Suara alarm masih menggema di seluruh rumah, tetapi Kakek Bakhtiar tetap berdiri tenang di depan penyusup yang terikat di kursi besi. Raditya, di sisi lain, mencoba menahan emosinya. Matanya menatap tajam pria di hadapan mereka, yang meskipun terluka, masih berani menyeringai."Aku akan bertanya sekali lagi," suara Raditya terdengar dingin dan mengancam. "Siapa yang mengirimmu?"Pria itu mendengus kecil, kepalanya sedikit menunduk seolah berpikir. "Apa aku terlihat seperti orang yang mudah bicara?" tanyanya dengan nada mengejek.Raditya menggeram, nyaris kehilangan kesabaran, tetapi Kakek Bakhtiar mengangkat tangan, memberi isyarat agar ia tetap tenang. Lalu, dengan suara rendah dan terkontrol, Kakek Bakhtiar berbicara, "Nak, aku sudah lama berurusan dengan orang seperti dia. Jika kau ingin seseorang berbicara, kau harus tahu titik lemahnya."Kakek Bakhtiar kemudian berjalan mendekat, menatap dalam ke mata penyusup itu. "Kau mungkin berpikir bisa bertahan
Last Updated : 2025-03-16 Read more