Semua Bab Gairah di Balik Tirai Kehidupan: Bab 121 - Bab 130

148 Bab

Bab 121: Berapa lama

Pengakuan itu seperti sebilah pisau yang mengiris hati Alena. "Reno...""Tidak, biarkan aku selesai," Reno mengangkat tangannya. "Aku ingin kau tahu bahwa aku benar-benar serius dengan hubungan ini, Alena. Mungkin aku tidak selalu menunjukkannya dengan cara yang kau inginkan, tapi aku telah memberikan seluruh hatiku padamu."Alena terisak pelan. Rasa bersalah yang telah ia rasakan selama berminggu-minggu kini meledak menjadi kesedihan yang dalam. Ia telah menyakiti orang yang paling tulus mencintainya, dan untuk apa? Untuk ketertarikan yang mungkin hanya bersifat sementara?"Tidakkah kau pikir ada sesuatu yang hilang dalam hubungan kita?" tanya Alena setelah berhasil menenangkan diri. "Mungkin... mungkin alasan aku mulai merasakan sesuatu terhadap Adrian adalah karena ada kekosongan dalam hubungan kita yang tidak kita sadari?"Reno menatap Alena dengan tatapan yang sulit ditafsirkan. "Itu adalah alasan klasik yang digunakan orang-orang untuk membenarkan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 122: Dinding-Dinding yang Runtuh

Hujan deras masih mengguyur Jakarta di malam yang kelam. Alena menatap keluar jendela apartemennya, merasakan tetesan air yang mengalir di kaca seperti mencerminkan air matanya sendiri. Sudah seminggu berlalu sejak pertemuan terakhir mereka, ketika Reno memutuskan untuk mengambil jarak dan waktu. Namun, hari ini Reno menghubunginya, mengatakan bahwa ia ingin datang untuk mengambil beberapa barangnya yang masih tertinggal.Alena tidak menyangka bahwa "mengambil barang" ternyata menjadi alasan untuk melanjutkan konfrontasi yang belum terselesaikan. Reno tiba dengan wajah lelah namun tatapan yang tajam. Alena bisa melihat bahwa minggu terpisah tidak melunakkan kemarahan dan kekecewaan pria itu—mungkin justru memperparahnya."Kopi?" tawar Alena canggung, mencoba mencairkan suasana."Tidak perlu," Reno menjawab pendek. "Aku hanya akan mengambil barangku dan pergi."Alena mengangguk, mundur untuk memberi ruang bagi Reno yang mulai mengumpulkan buku-bukuny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 123: Pengakuan yang Melunakkan

"Kamu bisa mulai dengan berhenti bekerja dengan Adrian," jawab Reno tanpa ragu.Alena menutup matanya sejenak, menahan rasa frustasi yang membuncah. "Kita sudah membahas ini. Aku tidak bisa meninggalkan proyek di tengah jalan. Ini akan merusak kredibilitasku sebagai profesional. Lagipula, proyek ini tinggal tiga bulan lagi selesai.""Tiga bulan," ulang Reno. "Tiga bulan lagi kamu akan menghabiskan waktu yang intensif dengannya, sementara hubungan kita tergantung di udara kosong.""Tidak harus seperti itu," bantah Alena. "Kita bisa bekerja memperbaiki hubungan kita sambil aku menyelesaikan proyek ini. Aku berjanji akan lebih terbuka, lebih komunikatif. Kamu bahkan bisa datang ke kantor kapan saja untuk melihat sendiri bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Reno memandang Alena dengan tatapan tak percaya. "Kamu benar-benar tidak mengerti, ya? Ini bukan hanya tentang apakah kamu sudah berselingkuh secara fisik atau belum. Ini tentang kesetiaanmu, priorit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

Bab 124: Di Persimpangan Hati

Sudah dua minggu berlalu sejak pertemuan terakhir Alena dengan Reno. Dua minggu yang terasa seperti keabadian bagi Alena. Telepon tidak dijawab, pesan singkat hanya dibalas seperlunya, dan janji untuk bicara kembali seperti menguap begitu saja. Alena merasa hidupnya kini terbagi menjadi dua bagian yang menyakitkan—rumah yang sepi tanpa Reno dan kantor yang canggung dengan kehadiran Adrian.Pagi itu, Alena melangkah masuk ke kantor dengan tatapan menerawang. Lingkaran hitam di bawah matanya menjadi bukti malam-malam tanpa tidur yang ia lalui. Beberapa rekan kerja menatapnya dengan tatapan prihatin, tapi tidak ada yang berani bertanya. Gosip tentang "segitiga" antara dirinya, Reno, dan Adrian tampaknya sudah menyebar, berkat Dimas yang tidak bisa menjaga mulutnya."Pagi," suara Adrian menyapa lembut ketika Alena baru saja meletakkan tasnya di meja. "Kau terlihat... lelah."Alena menoleh, berusaha tersenyum meski terasa pahit. "Pagi. Ya, sedikit kurang tidur.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab: 125 Butuh bantuan?

"Jaga dirimu," kata Reno lembut, hampir berbisik."Kamu juga," balas Alena, menahan diri untuk tidak memeluk pria yang masih sangat ia cintai itu.Dengan langkah berat, Alena meninggalkan kafe, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. Sebulan tanpa Reno. Sebulan untuk memutuskan masa depan hubungan mereka. Sebulan yang akan terasa seperti keabadian.Ketika Alena kembali ke kantor, wajahnya masih sembab meski ia telah berusaha menyembunyikannya dengan makeup. Adrian, yang sedang berdiskusi dengan beberapa staf di ruang rapat kecil, langsung menyadari kehadirannya. Mata mereka bertemu sejenak, dan Alena bisa melihat kekhawatiran di mata Adrian.Tak lama kemudian, Adrian menghampiri meja Alena, membawa beberapa dokumen sebagai alasan formal untuk berbicara."Semuanya baik-baik saja?" tanya Adrian pelan, meletakkan dokumen di meja Alena."Ya," Alena berbohong, mengambil dokumen tersebut. "Hanya sedikit... masalah pribadi."Adrian m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 126: Pengakuan

Setelah ketegangan yang semakin meningkat di tempat kerja dan kehidupan pribadi Alena yang semakin rumit, Adrian memutuskan untuk membuka diri kepada Alena. Suatu sore, setelah rapat yang melelahkan, Adrian mengundang Alena untuk berbicara di ruang kantornya. Ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Adrian—ia terlihat lebih rapuh dari biasanya. Dengan suara rendah dan hati yang berat, Adrian mulai bercerita. "Aku tahu kamu mulai melihat sisi lain dari diriku, Alena," katanya, menatap jendela seolah mencari jawabannya di luar sana. "Tapi ada hal-hal tentang diriku yang tak pernah aku ungkapkan pada siapapun."Alena duduk dengan hati berdebar. Selama ini, Adrian selalu menjadi sosok yang sulit ditebak—pemimpin yang tegas namun penuh misteri. Pertemuan-pertemuan mereka selalu dipenuhi ketegangan profesional dan sesuatu yang tak terkatakan di antara mereka. Ia memperhatikan bagaimana jari-jari Adrian mengetuk permukaan meja dengan gelisah, sesuatu yang tak pernah ia lihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 127: Kenapa, Adrian?

"Proyek Arcadia," Adrian melanjutkan, "yang kita kerjakan selama ini, sebenarnya adalah visi Elena. Dia bermimpi tentang kompleks perumahan yang ramah lingkungan, terjangkau, namun tetap memiliki sentuhan seni dan kebudayaan. Aku mengambil idenya dan menjadikannya milikku, tanpa pernah mengakui bahwa itu berasal darinya."Adrian berbalik menghadap Alena dengan ekspresi yang belum pernah ia lihat sebelumnya—kombinasi antara kesedihan, penyesalan, dan sesuatu yang terlihat seperti... harapan?"Saat kamu mengajukan konsep ulang minggu lalu, dengan ruang komunitas untuk seni dan musik, aku melihat Elena di hadapanku. Untuk pertama kalinya sejak kematiannya, aku merasa dia masih hidup melalui idenya. Dan itu..." Adrian menarik napas dalam-dalam, "...membuatku takut.""Takut?" Alena bertanya, tidak mengerti."Takut merasakan lagi, Alena. Takut peduli. Takut kehilangan." Adrian kembali ke kursinya. "Itulah sebabnya aku menolak idenya dengan kasar,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 128: Luka Masa Lalu

Alena duduk di hadapan Adrian, terkejut dengan kedalaman kata-kata Adrian. Ia selalu melihat Adrian sebagai sosok yang kuat, penuh kontrol, namun kali ini ia bisa melihat betapa rapuhnya pria itu. Adrian melanjutkan ceritanya, "Aku tumbuh dalam keluarga yang hancur. Ayahku adalah pria yang kasar, dan ibuku meninggalkanku saat aku masih sangat kecil. Aku tidak tahu bagaimana rasanya memiliki keluarga yang utuh, dan itu mengubah caraku melihat dunia." Suasana di ruangan itu terasa berat, dan Alena bisa merasakan beban yang ditanggung oleh Adrian selama bertahun-tahun.Hujan mulai turun di luar, rintik-rintik air yang membentur kaca jendela kantor menciptakan melodi sendu yang seolah mengiringi pengakuan Adrian. Alena menatap pria di hadapannya dengan pandangan baru—bukan lagi sebagai bos yang ditakuti, tetapi sebagai seseorang yang telah menanggung luka yang terlalu dalam untuk disembuhkan sendirian."Setiap kali ayahku pulang dalam keadaan mabuk," Adrian melanjutk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya

Bab 129: Kebenaran Tersembunyi

"Aku tidak pernah tahu apa arti kasih sayang yang sebenarnya," lanjut Adrian. "Ayahku selalu mendominasi kami dengan kekerasan, dan ibuku hanya pergi tanpa kata-kata. Aku tumbuh dengan perasaan kesepian yang tak bisa aku jelaskan. Itu membuatku merasa harus menjaga jarak dengan orang lain, karena aku tidak ingin terluka lagi." Alena merasakan empati yang mendalam untuk Adrian, dan meskipun ia tahu bahwa cerita ini adalah bagian dari masa lalu yang menyakitkan, ia bisa merasakan betapa besar pengaruhnya terhadap siapa Adrian sekarang.Hujan sudah berhenti sepenuhnya, meninggalkan jejak basah di jendela kantor yang kini memantulkan cahaya lampu kota. Malam semakin larut, namun tidak satu pun dari mereka tampak peduli dengan waktu yang terus berlalu."Bagaimana kau bertahan?" tanya Alena dengan suara lembut, berusaha membayangkan kehidupan seorang anak kecil tanpa perlindungan, tanpa kasih sayang.Adrian menatap tangannya sendiri seolah mencari jawaban di sana. "Ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya

Bab 130: Di Balik Tembok

Alena merasa hati kecilnya tergerak. Di balik sikap dingin dan penuh kontrol yang selalu ditampilkan Adrian, ia melihat seorang pria yang telah terluka begitu dalam. "Aku tidak pernah tahu bagaimana cara untuk mempercayai orang lain," ujar Adrian dengan suara serak. "Selalu ada ketakutan bahwa mereka akan pergi atau meninggalkan aku. Aku membangun tembok tinggi di sekeliling diriku, dan itulah mengapa aku selalu tampak dingin dan tidak peduli." Alena terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa melihat Adrian dengan penuh perasaan, mencoba merasakan apa yang selama ini disembunyikan.Malam semakin larut di luar jendela kantor. Langit Jakarta yang biasanya penuh polusi cahaya kini tampak lebih jernih setelah hujan—bintang-bintang samar mulai terlihat, sesuatu yang jarang terjadi di kota metropolitan ini. Alena merasakan momen simbolis dalam kesunyian yang menggantung di antara mereka; seolah-olah hujan telah membersihkan tidak hanya langit kota, tetapi juga lapis
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status