Home / Fantasi / Cermin Kala: Perjalanan Takdir / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cermin Kala: Perjalanan Takdir: Chapter 31 - Chapter 40

65 Chapters

BAB 31: RAMALAN LENGKAP

BAB 31: RAMALAN LENGKAPMalam itu, langit di atas Kerajaan Gilingwesi terlihat begitu gelap, seolah-olah bintang-bintang enggan menampakkan diri. Udara dingin menyelimuti seluruh istana, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang jatuh dari pepohonan kuno di halaman belakang. Raka duduk di sebuah ruangan kecil yang remang-remang, hanya diterangi oleh cahaya lilin yang berkedip-kedip lemah. Di depannya, Resi Agung Darmaja duduk dengan sikap tenang, wajahnya tertutup bayangan sehingga sulit dibaca.Di antara mereka terbentang gulungan papyrus tua yang tampak rapuh, seolah satu sentuhan saja bisa membuatnya hancur menjadi debu. Gulungan itu adalah transkrip lengkap ramalan kuno—ramalan yang telah mengguncang fondasi kerajaan ini sejak lama. Bau kemenyan dan dupa yang menyelimuti ruangan semakin memperkuat atmosfer spiritual yang melingkupi mereka."Orang dari Kala Lain," ujar Resi Agung Darmaja pelan, suaranya serak namun berat seperti gema dari zaman purba. Matanya yang tajam menatap R
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

BAB 32: ARYA KERTAJAYA MENANTANG RAKA

BAB 32: ARYA KERTAJAYA MENANTANG RAKAMatahari baru saja mulai meninggi di langit, menyinari halaman luas di belakang istana Gilingwesi. Udara pagi yang segar membawa aroma tanah basah dan dedaunan hijau yang masih lembap oleh embun malam. Namun, ketenangan pagi itu segera terpecah saat suara logam beradu memenuhi udara—pedang kayu yang saling bertabrakan menciptakan bunyi nyaring yang memekakkan telinga. Di tengah lapangan latihan prajurit, dua sosok berdiri tegak—satu dengan pedang kayu di tangan, yang lain dengan tatapan dingin penuh determinasi.Arya Kertajaya, panglima perang kerajaan yang gagah perkasa, mengambil posisi siaga. Tubuhnya yang tinggi tegap dibalut oleh baju besi ringan, sementara pedang kayunya tampak kokoh di tangannya. Matanya yang tajam seperti elang menatap lurus ke arah Raka, pemuda dari masa depan yang kini menjadi pusat kontroversi di istana.Raka, meskipun tidak memiliki pengalaman bertarung formal, tetap berdiri tegak dengan pedang kayu yang diberikan pada
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

BAB 33: DYAH SULASTRI MENGAJARKAN SPIRITUALITAS

BAB 33: DYAH SULASTRI MENGAJARKAN SPIRITUALITASMalam itu, suasana di istana Gilingwesi begitu tenang, seolah-olah alam pun ikut menahan napas. Di sebuah halaman dalam istana yang dikelilingi oleh pepohonan besar dan bunga melati yang harum, Dyah Sulastri duduk bersila di atas tikar anyaman pandan. Cahaya bulan purnama menyinari wajahnya yang anggun namun penuh keteguhan. Di hadapannya, Raka duduk dengan posisi yang kurang nyaman, mencoba meniru cara Dyah duduk bersila. Ia merasa sedikit canggung, tetapi ada rasa penasaran yang mendalam di matanya."Kita mulai dengan meditasi," kata Dyah pelan, suaranya lembut namun tegas. "Tutup matamu, tarik napas dalam-dalam, dan biarkan pikiranmu mengalir seperti air sungai."Raka mengikuti instruksi itu, meskipun awalnya ia merasa sulit untuk fokus. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan—tentang ramalan kuno, tentang hubungannya dengan Dyah, tentang kerajaan ini yang semakin terjerat dalam misteri. Namun, perlahan-lahan, suara napasnya send
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

BAB 34: MAKHLUK MITOLOGI MUNCUL LAGI

BAB 34: MAKHLUK MITOLOGI MUNCUL LAGIMalam itu, suasana di istana Gilingwesi berubah menjadi tegang. Udara yang semula tenang kini dipenuhi dengan energi gaib yang tak terlihat namun dapat dirasakan oleh setiap orang yang berada di sekitar istana. Di tengah halaman dalam istana, Raka dan Dyah Sulastri sedang berdiri di bawah pohon beringin raksasa yang konon dihuni oleh roh-roh penjaga kerajaan. Cahaya bulan yang redup menembus dedaunan tebal, menciptakan pola bayangan yang bergerak-gerak seperti makhluk hidup.Tiba-tiba, angin dingin berhembus kencang, membuat dedaunan bergoyang liar meskipun tidak ada tanda-tanda badai. Api obor yang tersebar di sekitar halaman mulai berkedip-kedip, seolah-olah kekuatan besar sedang mengganggu elemen-elemen alam. Bau asap dari api obor yang berkedip-kedip menambah atmosfer misterius malam itu. Dyah menoleh ke arah Raka dengan ekspresi waspada. "Ada yang mendekat," katanya pelan, suaranya penuh ketegangan.Raka merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia tid
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

BAB 35: INTRIK KI JAGABAYA

BAB 35: INTRIK KI JAGABAYAMalam itu, suasana di istana Gilingwesi tampak tenang di permukaan, namun di balik bayang-bayang yang menyelimuti sudut-sudut kerajaan, ada sesuatu yang gelap dan berbahaya sedang bergerak. Di sebuah hutan kecil di luar perbatasan istana, Ki Jagabaya berdiri di bawah sinar bulan purnama yang redup, dikelilingi oleh pasukan bayangan—makhluk-makhluk gaib yang sebelumnya menyerang istana. Mereka adalah prajurit tanpa wujud nyata, hanya siluet hitam dengan mata merah menyala, mencerminkan kekuatan jahat yang mereka layani.Ki Jagabaya, yang biasanya tampak tenang dan terkendali, kini memancarkan aura dingin yang mengintimidasi. Ia mengenakan jubah panjang berwarna hitam dengan sulaman simbol-simbol kuno di tepinya, tanda bahwa ia bukan sekadar penasihat kerajaan biasa. Dengan suara rendah namun tegas, ia memberikan instruksi kepada para makhluk bayangan."Kalian telah gagal dalam serangan pertama," katanya, nada suaranya tidak meninggalkan ruang untuk bantahan.
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

BAB 36: RITUAL GAIB

BAB 36: RITUAL GAIBMalam itu, suasana di istana Gilingwesi begitu tegang. Di halaman dalam istana, sebuah lingkaran besar telah digambar dengan kapur putih di atas tanah, dikelilingi oleh lilin-lilin yang menyala dengan api biru kehijauan. Udara terasa berat, seolah-olah dipenuhi oleh energi gaib yang tak terlihat. Para pendeta kerajaan berdiri di sekitar lingkaran, mengenakan jubah panjang berwarna merah dan hitam, sambil membawa genta kecil dan tongkat kayu bertatahkan simbol-simbol kuno. Mereka mulai melantunkan mantra-mantra dalam bahasa yang asing, suaranya bergema seperti guntur di udara malam.Di tengah lingkaran, Raka berdiri bersama Dyah Sulastri. Wajah mereka tampak tegang, namun penuh tekad. Rakai Wisesa, raja kerajaan, berdiri di tepi lingkaran, matanya penuh harap namun juga waspada. Ritual ini adalah upaya terakhir untuk menenangkan roh-roh yang marah—roh-roh yang diyakini menjadi penyebab semua ketegangan dan ancaman yang menghantui kerajaan."Kita harus memulai ritual
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

BAB 37: CINTA TERLARANG

BAB 37: CINTA TERLARANGMalam itu, suasana di istana Gilingwesi begitu tenang. Di taman dalam istana yang dikelilingi oleh pepohonan beringin raksasa dan bunga melati yang harum, Raka dan Dyah Sulastri duduk berdampingan di bawah sinar bulan purnama. Cahaya lembut itu menyelimuti mereka, menciptakan atmosfer yang damai namun penuh ketegangan. Mereka baru saja selesai membicarakan visi yang dilihat Raka selama ritual gaib—tragedi masa lalu yang menjadi akar dari kutukan kerajaan. Namun, ada sesuatu yang lebih mendalam yang mengganggu pikiran mereka berdua: hubungan mereka yang semakin dekat, tetapi bertentangan dengan takdir kerajaan.Dyah menundukkan wajahnya, matanya penuh konflik batin. Ia tahu bahwa perasaannya terhadap Raka tidak bisa diabaikan, tetapi ia juga sadar bahwa cinta mereka adalah ancaman bagi stabilitas kerajaan. Sebagai ratu suci, ia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan spiritual kerajaan. Hubungan dengan "Orang dari Kala Lain" seperti Raka bisa me
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

BAB 38: ARYA KERTAJAYA MULAI SIMPATI

BAB 38: ARYA KERTAJAYA MULAI SIMPATI  Matahari mulai tenggelam di balik gunungan yang mengelilingi istana Gilingwesi, menciptakan siluet keemasan di langit. Arya Kertajaya berdiri di tepi halaman dalam istana, tangannya terlipat di depan dada sementara ia menatap ke arah taman tempat Raka dan Dyah Sulastri sering bertemu. Ia masih merasakan kemarahan mendalam setiap kali melihat mereka bersama, tetapi ada sesuatu yang mulai mengganggu pikirannya—keraguan.  Sejak pertemuan tegang malam itu ketika ia memergoki Raka dan Dyah di bawah sinar bulan, Arya tidak bisa berhenti memikirkan kata-kata Raka: "Ini bukan urusanmu, Arya. Aku tidak berniat menyakiti siapa pun, apalagi Dyah." Awalnya, Arya mengabaikan pernyataan itu sebagai omong kosong belaka. Namun, semakin ia
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

BAB 39: PORTAL WAKTU RUSAK

BAB 39: PORTAL WAKTU RUSAK Malam itu, suasana di istana Gilingwesi begitu sunyi. Hanya suara angin yang berbisik di antara pepohonan beringin tua dan cahaya obor-obor yang berkedip-kedip di sepanjang koridor yang memecah keheningan. Raka, yang merasa gelisah setelah ritual gaib beberapa hari lalu, memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam tentang misteri kerajaan ini. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang belum terungkap—sesuatu yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tentang identitasnya dan perannya sebagai "Orang dari Kala Lain." Setelah mendengar cerita dari Resi Agung Darmaja tentang artefak-artefak kuno yang tersimpan di ruang bawah tanah istana, Raka memutuskan untuk mengeksplorasi tempat itu sendirian. Ruang bawah tanah adalah area yang jarang dikunjungi, bahkan oleh pa
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

BAB 40: ANCAMAN BARU

BAB 40: ANCAMAN BARU Matahari terbit di cakrawala, menyinari istana Gilingwesi dengan cahaya keemasan yang lembut. Namun, suasana di dalam istana tidak sesenang pemandangan luar. Udara dipenuhi oleh ketegangan yang semakin tebal, seolah-olah awan kelabu menggantung di atas kepala setiap orang. Berita tentang pasukan asing yang mendekati perbatasan kerajaan telah menyebar seperti api, menciptakan rasa panik di antara para prajurit dan penduduk istana. Rakai Wisesa duduk di singgasana emasnya, wajahnya muram namun penuh tekad. Di sekitarnya, para penasihat kerajaan berdiri dengan ekspresi khawatir. Arya Kertajaya, Dyah Sulastri, Resi Agung Darmaja, dan beberapa pemimpin militer lainnya hadir di ruang singgasana untuk membahas strategi pertahanan. Raka juga berada di sana, mes
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status