Home / Fantasi / Cermin Kala: Perjalanan Takdir / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Cermin Kala: Perjalanan Takdir: Chapter 41 - Chapter 50

66 Chapters

BAB 41: PASUKAN ASING MENDEKAT

BAB 41: PASUKAN ASING MENDEKAT Langit di atas Kerajaan Gilingwesi tampak muram, seolah-olah alam sendiri menahan napas menjelang badai besar. Udara yang biasanya dipenuhi dengan suara burung dan gemerisik dedaunan kini terasa berat, membawa firasat buruk bagi seluruh penghuni istana. Kabar tentang kedatangan pasukan asing telah sampai ke telinga Rakai Wisesa melalui para mata-mata yang tersebar di perbatasan hutan lebat. Mereka bukan sekadar musuh biasa—mereka adalah pasukan yang dipimpin oleh penyihir gelap, seseorang yang dikenal memiliki ilmu hitam tingkat tinggi. Di ruang sidang utama istana, suasana tegang menyelimuti setiap sudut. Lilin-lilin besar yang biasanya memberikan cahaya hangat tiba-tiba berkedip-kedip pelan, seakan merasakan ketegangan yang memuncak. Beberapa lilin bahkan padam sendiri, menciptakan bayangan pan
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

BAB 42: PERSIAPAN PERANG

BAB 42: PERSIAPAN PERANG  Matahari mulai terbit di cakrawala, menyelimuti istana Kerajaan Gilingwesi dengan cahaya keemasan yang redup. Namun, keindahan pagi itu tidak mampu menutupi ketegangan yang memenuhi udara. Suara genderang perang bergema dari lapangan latihan militer di luar istana, memecah kesunyian pagi. Arya Kertajaya berdiri di tengah lapangan, mengamati prajurit-prajuritnya dengan sorot mata tajam. Ia memegang pedang panjangnya erat-erat, sementara angin dingin menyapu rambutnya yang terikat rapi.  "Lebih cepat! Gerakan kalian masih terlalu lambat!" bentak Arya kepada barisan prajurit yang sedang berlatih formasi pertempuran. Suaranya keras dan penuh otoritas, memantul di dinding-dinding batu yang mengelilingi lapangan. Para prajurit bergerak dengan ritme cepat, mengayunkan senjata mereka dengan presisi yang hampir
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

BAB 43: PERJALANAN SPIRITUAL KE GUNUNG SUCI

BAB 43: PERJALANAN SPIRITUAL KE GUNUNG SUCI Awal Perjalanan: Langkah Pertama Menuju KetidakpastianLangit di atas Kerajaan Gilingwesi mulai menggelap saat matahari perlahan tenggelam di balik puncak-puncak pegunungan. Udara dingin menyelimuti istana, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang terbakar api unggun kecil di sekitar halaman. Di depan gerbang utama, rombongan kecil bersiap untuk berangkat menuju Gunung Suci, tempat yang dipercaya sebagai pusat energi spiritual kerajaan. Raka dan Dyah Sulastri berdiri di barisan depan, ditemani oleh beberapa prajurit pilihan serta Resi Agung Darmaja yang tampak misterius dengan tongkatnya yang berkilauan redup. "Gunung Suci adalah tempat di mana dunia manusia bertemu dengan dunia gaib," ujar Resi Agung Darmaja dengan suara rendah namun penuh otoritas. "Di
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

BAB 44: MAKHLUK MITOLOGI DI GUNUNG SUCI

BAB 44: MAKHLUK MITOLOGI DI GUNUNG SUCI Mendekati Pintu GaibSetelah berjam-jam mendaki melalui jalur yang semakin curam dan terjal, rombongan akhirnya tiba di kaki Gunung Suci. Udara di sini terasa lebih dingin dan berat, seolah gravitasi di tempat ini tidak sama dengan dunia biasa. Kabut tebal menyelimuti seluruh area, membuat pandangan mereka terbatas hanya beberapa meter ke depan. Suara-suara aneh mulai terdengar dari kejauhan—bisikan halus yang tak terdengar seperti berasal dari manusia, gemerisik dedaunan yang tidak disebabkan oleh angin, dan lolongan samar yang bergema di antara pepohonan. Resi Agung Darmaja berhenti sejenak, menatap kabut di depan mereka dengan sorot mata penuh perhitungan. "Kita sudah sampai di pintu masuk ke dunia gaib," katanya pelan, suaranya nyaris tersapu angin.
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

BAB 45: PENGLIHATAN TENTANG MASA LALU

BAB 45: PENGLIHATAN TENTANG MASA LALU Meditasi di Puncak Gunung SuciSetelah melewati Genderuwo dan memasuki dunia gaib, rombongan tiba di puncak Gunung Suci. Tempat itu adalah dataran luas yang dikelilingi oleh batu-batu besar berukir simbol-simbol kuno. Udara di sini terasa lebih ringan, seolah mereka berada di antara dua dunia—dunia manusia dan dunia roh. Cahaya lembut berpendar dari batu-batu itu, menciptakan suasana magis yang menenangkan sekaligus mencekam. Resi Agung Darmaja menginstruksikan Raka dan Dyah untuk duduk di tengah lingkaran batu, sementara para prajurit berdiri menjaga di luar. "Kalian harus meditasi di sini," katanya dengan suara pelan namun tegas. "Ini adalah tempat di mana masa lalu, masa kini, dan masa depan bertemu. Kalian akan melihat kebenaran tentang takdir kalian."
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

BAB 46: HUBUNGAN RAKA-DYAH SULASTRI MEMANAS

BAB 46: HUBUNGAN RAKA-DYAH SULASTRI MEMANAS Perjalanan Kembali dari Gunung SuciSetelah pengalaman meditasi yang mendalam di puncak Gunung Suci, rombongan mulai menuruni gunung. Udara yang sebelumnya dipenuhi energi gaib kini terasa lebih ringan, meskipun beban pikiran mereka masih berat. Kabut tipis mulai menyelimuti jalur mereka, menciptakan suasana misterius dan sedikit mencekam. Suara langkah kaki bergema di antara pepohonan, sementara angin dingin sesekali membawa bisikan halus yang sulit dimengerti. Raka dan Dyah Sulastri berjalan berdampingan di barisan depan, sementara para prajurit mengikuti di belakang dengan waspada. Raka masih mencoba memproses apa yang ia lihat dalam penglihatannya—pendiri kerajaan yang mirip dengannya, kegagalan spiritual, dan kutukan cinta antara dirinya dan Dya
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

BAB 47: SERANGAN DI GUNUNG SUCI

BAB 47: SERANGAN DI GUNUNG SUCI Ketegangan di Jalan TurunSetelah momen emosional yang mendalam antara Raka dan Dyah, rombongan mulai melanjutkan perjalanan menuruni Gunung Suci. Kabut tebal masih menyelimuti jalur mereka, membuat pandangan terbatas hanya beberapa meter ke depan. Suara gemerisik dedaunan yang tidak disebabkan oleh angin menciptakan suasana mencekam bagi seluruh rombongan. Para prajurit tampak semakin waspada, tangan mereka erat memegang senjata, sementara mata mereka terus memindai sekitar untuk mencari tanda-tanda bahaya. Raka berjalan di samping Dyah, matanya sesekali tertuju pada bayangan hitam yang bergerak-gerak di pepohonan. Ia merasakan firasat aneh, seolah ada sesuatu yang mengamati mereka dari balik kabut. "Apa kau juga merasakannya?" bisiknya pelan kepada Dyah.
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

BAB 48: ARYA KERTAJAYA MENYELAMATKAN MEREKA

BAB 48: ARYA KERTAJAYA MENYELAMATKAN MEREKA Kedatangan Arya KertajayaSetelah pertempuran sengit melawan pasukan bayangan, Raka, Dyah, dan para prajurit yang tersisa akhirnya berhasil mencapai dasar gunung. Namun, mereka masih dalam kondisi genting. Beberapa prajurit terluka parah, dan energi mereka hampir habis setelah berjam-jam bertarung. Suara gemerisik dedaunan yang tidak disebabkan angin menciptakan suasana mencekam bagi seluruh rombongan. Dyah tampak cemas, matanya terus memindai sekitar untuk memastikan tidak ada serangan lanjutan dari pasukan bayangan. Tiba-tiba, suara derap kuda terdengar dari kejauhan. Sebuah pasukan kecil muncul dari balik kabut, dipimpin oleh Arya Kertajaya. Wajah Arya penuh ketegangan, tetapi juga menunjukkan kelegaan saat ia melihat rombongan itu selamat. "Syukurlah k
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

BAB 49: KEMBALI KE ISTANA

BAB 49: KEMBALI KE ISTANA Perjalanan Menuju IstanaSetelah diselamatkan oleh Arya Kertajaya dan pasukannya, rombongan akhirnya melanjutkan perjalanan kembali ke istana. Suasana di sepanjang jalan masih tegang, meskipun mereka telah meninggalkan medan pertempuran di Gunung Suci. Kabut tebal yang menyelimuti jalur mereka tampak semakin pekat, seolah mencerminkan ketegangan yang dirasakan setiap orang dalam rombongan. Suara gemerisik dedaunan yang tidak disebabkan angin menciptakan suasana mencekam bagi seluruh rombongan. Raka berjalan di samping Dyah Sulastri, matanya sesekali tertuju pada luka-luka yang diderita para prajurit. Ia merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi, meskipun ia tahu bahwa serangan itu tidak bisa dihindari. "Kita hampir sampai," katanya pelan kepada Dyah, suaranya penuh ras
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

BAB 50: RAKAI WISESA MENGAMBIL KEPUTUSAN

BAB 50: RAKAI WISESA MENGAMBIL KEPUTUSAN Keputusan yang MenyakitkanRuang singgasana istana dipenuhi suasana tegang. Rakai Wisesa duduk di singgasananya, wajahnya penuh kerutan kekhawatiran dan rasa bersalah. Ia menatap Dyah Sulastri dengan mata berkaca-kaca, seolah berusaha mencari kekuatan untuk mengambil keputusan yang paling sulit dalam hidupnya. Para prajurit, Arya Kertajaya, Resi Agung Darmaja, dan Raka hadir di ruangan itu, masing-masing dengan ekspresi yang berbeda—ada yang marah, ada yang cemas, dan ada yang tampak pasrah. "Kita tidak punya pilihan lain," kata Rakai Wisesa akhirnya, suaranya bergetar namun tegas. "Ritual korban harus dilakukan lebih cepat demi meredakan kemarahan roh-roh. Jika kita menunda lagi, seluruh kerajaan akan hancur." Dyah
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status