Home / Fantasi / Cermin Kala: Perjalanan Takdir / BAB 50: RAKAI WISESA MENGAMBIL KEPUTUSAN

Share

BAB 50: RAKAI WISESA MENGAMBIL KEPUTUSAN

last update Last Updated: 2025-02-19 12:00:13

BAB 50: RAKAI WISESA MENGAMBIL KEPUTUSAN


Keputusan yang Menyakitkan

Ruang singgasana istana dipenuhi suasana tegang. Rakai Wisesa duduk di singgasananya, wajahnya penuh kerutan kekhawatiran dan rasa bersalah. Ia menatap Dyah Sulastri dengan mata berkaca-kaca, seolah berusaha mencari kekuatan untuk mengambil keputusan yang paling sulit dalam hidupnya. Para prajurit, Arya Kertajaya, Resi Agung Darmaja, dan Raka hadir di ruangan itu, masing-masing dengan ekspresi yang berbeda—ada yang marah, ada yang cemas, dan ada yang tampak pasrah.

"Kita tidak punya pilihan lain," kata Rakai Wisesa akhirnya, suaranya bergetar namun tegas. "Ritual korban harus dilakukan lebih cepat demi meredakan kemarahan roh-roh. Jika kita menunda lagi, seluruh kerajaan akan hancur."

Dyah

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 51: KI JAGABAYA MENYUSUN RENCANA

    BAB 51: KI JAGABAYA MENYUSUN RENCANAGua Tersembunyi di Lereng GunungMalam itu, angin dingin berhembus melalui celah-celah gua tersembunyi di lereng gunung. Udara lembap bercampur dengan aroma tanah basah, sementara suara angin membawa bisikan-bisikan samar yang sulit dipahami. Di dalam gua kecil yang tersembunyi di balik semak belukar rapat, dua sosok bertemu dalam bayang-bayang gelap.Ki Jagabaya, pemimpin pasukan rahasia kerajaan, tampak tegang namun penuh percaya diri. Ia mengenakan jubah hitam panjang dengan bordir simbol matahari tenggelam di bagian dada—simbol rahasia dari kelompoknya. Wajahnya tertutup topeng perunggu yang memantulkan cahaya lilin kecil di dekatnya, memberikan kesan misterius sekaligus menakutkan.Di hadapannya berdiri Kyai Tundung Wesi, penyihir gelap yang dikirim oleh pasukan asing untuk

    Last Updated : 2025-02-19
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 52: ARYA KERTAJAYA MULAI CURIGA

    BAB 52: ARYA KERTAJAYA MULAI CURIGALorong Rahasia di Bawah IstanaMalam semakin larut, dan istana Gilingwesi tampak tenang dari luar. Namun, di bawah tanah, Arya Kertajaya bergerak diam-diam melalui lorong-lorong sempit yang jarang diketahui orang lain. Udara lembap dan dingin menyelimuti ruang bawah tanah ini, sementara cahaya lampu minyak kecil di tangannya memantulkan bayangan panjang di dinding batu kasar.Sebagai panglima perang kerajaan, Arya memiliki akses ke seluruh sudut istana, termasuk ruang-ruang rahasia yang biasanya hanya digunakan oleh para pemimpin tertinggi. Namun, malam ini ia tidak sedang menjalankan tugas resmi. Ia tengah mengikuti firasat buruk yang terus menghantuinya sejak beberapa hari terakhir—firasat tentang pengkhianatan yang mungkin sudah merasuki istana.

    Last Updated : 2025-02-19
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 53: RITUAL KORBAN DIMULAI

    BAB 53: RITUAL KORBAN DIMULAIPersiapan Ritual di Tengah KeteganganLangit pagi di Kerajaan Gilingwesi tampak kelabu, seolah menangkap suasana muram yang menyelimuti seluruh istana. Udara dingin berhembus lembut, membawa aroma dupa dan bunga melati yang tersebar di alun-alun utama. Penduduk desa berbondong-bondong menuju tempat ritual, wajah mereka penuh dengan campuran ketakutan, harapan, dan keraguan.Raka berdiri di tepi kerumunan, matanya memandang altar batu besar yang telah dipersiapkan untuk ritual. Altar itu dikelilingi oleh patung-patung kuno yang menggambarkan roh-roh pelindung kerajaan, termasuk Banaspati dan Naga Niskala. Udara di sekitar altar terasa lebih dingin daripada biasanya, seolah-olah dunia gaib sedang mengamati dengan penuh ketegangan.Dyah

    Last Updated : 2025-02-20
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 54: BANASPATI MARAH

    BAB 54: BANASPATI MARAHAdegan Pembuka: Api yang Tak TerkendaliMalam semakin larut, dan udara di Kerajaan Gilingwesi terasa semakin dingin. Namun, kegelapan malam itu tidak mampu menutupi cahaya api kecil yang mulai muncul di sekitar istana. Api-api tersebut bukan berasal dari lilin atau obor—mereka tiba-tiba menyala tanpa sumber yang jelas, membakar beberapa bangunan penting seperti gudang senjata, ruang arsip kuno, dan bahkan salah satu menara pengawas.Prajurit-prajurit kerajaan berlarian dengan panik, mencoba memadamkan api menggunakan air dari sungai suci. Namun, upaya mereka sia-sia. Api itu seolah memiliki kehidupan sendiri, menolak untuk padam meskipun disiram berkali-kali. Beberapa prajurit melihat

    Last Updated : 2025-02-20
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 55: RAKA MELAWAN TAKDIR

    BAB 55: RAKA MELAWAN TAKDIRKetegangan di IstanaMatahari mulai tenggelam, dan bayang-bayang panjang menutupi alun-alun istana. Udara dingin berhembus lembut, membawa aroma dupa dan bunga melati yang tersebar di sekitar altar batu besar. Api-api kecil yang ditinggalkan oleh Banaspati masih menyala di beberapa sudut istana, menciptakan suasana mencekam yang semakin tebal. Penduduk desa berkumpul di sekitar altar, wajah mereka penuh dengan campuran harapan dan ketakutan.Raka berdiri di tepi kerumunan, matanya memandang altar dengan penuh kemarahan. Ia tahu bahwa ritual korban ini adalah kesalahan besar—tapi bagaimana cara meyakinkan orang-orang yang sudah terlanjur percaya pada takhayul? Di sisi lain, Rakai Wisesa duduk di singgasana se

    Last Updated : 2025-02-20
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 56: RESI AGUNG DARMAJA MENGGUNGKAP AGENDA TERSEMBUNYI

    BAB 56: RESI AGUNG DARMAJA MENGGUNGKAP AGENDA TERSEMBUNYIKedatangan Resi Agung DarmajaMalam semakin larut, dan udara di istana terasa semakin dingin. Api-api kecil yang ditinggalkan oleh Banaspati masih menyala di beberapa sudut istana, menciptakan suasana mencekam yang semakin tebal. Penduduk desa mulai membubarkan diri setelah ritual korban Dyah Sulastri ditunda sementara karena kemarahan Banaspati.Raka berdiri di halaman utama istana, matanya memandang altar batu besar dengan penuh kemarahan. Ia merasakan sensasi aneh di tubuhnya—seolah-olah ada kekuatan gaib yang mencoba masuk ke dalam dirinya. Cermin perunggu yang ia bawa mulai bersinar redup, seolah memberikan peringatan.Tiba-tiba, langkah kaki pelan terdengar di belakangnya. Raka menoleh dan meli

    Last Updated : 2025-02-20
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 57: DYAH SULASTRI MEMBERONTAK

    BAB 57: DYAH SULASTRI MEMBERONTAKKeputusan yang BeraniMalam semakin larut, dan udara di istana terasa semakin dingin. Api-api kecil yang ditinggalkan oleh Banaspati masih menyala di beberapa sudut istana, menciptakan suasana mencekam yang semakin tebal. Penduduk desa mulai membubarkan diri setelah ritual korban Dyah Sulastri ditunda sementara karena kemarahan Banaspati.Dyah Sulastri berdiri di kamarnya, matanya penuh air mata. Ia tahu bahwa ritual ini adalah takdirnya—tapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa melanjutkannya. Hatinya dipenuhi oleh rasa takut, harapan, dan keberanian. Ia menatap bayangannya sendiri di cermin perunggu kuno yang diberikan Raka padanya sebagai hadiah simbolis."Aku tidak bisa melakukannya," gumam Dyah pelan, suaranya penuh keteg

    Last Updated : 2025-02-20
  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 58: ARYA KERTAJAYA MENYELAMATKAN MEREKA LAGI

    BAB 58: ARYA KERTAJAYA MENYELAMATKAN MEREKA LAGIAdegan Pembuka: Kejaran di HutanMalam semakin larut, dan udara di hutan terasa semakin dingin. Raka dan Dyah Sulastri berlari sekuat tenaga, napas mereka tersengal-sengal, sementara suara langkah kaki prajurit loyalis terdengar semakin dekat. Pohon-pohon tinggi yang menjulang di sekitar mereka menciptakan bayang-bayang gelap yang menyeramkan, dan angin malam membawa bisikan-bisikan gaib yang samar."Kita harus berhenti sebentar," kata Raka dengan suara bergetar, tangannya erat mencengkeram cermin perunggu. "Aku tidak tahu ke mana kita harus pergi."Dyah menggeleng pelan, matanya penuh ketakutan. "Tidak, Raka. Jika kita berhenti, mereka akan menangkap kita. Kita harus terus bergerak."

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 63: RITUAL PEMBEBASAN

    BAB 63: RITUAL PEMBEBASAN Persiapan Ritual di Hutan MistisMalam semakin larut, dan hutan mistis yang biasanya tenang kini dipenuhi dengan energi spiritual yang luar biasa. Udara dingin menyelimuti setiap sudut, sementara kabut tebal mulai merayap di antara pepohonan raksasa. Di tengah hutan, sebuah altar batu kuno telah disiapkan untuk ritual pembebasan Buto Ijo. Api unggun kecil berkedip-kedip di sekitar altar, memberikan cahaya lembut yang memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding pepohonan. Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya berdiri di sekitar altar, masing-masing dengan perasaan tegang dan penuh harap. Di belakang mereka, sosok besar Buto Ijo—masih dalam wujud makhluk mitologi—menatap altar dengan mata penuh kerinduan. Ia tampak seperti makhluk yang sudah lama menunggu momen ini.

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 62: KUTUKAN BUTO IJO

    BAB 62: KUTUKAN BUTO IJOPenemuan Rahasia Buto IjoMatahari mulai tenggelam, menyelimuti hutan mistis dengan cahaya jingga yang lembut. Udara semakin dingin, dan kabut tipis mulai merayap di antara pepohonan raksasa. Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya berdiri di depan sebuah altar batu kuno yang tersembunyi di dalam hutan. Di atas altar itu, ada relief tua yang menggambarkan seorang ksatria bersenjata lengkap dikelilingi oleh simbol-simbol dewa."Buto Ijo pernah menjadi manusia?" tanya Arya, suaranya penuh ketidakpercayaan saat ia menatap relief tersebut. "Aku selalu menganggapnya hanya makhluk mitologi."Dyah mengangguk pelan, matanya memindai relief dengan penuh konsentrasi. "Ini lebih dari sekada

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 61: SYARAT BUTO IJO

    BAB 61: SYARAT BUTO IJOPertemuan di Tepi Sungai SuciMatahari mulai terbit, menyinari hutan mistis dengan cahaya keemasan yang lembut. Udara pagi terasa dingin dan segar, namun ketegangan masih membayangi setiap langkah Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya saat mereka mendekati tepi sungai suci. Air sungai itu tampak jernih seperti kristal, memantulkan sinar matahari dengan kilauan aneh, seolah menyimpan rahasia besar di dalamnya."Apakah ini sungai yang dimaksud Buto Ijo?" tanya Arya pelan, matanya menyipit mencermati lingkungan sekitar.Dyah mengangguk, tangannya meraba permukaan air yang dingin. "Ya, aku bisa merasakan energi spiritual yang kuat di sini. Ini pasti tempatnya."Raka berdiri agak jauh dari sungai, matany

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 60: HUTAN MISTIS

    BAB 60: HUTAN MISTISAdegan Pembuka: Memasuki Hutan MistisMatahari mulai tenggelam di balik pegunungan, menyelimuti hutan mistis dengan cahaya oranye yang redup. Udara di sekitar terasa lebih dingin dan berat, seolah membawa beban misteri yang tak terucapkan. Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya melangkah hati-hati melewati pepohonan raksasa yang menjulang tinggi, cabang-cabangnya saling bertautan membentuk kanopi alami yang menutupi langit."Tempat ini... penuh dengan energi aneh," gumam Raka pelan, tangannya erat mencengkeram cermin perunggu kuno yang selalu ia bawa. Cermin itu mulai bersinar redup, seolah merespons kekuatan gaib di sekitarnya.Dyah mengangguk, matanya waspada. "Ini adalah wilayah makhluk gaib. Kita harus berhati-hati."

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 59: PENGKHIANATAN KI JAGABAYA TERUNGKAP

    BAB 59: PENGKHIANATAN KI JAGABAYA TERUNGKAPArya Menyelidiki Lebih DalamMatahari mulai terbit di balik pegunungan, menyelimuti hutan mistis dengan cahaya keemasan yang lembut. Namun, suasana di dalam kelompok Raka, Dyah Sulastri, dan Arya Kertajaya tetap tegang. Setelah berlari semalaman, mereka akhirnya mencapai tempat perlindungan rahasia yang ditunjukkan oleh peta Arya—sebuah gua kecil yang tersembunyi di antara tebing curam dan pepohonan rimbun.Raka duduk di sudut gua, tangannya erat mencengkeram cermin perunggu kuno. Matanya menatap api kecil yang mereka nyalakan untuk menghangatkan tubuh. "Aku merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi," gumamnya pelan.Dyah mendekatinya, wajahnya penuh kekhawatiran. "Apa maksudmu, Raka?"

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 58: ARYA KERTAJAYA MENYELAMATKAN MEREKA LAGI

    BAB 58: ARYA KERTAJAYA MENYELAMATKAN MEREKA LAGIAdegan Pembuka: Kejaran di HutanMalam semakin larut, dan udara di hutan terasa semakin dingin. Raka dan Dyah Sulastri berlari sekuat tenaga, napas mereka tersengal-sengal, sementara suara langkah kaki prajurit loyalis terdengar semakin dekat. Pohon-pohon tinggi yang menjulang di sekitar mereka menciptakan bayang-bayang gelap yang menyeramkan, dan angin malam membawa bisikan-bisikan gaib yang samar."Kita harus berhenti sebentar," kata Raka dengan suara bergetar, tangannya erat mencengkeram cermin perunggu. "Aku tidak tahu ke mana kita harus pergi."Dyah menggeleng pelan, matanya penuh ketakutan. "Tidak, Raka. Jika kita berhenti, mereka akan menangkap kita. Kita harus terus bergerak."

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 57: DYAH SULASTRI MEMBERONTAK

    BAB 57: DYAH SULASTRI MEMBERONTAKKeputusan yang BeraniMalam semakin larut, dan udara di istana terasa semakin dingin. Api-api kecil yang ditinggalkan oleh Banaspati masih menyala di beberapa sudut istana, menciptakan suasana mencekam yang semakin tebal. Penduduk desa mulai membubarkan diri setelah ritual korban Dyah Sulastri ditunda sementara karena kemarahan Banaspati.Dyah Sulastri berdiri di kamarnya, matanya penuh air mata. Ia tahu bahwa ritual ini adalah takdirnya—tapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa melanjutkannya. Hatinya dipenuhi oleh rasa takut, harapan, dan keberanian. Ia menatap bayangannya sendiri di cermin perunggu kuno yang diberikan Raka padanya sebagai hadiah simbolis."Aku tidak bisa melakukannya," gumam Dyah pelan, suaranya penuh keteg

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 56: RESI AGUNG DARMAJA MENGGUNGKAP AGENDA TERSEMBUNYI

    BAB 56: RESI AGUNG DARMAJA MENGGUNGKAP AGENDA TERSEMBUNYIKedatangan Resi Agung DarmajaMalam semakin larut, dan udara di istana terasa semakin dingin. Api-api kecil yang ditinggalkan oleh Banaspati masih menyala di beberapa sudut istana, menciptakan suasana mencekam yang semakin tebal. Penduduk desa mulai membubarkan diri setelah ritual korban Dyah Sulastri ditunda sementara karena kemarahan Banaspati.Raka berdiri di halaman utama istana, matanya memandang altar batu besar dengan penuh kemarahan. Ia merasakan sensasi aneh di tubuhnya—seolah-olah ada kekuatan gaib yang mencoba masuk ke dalam dirinya. Cermin perunggu yang ia bawa mulai bersinar redup, seolah memberikan peringatan.Tiba-tiba, langkah kaki pelan terdengar di belakangnya. Raka menoleh dan meli

  • Cermin Kala: Perjalanan Takdir   BAB 55: RAKA MELAWAN TAKDIR

    BAB 55: RAKA MELAWAN TAKDIRKetegangan di IstanaMatahari mulai tenggelam, dan bayang-bayang panjang menutupi alun-alun istana. Udara dingin berhembus lembut, membawa aroma dupa dan bunga melati yang tersebar di sekitar altar batu besar. Api-api kecil yang ditinggalkan oleh Banaspati masih menyala di beberapa sudut istana, menciptakan suasana mencekam yang semakin tebal. Penduduk desa berkumpul di sekitar altar, wajah mereka penuh dengan campuran harapan dan ketakutan.Raka berdiri di tepi kerumunan, matanya memandang altar dengan penuh kemarahan. Ia tahu bahwa ritual korban ini adalah kesalahan besar—tapi bagaimana cara meyakinkan orang-orang yang sudah terlanjur percaya pada takhayul? Di sisi lain, Rakai Wisesa duduk di singgasana se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status