Accueil / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 115: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

Share

Bab 115: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

Auteur: perdy
last update Dernière mise à jour: 2025-04-05 22:00:07

Alena baru saja melangkah memasuki apartemen ketika dilihatnya sosok Reno duduk di sofa ruang tamu. Lampu redup menimbulkan bayangan pada wajahnya, memberikan kesan yang lebih dalam pada kegelisahan yang terpancar dari matanya. Tidak seperti biasanya, tidak ada pelukan hangat yang menyambutnya, tidak ada kecupan ringan di pipi, tidak ada pertanyaan tentang bagaimana harinya berlalu. Hanya keheningan yang menggantung berat di udara.

"Kau sudah pulang," kata Alena, berusaha terdengar seperti biasa sambil melepaskan sepatu dan meletakkan tasnya. "Aku tidak menyangka kau sudah di rumah."

Reno tidak langsung menjawab. Tangannya menggenggam sesuatu yang membuat jantung Alena berdegup lebih kencang—ponsel miliknya. Alena ingat bahwa tadi pagi ia meninggalkan ponselnya di meja dapur saat terburu-buru berangkat kerja.

"Kau lupa mengunci ponselmu," ujar Reno akhirnya, suaranya datar namun mengandung getar yang sulit disembunyikan. "Dan ada notifikasi. Dari Adrian."<

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Related chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 116: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

    "Kau yakin itu hanya satu arah?" tanya Reno, suaranya sedikit melembut. "Kau yakin Adrian tidak... merasakan sesuatu yang lebih?"Pertanyaan itu membuat Alena berhenti sejenak. Ia memang pernah bertanya-tanya tentang perasaan Adrian, tentang tatapan yang terkadang bertahan terlalu lama, tentang sentuhan ringan di bahu yang terasa sedikit berbeda. Tapi ia selalu memilih untuk tidak menganalisisnya terlalu dalam, fokus pada aspek profesional hubungan mereka."Aku tidak bisa berbicara untuk Adrian," jawab Alena jujur. "Tapi apa pun yang mungkin ia rasakan, aku telah menetapkan batasan yang jelas. Dan aku yakin ia menghormati itu."Reno menghela napas panjang, menarik tangannya perlahan. "Kau tahu apa yang membuatku takut, Alena? Bukan fakta bahwa kau bekerja dekat dengan pria lain. Bukan pesan-pesan itu sendiri. Tapi perubahan dalam dirimu.""Perubahan apa?" tanya Alena, mengerutkan kening."Kau berbeda sejak proyek Eastwood dimulai. Kau lebih... hidu

    Dernière mise à jour : 2025-04-05
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 117: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

    "Kita selalu dan akan selalu seperti itu," tegas Alena, mengecup bibir Reno lembut. "Tidak ada kesuksesan yang akan berarti jika aku tidak bisa membaginya denganmu."Saat mereka bersiap untuk berangkat kerja, ponsel Alena berdering. Nama Adrian muncul di layar, membuat keduanya membeku sesaat. Alena menatap Reno, yang mengangguk pelan, memberikan izin."Halo, Adrian," jawab Alena, berusaha terdengar profesional meskipun jantungnya berdegup kencang. "Ya, aku baru saja akan berangkat... Rapat pagi? Baiklah, aku akan sampai tepat waktu... Tidak, aku akan mengajukan ide itu dalam pertemuan tim terlebih dahulu... Tentu, sampai jumpa di kantor."Setelah menutup telepon, Alena menatap Reno, yang masih memperhatikannya dengan seksama. "Tentang persiapan presentasi," jelasnya.Reno mengangguk, meskipun masih ada sedikit ketegangan di matanya. "Pastikan kau tidak lupa untuk pulang tepat waktu hari ini. Aku sudah membuat reservasi untuk makan malam.""Makan m

    Dernière mise à jour : 2025-04-05
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 118: Ketika Kepercayaan Mulai Retak

    Alena memijat pelipisnya yang berdenyut. Di hadapannya, Reno berdiri dengan wajah memerah dan napas memburu. Ruang tamu apartemen mereka yang biasanya terasa nyaman kini dipenuhi ketegangan yang mencekik. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam, dan perdebatan ini sudah berlangsung hampir dua jam tanpa titik temu."Reno, kumohon," Alena berusaha menjaga suaranya agar tetap tenang meski gemetar. "Aku sudah menjelaskan berkali-kali. Adrian adalah rekan kerjaku, kami sedang menangani proyek penting yang membutuhkan koordinasi intensif.""Koordinasi intensif?" Reno mendengus, melipat tangannya di dada. "Apakah 'koordinasi intensif' itu termasuk makan siang berdua di kafe seberang kantor? Atau tertawa-tawa di lobi hingga kamu lupa waktu pulang?"Alena menutup matanya sejenak. Bagaimana menjelaskan situasi yang sebenarnya tanpa memperburuk keadaan? Adrian memang partner kerjanya dalam proyek besar revitalisasi kawasan bisnis yang ditangani firma arsitektur tempat mereka bekerja. Sebagai

    Dernière mise à jour : 2025-04-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 119: Mengapa Terasa Begitu Nyata

    "Apa maksudmu?""Kamu mungkin belum menyadarinya, atau mungkin kamu menyangkalnya. Tapi ada sesuatu yang tumbuh antara kamu dan Adrian, Alena. Dan aku bisa melihatnya dengan jelas meski kamu sendiri mungkin belum mengakuinya."Alena hendak membantah, tapi kata-kata tersendat di tenggorokannya. Benarkah ada sesuatu yang luput dari perhatiannya? Ia mengakui bahwa bekerja dengan Adrian terasa menyenangkan. Mereka memiliki visi yang serupa, dan diskusi-diskusi panjang mereka selalu menginspirasi. Tapi bukankah itu wajar dalam hubungan profesional?"Kamu salah, Reno. Aku tahu persis apa yang kurasakan.""Benarkah?" tantang Reno. "Kalau begitu, jawab dengan jujur. Apakah kamu pernah, bahkan sekali saja, membayangkan bagaimana rasanya jika Adrian lebih dari sekadar rekan kerja?"Pertanyaan itu mengejutkan Alena. Ia ingin segera menjawab "tidak", tapi sesuatu menahannya. Bayangan-bayangan kecil berkelebat dalam benaknya: senyum Adrian ketika ide mereka bertemu, sentuhan singkat di bahu saat i

    Dernière mise à jour : 2025-04-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 120: Pengakuan yang Tertahan

    Seminggu telah berlalu sejak malam pertengkaran hebat itu. Tujuh hari yang terasa seperti keabadian bagi Alena. Reno memang kembali ke apartemen mereka untuk mengambil beberapa pakaian dan barang pribadi, namun interaksi mereka kaku dan dingin. Hanya kata-kata seperlunya yang terucap, tanpa sentuhan atau tatapan hangat yang biasa mereka bagi.Hari ini, Reno mengirim pesan singkat: "Aku akan ke apartemen sore ini. Kita perlu bicara." Hanya itu. Tanpa emotikon, tanpa kata sayang yang biasa menghiasi pesan-pesan mereka sebelumnya. Alena merasakan jantungnya berdebar kencang. Pembicaraan serius yang tak terhindarkan akhirnya tiba.Sejak pagi, Alena sulit berkonsentrasi pada pekerjaannya. Bahkan ketika Adrian menunjukkan revisi desain yang telah ia buat semalaman, Alena hanya menanggapi dengan anggukan singkat dan komentar seadanya."Kau baik-baik saja?" tanya Adrian, keningnya berkerut khawatir. "Kau tampak tidak fokus hari ini."Alena memaksakan senyum tipis. "Hanya kurang tidur. Proyek

    Dernière mise à jour : 2025-04-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 121: Berapa lama

    Pengakuan itu seperti sebilah pisau yang mengiris hati Alena. "Reno...""Tidak, biarkan aku selesai," Reno mengangkat tangannya. "Aku ingin kau tahu bahwa aku benar-benar serius dengan hubungan ini, Alena. Mungkin aku tidak selalu menunjukkannya dengan cara yang kau inginkan, tapi aku telah memberikan seluruh hatiku padamu."Alena terisak pelan. Rasa bersalah yang telah ia rasakan selama berminggu-minggu kini meledak menjadi kesedihan yang dalam. Ia telah menyakiti orang yang paling tulus mencintainya, dan untuk apa? Untuk ketertarikan yang mungkin hanya bersifat sementara?"Tidakkah kau pikir ada sesuatu yang hilang dalam hubungan kita?" tanya Alena setelah berhasil menenangkan diri. "Mungkin... mungkin alasan aku mulai merasakan sesuatu terhadap Adrian adalah karena ada kekosongan dalam hubungan kita yang tidak kita sadari?"Reno menatap Alena dengan tatapan yang sulit ditafsirkan. "Itu adalah alasan klasik yang digunakan orang-orang untuk membenarkan k

    Dernière mise à jour : 2025-04-07
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 122: Dinding-Dinding yang Runtuh

    Hujan deras masih mengguyur Jakarta di malam yang kelam. Alena menatap keluar jendela apartemennya, merasakan tetesan air yang mengalir di kaca seperti mencerminkan air matanya sendiri. Sudah seminggu berlalu sejak pertemuan terakhir mereka, ketika Reno memutuskan untuk mengambil jarak dan waktu. Namun, hari ini Reno menghubunginya, mengatakan bahwa ia ingin datang untuk mengambil beberapa barangnya yang masih tertinggal.Alena tidak menyangka bahwa "mengambil barang" ternyata menjadi alasan untuk melanjutkan konfrontasi yang belum terselesaikan. Reno tiba dengan wajah lelah namun tatapan yang tajam. Alena bisa melihat bahwa minggu terpisah tidak melunakkan kemarahan dan kekecewaan pria itu—mungkin justru memperparahnya."Kopi?" tawar Alena canggung, mencoba mencairkan suasana."Tidak perlu," Reno menjawab pendek. "Aku hanya akan mengambil barangku dan pergi."Alena mengangguk, mundur untuk memberi ruang bagi Reno yang mulai mengumpulkan buku-bukuny

    Dernière mise à jour : 2025-04-07
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 123: Pengakuan yang Melunakkan

    "Kamu bisa mulai dengan berhenti bekerja dengan Adrian," jawab Reno tanpa ragu.Alena menutup matanya sejenak, menahan rasa frustasi yang membuncah. "Kita sudah membahas ini. Aku tidak bisa meninggalkan proyek di tengah jalan. Ini akan merusak kredibilitasku sebagai profesional. Lagipula, proyek ini tinggal tiga bulan lagi selesai.""Tiga bulan," ulang Reno. "Tiga bulan lagi kamu akan menghabiskan waktu yang intensif dengannya, sementara hubungan kita tergantung di udara kosong.""Tidak harus seperti itu," bantah Alena. "Kita bisa bekerja memperbaiki hubungan kita sambil aku menyelesaikan proyek ini. Aku berjanji akan lebih terbuka, lebih komunikatif. Kamu bahkan bisa datang ke kantor kapan saja untuk melihat sendiri bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Reno memandang Alena dengan tatapan tak percaya. "Kamu benar-benar tidak mengerti, ya? Ini bukan hanya tentang apakah kamu sudah berselingkuh secara fisik atau belum. Ini tentang kesetiaanmu, priorit

    Dernière mise à jour : 2025-04-07

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 148: konfrontasi dan manipulasi

    Cahaya senja menerobos masuk melalui jendela apartemen Reno, menciptakan bayangan panjang yang seolah menegaskan keheningan mencekam antara dua orang yang kini duduk berhadapan. Reno dengan tatapan tajamnya, dan Alena dengan wajah yang diliputi kecemasan."Apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Adrian?" tanya Reno akhirnya, nada suaranya tajam memecah keheningan.Alena tersentak, meskipun ia sudah mempersiapkan diri untuk pertanyaan ini. Di sudut hatinya, ia tahu cepat atau lambat Reno akan mengonfrontasinya secara langsung. Namun, kenyataannya tetap terasa berat."Reno, ini bukan seperti yang kamu pikirkan," jawabnya dengan suara bergetar, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang.Reno mendengus, tergelak pahit. "Kamu selalu menghindar, Alena! Selalu ada saja alasan, selalu ada saja penjelasan yang kabur." Ia bangkit dari kursinya, berjalan mondar-mandir di ruangan dengan frustrasi yang tak bisa disembunyikan. "Aku mulai merasa bahwa kamu lebih memilih dia daripad

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 147: Aku tidak mengerti

    Sophia merapikan blazernya dengan gerakan anggun sembari melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Dari balik jendela kantornya di lantai 35, Jakarta terlihat seperti miniatur kota yang dihiasi lampu-lampu gemerlap. Senyum tipis tersungging di bibirnya ketika ponselnya bergetar—pesan dari Reno yang mengkonfirmasi pertemuan mereka sore ini.Sempurna, pikirnya. Semuanya berjalan sesuai rencana. Masalah antara Reno dan Alena adalah peluang emas yang tak boleh ia sia-siakan.Sophia telah mengincar posisi direktur pemasaran yang kini dipegang Alena selama bertahun-tahun. Persaingan ketat di antara mereka bukanlah rahasia bagi siapapun di kantor. Namun, bagi Sophia, ini lebih dari sekadar ambisi profesional—ini tentang pembuktian diri. Selalu berada di bayang-bayang kesuksesan Alena telah menjadi duri yang menggores hatinya setiap hari."Kau terlalu terobsesi," begitu Adrian pernah memperingatkannya. "Fokus saja pada pekerjaanmu sendiri."Ironisnya, justru Adrian yan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 146: Rahasia yang Terkuak

    Reno menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Di depan matanya, sebuah email yang tak seharusnya ia baca terpampang jelas—sebuah pertukaran pesan antara Alena dan Adrian. Jemarinya bergetar saat ia mengusap wajahnya yang lelah. Sudah berminggu-minggu ia merasakan ada yang tidak beres, dan kini bukti itu terpampang di hadapannya."Aku rindu padamu. Kapan kita bisa bertemu lagi tanpa harus khawatir?" tulis Adrian dalam email tersebut.Balasan Alena tak kalah menyakitkan: "Aku juga. Ini sulit, tapi aku harus berhati-hati. Reno mulai mencurigai sesuatu."Reno menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tidak karuan. Ia tidak pernah membayangkan akan melakukan hal seperti ini—mengakses email kekasihnya secara diam-diam. Tetapi keputusasaan telah mendorongnya ke titik ini.Hubungan mereka yang dulunya penuh kehangatan kini berubah menjadi lautan ketegangan yang tidak terucapkan. Setiap pesan yang tidak dibalas, setiap panggilan yang tidak dijawab, semuanya ha

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 145: Permainan Sophia

    Sementara itu, Sophia—wanita ambisius yang bekerja di perusahaan Adrian—mulai melihat adanya celah untuk memanfaatkan situasi. Ia sudah lama merasa bahwa Adrian memiliki perhatian lebih kepada Alena, dan kini ia melihat peluang untuk menyingkirkan Alena dari persaingan. Sophia mulai mendekati Reno, berpura-pura menjadi teman yang peduli dan menawarkan informasi yang bisa memicu keraguan lebih lanjut. Sophia tahu bahwa jika ia bisa memecah hubungan antara Alena dan Adrian, ia bisa mengambil alih posisi Alena di perusahaan dan mendapatkan perhatian Adrian.Sophia Greene mematut dirinya di cermin toilet kantor, memastikan tidak ada sedikit pun lipstik merah marunnya yang luntur. Sempurna, seperti biasa. Ia merapikan blazer hitamnya yang sudah disetrika rapi dan menarik napas dalam-dalam."Hari ini harus berhasil," bisiknya pada bayangan di cermin.Sudah tiga tahun Sophia bekerja di divisi pemasaran perusahaan Adrian. Tiga tahun pula ia berusaha mendapatkan perhatian lebih dari Adrian McK

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 144: Titik Kecurigaan

    Reno mulai merasa ada yang tidak beres. Alena, yang dulu sangat terbuka, kini tampak lebih tertutup dan sering kali menghindar darinya. Perubahan sikap ini memunculkan kecurigaan yang semakin besar. Satu malam, Reno memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam, mencari tahu apakah ada yang sedang disembunyikan oleh Alena. Dengan hati-hati, ia mulai mengumpulkan informasi dari rekan-rekan kerja Alena dan juga menyelidiki riwayat pekerjaan Alena di perusahaan Adrian. Meskipun ia belum menemukan bukti yang jelas, perasaan curiganya semakin berkembang.Hujan pertama di bulan Oktober mengguyur Jakarta malam itu. Reno duduk sendirian di balkon apartemennya, menatap lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Segelas kopi yang mulai mendingin tergeletak di meja, tepat di samping ponselnya yang berulang kali ia periksa, berharap ada pesan dari Alena.Sudah hampir dua minggu sejak terakhir kali mereka berbicara dengan benar-benar terbuka. Alena selalu memiliki alasan—terlalu sibuk, terlalu lelah,

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 143: Batas Tipis

    Suatu malam, ketika Alena sedang bekerja lembur, Adrian datang ke kantornya untuk mengecek beberapa laporan. Tanpa disangka, Adrian duduk di meja Alena dan mulai berbicara dengan cara yang sangat pribadi, jauh dari kesan dingin yang biasanya ia tunjukkan."Kamu tidak harus melakukan semua ini sendiri, Alena," kata Adrian dengan lembut. "Aku tahu, kadang-kadang pekerjaan ini bisa sangat membebani. Tapi kamu tidak sendirian."Kata-kata Adrian membuat Alena merasa begitu dihargai. Namun, dalam hatinya, ia merasa semakin terikat padanya. "Mungkin aku hanya ingin dia merasa diterima," pikir Alena, namun ia tahu bahwa perasaan ini telah melampaui sekadar simpati.Saat Alena melangkah pulang malam itu, perasaan yang ada dalam dirinya semakin sulit dipahami. Ia terjebak antara simpati, rasa ingin melindungi, dan keterikatan yang semakin mendalam. Ia menyadari bahwa semakin banyak waktu yang ia habiskan bersama Adrian, semakin sulit bagi dirinya untuk menjaga jarak. Perasaan itu mulai berkemban

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 142

    Dalam sebuah pertemuan bisnis, Adrian memberikan perhatian yang lebih pribadi pada Alena. Ia memastikan untuk memberi pengakuan atas kerja kerasnya, dan meskipun tidak mengungkapkan perasaan secara langsung, Alena merasa ada kehangatan dalam sikap Adrian. Ia sering kali merasakan perhatian yang lebih dari sekadar profesionalisme, dan itu membuatnya semakin terikat. "Apakah ini hanya perasaan simpati?" Alena bertanya pada dirinya sendiri. "Atau ada sesuatu yang lebih dalam?" Ia mulai merasa bingung tentang perasaannya yang berkembang lebih jauh dari sekadar rasa kasihan atau simpati.Ruang rapat di lantai 15 gedung Elysium Corp itu dipenuhi dengan eksekutif dari berbagai divisi. Suasana formal terasa kental dengan presentasi dan laporan yang silih berganti dipaparkan. Di tengah atmosfer profesional ini, Alena duduk di samping Adrian, sadar akan kehadirannya yang terasa begitu dekat."Selanjutnya, Ibu Alena akan mempresentasikan laporan keuangan kuartal ini," kata Direktur Utama, member

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 141

    Alena merasa bahwa simpati yang tumbuh dalam dirinya mulai membuatnya semakin terikat pada Adrian. Setiap kali ia melihatnya, hatinya berdebar. Meskipun ia berusaha keras untuk tetap menjaga batas-batas profesional, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kedekatan mereka semakin kuat. Adrian, meskipun masih menjaga jarak emosionalnya, mulai lebih sering mendekati Alena, baik di kantor maupun dalam pertemuan pribadi. Setiap kali mereka berinteraksi, Alena merasakan semacam koneksi yang lebih dari sekadar hubungan atasan dan bawahan.Minggu-minggu berlalu sejak pembicaraan mereka di taman belakang kantor. Musim semi mulai berganti dengan kehangatan musim panas yang menyenangkan. Dedaunan hijau menaungi jalanan kota, menciptakan bayangan yang menyejukkan di tengah teriknya matahari. Alena mengamati perubahan ini dari balik jendela ruang kerjanya, seraya merenungkan perubahan dalam hidupnya sendiri."Sedang melamun?" Suara Adrian membuyarkan lamunannya.Alena berbalik, mendapati Adrian

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 140

    Beberapa hari setelah percakapan mereka, Alena merasa gelisah. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak terus memikirkan Adrian. Tentu saja, dia merasa kasihan pada Adrian, tetapi sekarang ada sesuatu yang lebih—sesuatu yang membuatnya merasa ingin melindungi pria itu, meskipun ia tahu bahwa hal itu bisa membawanya ke dalam hubungan yang rumit. Ia bahkan merasa cemas setiap kali Adrian datang untuk bekerja, khawatir akan perasaan yang semakin mendalam ini. "Apa aku bisa terus bekerja dengannya seperti ini?" tanyanya pada dirinya sendiri.Pagi itu, Alena sengaja datang lebih awal ke kantor. Ia berharap bisa menenangkan pikirannya sebelum bertemu Adrian. Kantor yang sunyi memberikannya kesempatan untuk berpikir jernih. Alena duduk di kursinya, menatap tumpukan dokumen yang belum selesai, tapi pikirannya melayang jauh.Sejak Adrian menceritakan tentang masa lalunya, ada sesuatu yang berubah dalam diri Alena. Bukan hanya rasa simpati, tapi juga kekaguman atas ketangguhan pria itu. Adrian te

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status