Semua Bab Gairah di Balik Tirai Kehidupan: Bab 111 - Bab 120

148 Bab

Bab 111

Adrian menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Itu absurd.""Begitulah gosip kantor," Alena tersenyum kecut. "Tidak perlu fakta untuk berkembang."Adrian terdiam sejenak, memikirkan situasi yang mereka hadapi. Ia merasa bersalah. Sangat bersalah. Selama ini ia hanya fokus pada masalahnya sendiri, tanpa benar-benar mempertimbangkan dampak keterlibatan Alena bagi wanita itu."Aku tidak ingin kau terjebak dalam semua ini, Alena," kata Adrian akhirnya, meski ia sendiri menyadari betapa lemahnya kalimat itu terdengar.Alena menatapnya lama, seolah mencari sesuatu di wajahnya. "Tapi kenyataannya, aku sudah terjebak, bukan?""Mungkin sebaiknya kita... mengurangi interaksi kita untuk sementara waktu?" Adrian menyarankan, meskipun ia tidak yakin dengan solusi ini. "Sampai rumor ini mereda.""Apa itu akan membantu?" tanya Alena. "Atau justru akan semakin menguatkan dugaan orang-orang bahwa memang ada sesuatu yang kita sembunyikan?"Adrian tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Bab 112: Ketika Gosip Menjadi Racun

Pagi itu, Alena merasakan tatapan yang berbeda saat melangkah memasuki kantor. Bukan tatapan kagum atau sekadar sapaan biasa, melainkan tatapan penuh spekulasi yang membuat tengkuknya meremang. Sudah hampir dua minggu sejak pertemuan terakhirnya dengan Adrian di kafe dekat kantor, dan entah bagaimana, gosip tentang kedekatan mereka telah bermetamorfosa menjadi sesuatu yang jauh lebih gelap."Pagi, Alena," sapa Nina, rekan satu timnya, dengan nada yang terdengar biasa namun matanya menyiratkan keingintahuan yang tidak biasa. "Presentasimu minggu lalu benar-benar mengesankan. Adrian terlihat sangat puas."Alena tersenyum tipis. "Terima kasih. Tim kita bekerja keras untuk itu.""Ya, tim," balas Nina singkat sambil berlalu, meninggalkan Alena dengan perasaan tidak nyaman.Menghela napas, Alena meletakkan tasnya dan menyalakan komputer. Notifikasi email berdenting, dan sebagian besar adalah ucapan selamat atas proyek besar yang baru saja dimenangkan oleh tim mereka. Seharusnya ini adalah m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 113

Malam itu, di apartemennya yang sunyi, Alena menatap kosong ke langit-langit. Ponselnya berdering menampilkan nama Adrian. Setelah keraguan singkat, ia mengangkatnya."Alena, tentang presentasi besok," suara Adrian terdengar profesional seperti biasa. "Aku ingin kau mengambil alih bagian proyeksi finansial."Alena merasakan jantungnya berdegup kencang. Proyeksi finansial adalah bagian paling krusial dalam presentasi untuk klien potensial terbesar mereka tahun ini. Sebuah kepercayaan besar yang di masa lalu akan ia sambut dengan antusias."Adrian, aku... aku tidak yakin itu ide yang baik."Keheningan singkat. "Mengapa? Kau yang paling memahami angka-angka itu.""Kau tahu mengapa," Alena menarik napas dalam. "Orang-orang... mereka mulai bicara. Tentang kita. Tentang alasan di balik promosiku."Kali ini keheningan lebih panjang. "Dan kau membiarkan gosip itu memengaruhi keputusan profesionalmu?"Pertanyaan itu menghantam Alena dengan keras. Benarkah ia membiarkan dirinya didikte oleh spe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 114

Menghadiri pesta kantor terasa seperti berjalan ke medan perang bagi Alena. Namun dengan dorongan dari Diana, ia memutuskan untuk hadir dengan kepala tegak. Mengenakan gaun hitam sederhana namun elegan, ia melangkah masuk ke ruangan dengan kepercayaan diri yang telah ia perjuangkan kembali.Beberapa mata langsung tertuju padanya, diikuti dengan bisikan-bisikan yang tidak berusaha disembunyikan. Tapi Alena memilih untuk mengabaikannya dan berjalan menuju meja minuman."Alena," suara Claudia terdengar di belakangnya, penuh dengan kegembiaraan palsu. "Aku tidak menyangka kau akan datang malam ini."Alena berbalik, menatap langsung ke mata wanita yang telah menyebarkan racun tentangnya. "Mengapa tidak? Ini adalah pesta untuk tim, dan aku adalah bagian dari tim."Claudia tersenyum tipis. "Tentu saja. Dan Adrian? Apakah dia juga akan datang?"Pertanyaan itu jelas dimaksudkan untuk memancing reaksi, untuk membuat Alena terlihat defensif atau gugup. Namun alih-alih terpancing, Alena memilih u
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 115: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

Alena baru saja melangkah memasuki apartemen ketika dilihatnya sosok Reno duduk di sofa ruang tamu. Lampu redup menimbulkan bayangan pada wajahnya, memberikan kesan yang lebih dalam pada kegelisahan yang terpancar dari matanya. Tidak seperti biasanya, tidak ada pelukan hangat yang menyambutnya, tidak ada kecupan ringan di pipi, tidak ada pertanyaan tentang bagaimana harinya berlalu. Hanya keheningan yang menggantung berat di udara."Kau sudah pulang," kata Alena, berusaha terdengar seperti biasa sambil melepaskan sepatu dan meletakkan tasnya. "Aku tidak menyangka kau sudah di rumah."Reno tidak langsung menjawab. Tangannya menggenggam sesuatu yang membuat jantung Alena berdegup lebih kencang—ponsel miliknya. Alena ingat bahwa tadi pagi ia meninggalkan ponselnya di meja dapur saat terburu-buru berangkat kerja."Kau lupa mengunci ponselmu," ujar Reno akhirnya, suaranya datar namun mengandung getar yang sulit disembunyikan. "Dan ada notifikasi. Dari Adrian."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 116: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

"Kau yakin itu hanya satu arah?" tanya Reno, suaranya sedikit melembut. "Kau yakin Adrian tidak... merasakan sesuatu yang lebih?"Pertanyaan itu membuat Alena berhenti sejenak. Ia memang pernah bertanya-tanya tentang perasaan Adrian, tentang tatapan yang terkadang bertahan terlalu lama, tentang sentuhan ringan di bahu yang terasa sedikit berbeda. Tapi ia selalu memilih untuk tidak menganalisisnya terlalu dalam, fokus pada aspek profesional hubungan mereka."Aku tidak bisa berbicara untuk Adrian," jawab Alena jujur. "Tapi apa pun yang mungkin ia rasakan, aku telah menetapkan batasan yang jelas. Dan aku yakin ia menghormati itu."Reno menghela napas panjang, menarik tangannya perlahan. "Kau tahu apa yang membuatku takut, Alena? Bukan fakta bahwa kau bekerja dekat dengan pria lain. Bukan pesan-pesan itu sendiri. Tapi perubahan dalam dirimu.""Perubahan apa?" tanya Alena, mengerutkan kening."Kau berbeda sejak proyek Eastwood dimulai. Kau lebih... hidu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 117: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

"Kita selalu dan akan selalu seperti itu," tegas Alena, mengecup bibir Reno lembut. "Tidak ada kesuksesan yang akan berarti jika aku tidak bisa membaginya denganmu."Saat mereka bersiap untuk berangkat kerja, ponsel Alena berdering. Nama Adrian muncul di layar, membuat keduanya membeku sesaat. Alena menatap Reno, yang mengangguk pelan, memberikan izin."Halo, Adrian," jawab Alena, berusaha terdengar profesional meskipun jantungnya berdegup kencang. "Ya, aku baru saja akan berangkat... Rapat pagi? Baiklah, aku akan sampai tepat waktu... Tidak, aku akan mengajukan ide itu dalam pertemuan tim terlebih dahulu... Tentu, sampai jumpa di kantor."Setelah menutup telepon, Alena menatap Reno, yang masih memperhatikannya dengan seksama. "Tentang persiapan presentasi," jelasnya.Reno mengangguk, meskipun masih ada sedikit ketegangan di matanya. "Pastikan kau tidak lupa untuk pulang tepat waktu hari ini. Aku sudah membuat reservasi untuk makan malam.""Makan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 118: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

Alena memijat pelipisnya yang berdenyut. Di hadapannya, Reno berdiri dengan wajah memerah dan napas memburu. Ruang tamu apartemen mereka yang biasanya terasa nyaman kini dipenuhi ketegangan yang mencekik. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam, dan perdebatan ini sudah berlangsung hampir dua jam tanpa titik temu."Reno, kumohon," Alena berusaha menjaga suaranya agar tetap tenang meski gemetar. "Aku sudah menjelaskan berkali-kali. Adrian adalah rekan kerjaku, kami sedang menangani proyek penting yang membutuhkan koordinasi intensif.""Koordinasi intensif?" Reno mendengus, melipat tangannya di dada. "Apakah 'koordinasi intensif' itu termasuk makan siang berdua di kafe seberang kantor? Atau tertawa-tawa di lobi hingga kamu lupa waktu pulang?"Alena menutup matanya sejenak. Bagaimana menjelaskan situasi yang sebenarnya tanpa memperburuk keadaan? Adrian memang partner kerjanya dalam proyek besar revitalisasi kawasan bisnis yang ditangani firma arsitektur tempat mereka bekerja. Sebagai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 119: Mengapa Terasa Begitu Nyata

"Apa maksudmu?""Kamu mungkin belum menyadarinya, atau mungkin kamu menyangkalnya. Tapi ada sesuatu yang tumbuh antara kamu dan Adrian, Alena. Dan aku bisa melihatnya dengan jelas meski kamu sendiri mungkin belum mengakuinya."Alena hendak membantah, tapi kata-kata tersendat di tenggorokannya. Benarkah ada sesuatu yang luput dari perhatiannya? Ia mengakui bahwa bekerja dengan Adrian terasa menyenangkan. Mereka memiliki visi yang serupa, dan diskusi-diskusi panjang mereka selalu menginspirasi. Tapi bukankah itu wajar dalam hubungan profesional?"Kamu salah, Reno. Aku tahu persis apa yang kurasakan.""Benarkah?" tantang Reno. "Kalau begitu, jawab dengan jujur. Apakah kamu pernah, bahkan sekali saja, membayangkan bagaimana rasanya jika Adrian lebih dari sekadar rekan kerja?"Pertanyaan itu mengejutkan Alena. Ia ingin segera menjawab "tidak", tapi sesuatu menahannya. Bayangan-bayangan kecil berkelebat dalam benaknya: senyum Adrian ketika ide mereka bertemu, sentuhan singkat di bahu saat i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 120: Pengakuan yang Tertahan

Seminggu telah berlalu sejak malam pertengkaran hebat itu. Tujuh hari yang terasa seperti keabadian bagi Alena. Reno memang kembali ke apartemen mereka untuk mengambil beberapa pakaian dan barang pribadi, namun interaksi mereka kaku dan dingin. Hanya kata-kata seperlunya yang terucap, tanpa sentuhan atau tatapan hangat yang biasa mereka bagi.Hari ini, Reno mengirim pesan singkat: "Aku akan ke apartemen sore ini. Kita perlu bicara." Hanya itu. Tanpa emotikon, tanpa kata sayang yang biasa menghiasi pesan-pesan mereka sebelumnya. Alena merasakan jantungnya berdebar kencang. Pembicaraan serius yang tak terhindarkan akhirnya tiba.Sejak pagi, Alena sulit berkonsentrasi pada pekerjaannya. Bahkan ketika Adrian menunjukkan revisi desain yang telah ia buat semalaman, Alena hanya menanggapi dengan anggukan singkat dan komentar seadanya."Kau baik-baik saja?" tanya Adrian, keningnya berkerut khawatir. "Kau tampak tidak fokus hari ini."Alena memaksakan senyum tipis. "Hanya kurang tidur. Proyek
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status