bahunya, merasa lega melihat Alya bisa beristirahat meskipun hanya sebentar.Se
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

BAB 79 Nenek Aiko

Kakek bakhtiar muncul dari balik pintu yang terbuka, sebelum Raditya dan Alya masuk keruangan perawatan, kakek Bakhtiar mengajak mereka ke luar terlebih dahulu. Maka disinilah mereka, duduk di kursi tunggu diluar ruang rawat.Di dalam ruang tunggu rumah sakit, Raditya dan Alya duduk bersebelahan dengan Kakek Bakhtiar. Suasana rumah sakit ternama di Jepang, Tokyo Serenity Hospital, terasa begitu hening. Hanya terdengar suara langkah kaki perawat yang berlalu lalang serta pengumuman yang sesekali menggema di pengeras suara. Aroma khas antiseptik memenuhi udara, memberikan kesan steril dan bersih. Lampu-lampu terang di koridor menerangi wajah-wajah yang dipenuhi kecemasan dan harapan.Alya meremas jemarinya sendiri, hatinya tidak tenang. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan buruk. "Kakek, siapa yang terbaring di dalam?" tanyanya dengan penuh penasaran, sorot matanya menatap wajah sang kakek dengan gelisah.Kakek Bakhtiar menghela napas panjang sebelum menjawab dengan suara berat,
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

BAB 80 Merindukan Clarissa

Alya menatap nenek Aiko dengan tatapan yang sulit diartikan. Jantungnya berdegup kencang, seakan kata-kata neneknya tadi menyentak bagian terdalam dari jiwanya.Suasana di dalam ruang rawat terasa sunyi. Hanya suara detak mesin medis yang menemani keheningan di antara mereka. Cahaya matahari dari jendela yang terbuka sedikit menerangi wajah lelah sang nenek yang kini tampak linglung."Nenek... aku bukan bunda Clarissa," ujar Alya dengan suara pelan, mencoba menenangkan sang nenek yang masih tampak kebingungan. "Aku Alya, Nek. Anak bunda."Namun, Nenek Aiko masih menatap Alya dengan ekspresi penuh kerinduan. Matanya yang sayu sedikit berkaca-kaca, seolah menelusuri wajah cucunya yang baginya begitu familiar."Tapi... kau terlihat begitu mirip dengannya... persis seperti Clarissa muda... kamu cantik," bisiknya pelan, suaranya hampir tak terdengar.Kakek Bakhtiar yang berdiri di sisi ranjang menarik napas panjang. Ia mengusap pundak Alya, memberikan i
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status