Share

Bab 126: Pengakuan

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-04-08 22:00:48

Setelah ketegangan yang semakin meningkat di tempat kerja dan kehidupan pribadi Alena yang semakin rumit, Adrian memutuskan untuk membuka diri kepada Alena. Suatu sore, setelah rapat yang melelahkan, Adrian mengundang Alena untuk berbicara di ruang kantornya. Ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Adrian—ia terlihat lebih rapuh dari biasanya. Dengan suara rendah dan hati yang berat, Adrian mulai bercerita. "Aku tahu kamu mulai melihat sisi lain dari diriku, Alena," katanya, menatap jendela seolah mencari jawabannya di luar sana. "Tapi ada hal-hal tentang diriku yang tak pernah aku ungkapkan pada siapapun."

Alena duduk dengan hati berdebar. Selama ini, Adrian selalu menjadi sosok yang sulit ditebak—pemimpin yang tegas namun penuh misteri. Pertemuan-pertemuan mereka selalu dipenuhi ketegangan profesional dan sesuatu yang tak terkatakan di antara mereka. Ia memperhatikan bagaimana jari-jari Adrian mengetuk permukaan meja dengan gelisah, sesuatu yang tak pernah ia lihat

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 127: Kenapa, Adrian?

    "Proyek Arcadia," Adrian melanjutkan, "yang kita kerjakan selama ini, sebenarnya adalah visi Elena. Dia bermimpi tentang kompleks perumahan yang ramah lingkungan, terjangkau, namun tetap memiliki sentuhan seni dan kebudayaan. Aku mengambil idenya dan menjadikannya milikku, tanpa pernah mengakui bahwa itu berasal darinya."Adrian berbalik menghadap Alena dengan ekspresi yang belum pernah ia lihat sebelumnya—kombinasi antara kesedihan, penyesalan, dan sesuatu yang terlihat seperti... harapan?"Saat kamu mengajukan konsep ulang minggu lalu, dengan ruang komunitas untuk seni dan musik, aku melihat Elena di hadapanku. Untuk pertama kalinya sejak kematiannya, aku merasa dia masih hidup melalui idenya. Dan itu..." Adrian menarik napas dalam-dalam, "...membuatku takut.""Takut?" Alena bertanya, tidak mengerti."Takut merasakan lagi, Alena. Takut peduli. Takut kehilangan." Adrian kembali ke kursinya. "Itulah sebabnya aku menolak idenya dengan kasar,

    Last Updated : 2025-04-08
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 128: Luka Masa Lalu

    Alena duduk di hadapan Adrian, terkejut dengan kedalaman kata-kata Adrian. Ia selalu melihat Adrian sebagai sosok yang kuat, penuh kontrol, namun kali ini ia bisa melihat betapa rapuhnya pria itu. Adrian melanjutkan ceritanya, "Aku tumbuh dalam keluarga yang hancur. Ayahku adalah pria yang kasar, dan ibuku meninggalkanku saat aku masih sangat kecil. Aku tidak tahu bagaimana rasanya memiliki keluarga yang utuh, dan itu mengubah caraku melihat dunia." Suasana di ruangan itu terasa berat, dan Alena bisa merasakan beban yang ditanggung oleh Adrian selama bertahun-tahun.Hujan mulai turun di luar, rintik-rintik air yang membentur kaca jendela kantor menciptakan melodi sendu yang seolah mengiringi pengakuan Adrian. Alena menatap pria di hadapannya dengan pandangan baru—bukan lagi sebagai bos yang ditakuti, tetapi sebagai seseorang yang telah menanggung luka yang terlalu dalam untuk disembuhkan sendirian."Setiap kali ayahku pulang dalam keadaan mabuk," Adrian melanjutk

    Last Updated : 2025-04-09
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 129: Kebenaran Tersembunyi

    "Aku tidak pernah tahu apa arti kasih sayang yang sebenarnya," lanjut Adrian. "Ayahku selalu mendominasi kami dengan kekerasan, dan ibuku hanya pergi tanpa kata-kata. Aku tumbuh dengan perasaan kesepian yang tak bisa aku jelaskan. Itu membuatku merasa harus menjaga jarak dengan orang lain, karena aku tidak ingin terluka lagi." Alena merasakan empati yang mendalam untuk Adrian, dan meskipun ia tahu bahwa cerita ini adalah bagian dari masa lalu yang menyakitkan, ia bisa merasakan betapa besar pengaruhnya terhadap siapa Adrian sekarang.Hujan sudah berhenti sepenuhnya, meninggalkan jejak basah di jendela kantor yang kini memantulkan cahaya lampu kota. Malam semakin larut, namun tidak satu pun dari mereka tampak peduli dengan waktu yang terus berlalu."Bagaimana kau bertahan?" tanya Alena dengan suara lembut, berusaha membayangkan kehidupan seorang anak kecil tanpa perlindungan, tanpa kasih sayang.Adrian menatap tangannya sendiri seolah mencari jawaban di sana. "Ak

    Last Updated : 2025-04-09
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 130: Di Balik Tembok

    Alena merasa hati kecilnya tergerak. Di balik sikap dingin dan penuh kontrol yang selalu ditampilkan Adrian, ia melihat seorang pria yang telah terluka begitu dalam. "Aku tidak pernah tahu bagaimana cara untuk mempercayai orang lain," ujar Adrian dengan suara serak. "Selalu ada ketakutan bahwa mereka akan pergi atau meninggalkan aku. Aku membangun tembok tinggi di sekeliling diriku, dan itulah mengapa aku selalu tampak dingin dan tidak peduli." Alena terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa melihat Adrian dengan penuh perasaan, mencoba merasakan apa yang selama ini disembunyikan.Malam semakin larut di luar jendela kantor. Langit Jakarta yang biasanya penuh polusi cahaya kini tampak lebih jernih setelah hujan—bintang-bintang samar mulai terlihat, sesuatu yang jarang terjadi di kota metropolitan ini. Alena merasakan momen simbolis dalam kesunyian yang menggantung di antara mereka; seolah-olah hujan telah membersihkan tidak hanya langit kota, tetapi juga lapis

    Last Updated : 2025-04-09
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 131: Pagar Yang Mulai Runtuh

    Adrian menatap Alena dengan mata yang penuh kejujuran. "Aku tahu aku tidak mudah untuk didekati. Aku tahu aku membuatmu bingung, mungkin bahkan terluka. Tapi aku hanya ingin kamu tahu bahwa ada alasan mengapa aku begitu. Aku tidak bisa mencintai atau mempercayai dengan mudah, karena setiap orang yang kupercayai selalu pergi. Tapi... kamu berbeda, Alena." Mendengar kata-kata itu, Alena merasa ada perasaan yang tumbuh dalam dirinya. Adrian akhirnya membuka dirinya, dan meskipun sulit untuk diterima, Alena merasa semakin dekat dengan pria itu.Suasana kantor malam itu terasa intim dengan cahaya lampu meja yang lembut dan suara samar kota Jakarta yang berdenyut di luar jendela. Jarum jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam lebih, namun tidak satu pun dari mereka tampak peduli dengan waktu. Ada sesuatu yang lebih penting yang tengah berlangsung—sebuah tembok yang perlahan runtuh, sebuah jembatan yang mulai terbangun."Apa maksudmu aku berbeda?" tanya Alena perl

    Last Updated : 2025-04-10
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 132: bagaimana jika kita mulai lagi?

    Adrian," kata Alena lembut, mengembalikan foto itu padanya, "aku yakin Elena akan bangga dengan apa yang telah kau bangun. Tapi aku juga yakin dia tidak akan ingin kau hidup dalam bayang-bayangnya selamanya."Adrian menatap foto itu lama, jarinya menelusuri wajah Elena dengan lembut. "Itu adalah hal tersulit—melanjutkan hidup tanpanya. Kadang, aku merasa bersalah ketika aku mulai merasa bahagia, seolah-olah aku mengkhianatinya.""Tapi bukankah kebahagiaan adalah hal yang paling dia inginkan untukmu?" tanya Alena.Adrian terdiam sejenak, sebelum meletakkan kembali foto itu di mejanya—kali ini menghadap ke luar, tidak lagi tersembunyi. "Ya, itu yang selalu dia katakan. 'Hidup terlalu singkat untuk tidak bahagia, Adrian.' Itu adalah salah satu hal terakhir yang dia katakan padaku sebelum kecelakaan itu."Alena merasakan getaran emosi dalam suara Adrian. "Dan bagaimana kau menjawabnya?""Aku bilang padanya bahwa aku terlalu sibuk untuk memi

    Last Updated : 2025-04-10
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 133: Pengakuan di Senja

    Setelah pertemuan yang penuh pengungkapan di ruang kantor, suasana antara Alena dan Adrian terasa lebih terbuka. Namun, ketegangan yang tersisa masih menghinggapi mereka, terutama bagi Adrian. Ia merasa seolah-olah ada sebuah beban berat yang belum sepenuhnya terungkap. Beberapa hari setelah percakapan itu, Adrian kembali mendekati Alena, kali ini dengan niat untuk mengungkapkan lebih dalam lagi tentang dirinya. Mereka berada di sebuah restoran yang sepi, tempat di mana Adrian merasa sedikit lebih tenang. Alena, meskipun masih terkejut dengan semua yang telah didengar, mendengarkan dengan seksama.Restoran kecil bergaya Jawa klasik itu terletak di lantai dua sebuah bangunan tua di kawasan Menteng. Jauh dari keramaian pusat bisnis tempat mereka biasa bekerja, tempat ini menawarkan privasi yang nyaris sempurna dengan sekat-sekat kayu berukir yang membentuk ruang-ruang kecil intim. Suara gamelan lembut mengalun di latar belakang, menciptakan atmosfer yang tenang dan menenangkan.

    Last Updated : 2025-04-10
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 134: Teman

    Alena menunggu dengan sabar."Proyek baru yang kita tangani sekarang—proyek revitalisasi kawasan Kota Tua—ini adalah proyek yang sangat penting bagiku. Bukan hanya karena nilai kontraknya yang besar..." ia ragu sejenak sebelum melanjutkan, "...tapi karena ini adalah impian Elena yang tidak pernah terwujud.""Apa maksudmu?" tanya Alena, terkejut dengan pengungkapan ini."Elena selalu memiliki visi untuk menghidupkan kembali bagian kota yang terlupakan, membawa kembali kehidupan dan keindahan ke tempat-tempat yang telah kehilangan jiwanya." Adrian tersenyum kecil, terlihat tenggelam dalam kenangannya. "Kota Tua adalah salah satu tempat favoritnya di Jakarta. Dia selalu berkata bahwa di balik bangunan-bangunan tua yang melapuk itu, tersimpan jiwa dan cerita yang begitu kaya.""Itu sebabnya kau begitu terobsesi dengan detail-detail proyek ini," gumam Alena, kini memahami mengapa Adrian menghabiskan begitu banyak waktu untuk proyek tersebut.

    Last Updated : 2025-04-11

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 148: konfrontasi dan manipulasi

    Cahaya senja menerobos masuk melalui jendela apartemen Reno, menciptakan bayangan panjang yang seolah menegaskan keheningan mencekam antara dua orang yang kini duduk berhadapan. Reno dengan tatapan tajamnya, dan Alena dengan wajah yang diliputi kecemasan."Apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Adrian?" tanya Reno akhirnya, nada suaranya tajam memecah keheningan.Alena tersentak, meskipun ia sudah mempersiapkan diri untuk pertanyaan ini. Di sudut hatinya, ia tahu cepat atau lambat Reno akan mengonfrontasinya secara langsung. Namun, kenyataannya tetap terasa berat."Reno, ini bukan seperti yang kamu pikirkan," jawabnya dengan suara bergetar, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang.Reno mendengus, tergelak pahit. "Kamu selalu menghindar, Alena! Selalu ada saja alasan, selalu ada saja penjelasan yang kabur." Ia bangkit dari kursinya, berjalan mondar-mandir di ruangan dengan frustrasi yang tak bisa disembunyikan. "Aku mulai merasa bahwa kamu lebih memilih dia daripad

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 147: Aku tidak mengerti

    Sophia merapikan blazernya dengan gerakan anggun sembari melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Dari balik jendela kantornya di lantai 35, Jakarta terlihat seperti miniatur kota yang dihiasi lampu-lampu gemerlap. Senyum tipis tersungging di bibirnya ketika ponselnya bergetar—pesan dari Reno yang mengkonfirmasi pertemuan mereka sore ini.Sempurna, pikirnya. Semuanya berjalan sesuai rencana. Masalah antara Reno dan Alena adalah peluang emas yang tak boleh ia sia-siakan.Sophia telah mengincar posisi direktur pemasaran yang kini dipegang Alena selama bertahun-tahun. Persaingan ketat di antara mereka bukanlah rahasia bagi siapapun di kantor. Namun, bagi Sophia, ini lebih dari sekadar ambisi profesional—ini tentang pembuktian diri. Selalu berada di bayang-bayang kesuksesan Alena telah menjadi duri yang menggores hatinya setiap hari."Kau terlalu terobsesi," begitu Adrian pernah memperingatkannya. "Fokus saja pada pekerjaanmu sendiri."Ironisnya, justru Adrian yan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 146: Rahasia yang Terkuak

    Reno menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Di depan matanya, sebuah email yang tak seharusnya ia baca terpampang jelas—sebuah pertukaran pesan antara Alena dan Adrian. Jemarinya bergetar saat ia mengusap wajahnya yang lelah. Sudah berminggu-minggu ia merasakan ada yang tidak beres, dan kini bukti itu terpampang di hadapannya."Aku rindu padamu. Kapan kita bisa bertemu lagi tanpa harus khawatir?" tulis Adrian dalam email tersebut.Balasan Alena tak kalah menyakitkan: "Aku juga. Ini sulit, tapi aku harus berhati-hati. Reno mulai mencurigai sesuatu."Reno menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tidak karuan. Ia tidak pernah membayangkan akan melakukan hal seperti ini—mengakses email kekasihnya secara diam-diam. Tetapi keputusasaan telah mendorongnya ke titik ini.Hubungan mereka yang dulunya penuh kehangatan kini berubah menjadi lautan ketegangan yang tidak terucapkan. Setiap pesan yang tidak dibalas, setiap panggilan yang tidak dijawab, semuanya ha

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 145: Permainan Sophia

    Sementara itu, Sophia—wanita ambisius yang bekerja di perusahaan Adrian—mulai melihat adanya celah untuk memanfaatkan situasi. Ia sudah lama merasa bahwa Adrian memiliki perhatian lebih kepada Alena, dan kini ia melihat peluang untuk menyingkirkan Alena dari persaingan. Sophia mulai mendekati Reno, berpura-pura menjadi teman yang peduli dan menawarkan informasi yang bisa memicu keraguan lebih lanjut. Sophia tahu bahwa jika ia bisa memecah hubungan antara Alena dan Adrian, ia bisa mengambil alih posisi Alena di perusahaan dan mendapatkan perhatian Adrian.Sophia Greene mematut dirinya di cermin toilet kantor, memastikan tidak ada sedikit pun lipstik merah marunnya yang luntur. Sempurna, seperti biasa. Ia merapikan blazer hitamnya yang sudah disetrika rapi dan menarik napas dalam-dalam."Hari ini harus berhasil," bisiknya pada bayangan di cermin.Sudah tiga tahun Sophia bekerja di divisi pemasaran perusahaan Adrian. Tiga tahun pula ia berusaha mendapatkan perhatian lebih dari Adrian McK

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 144: Titik Kecurigaan

    Reno mulai merasa ada yang tidak beres. Alena, yang dulu sangat terbuka, kini tampak lebih tertutup dan sering kali menghindar darinya. Perubahan sikap ini memunculkan kecurigaan yang semakin besar. Satu malam, Reno memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam, mencari tahu apakah ada yang sedang disembunyikan oleh Alena. Dengan hati-hati, ia mulai mengumpulkan informasi dari rekan-rekan kerja Alena dan juga menyelidiki riwayat pekerjaan Alena di perusahaan Adrian. Meskipun ia belum menemukan bukti yang jelas, perasaan curiganya semakin berkembang.Hujan pertama di bulan Oktober mengguyur Jakarta malam itu. Reno duduk sendirian di balkon apartemennya, menatap lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Segelas kopi yang mulai mendingin tergeletak di meja, tepat di samping ponselnya yang berulang kali ia periksa, berharap ada pesan dari Alena.Sudah hampir dua minggu sejak terakhir kali mereka berbicara dengan benar-benar terbuka. Alena selalu memiliki alasan—terlalu sibuk, terlalu lelah,

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 143: Batas Tipis

    Suatu malam, ketika Alena sedang bekerja lembur, Adrian datang ke kantornya untuk mengecek beberapa laporan. Tanpa disangka, Adrian duduk di meja Alena dan mulai berbicara dengan cara yang sangat pribadi, jauh dari kesan dingin yang biasanya ia tunjukkan."Kamu tidak harus melakukan semua ini sendiri, Alena," kata Adrian dengan lembut. "Aku tahu, kadang-kadang pekerjaan ini bisa sangat membebani. Tapi kamu tidak sendirian."Kata-kata Adrian membuat Alena merasa begitu dihargai. Namun, dalam hatinya, ia merasa semakin terikat padanya. "Mungkin aku hanya ingin dia merasa diterima," pikir Alena, namun ia tahu bahwa perasaan ini telah melampaui sekadar simpati.Saat Alena melangkah pulang malam itu, perasaan yang ada dalam dirinya semakin sulit dipahami. Ia terjebak antara simpati, rasa ingin melindungi, dan keterikatan yang semakin mendalam. Ia menyadari bahwa semakin banyak waktu yang ia habiskan bersama Adrian, semakin sulit bagi dirinya untuk menjaga jarak. Perasaan itu mulai berkemban

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 142

    Dalam sebuah pertemuan bisnis, Adrian memberikan perhatian yang lebih pribadi pada Alena. Ia memastikan untuk memberi pengakuan atas kerja kerasnya, dan meskipun tidak mengungkapkan perasaan secara langsung, Alena merasa ada kehangatan dalam sikap Adrian. Ia sering kali merasakan perhatian yang lebih dari sekadar profesionalisme, dan itu membuatnya semakin terikat. "Apakah ini hanya perasaan simpati?" Alena bertanya pada dirinya sendiri. "Atau ada sesuatu yang lebih dalam?" Ia mulai merasa bingung tentang perasaannya yang berkembang lebih jauh dari sekadar rasa kasihan atau simpati.Ruang rapat di lantai 15 gedung Elysium Corp itu dipenuhi dengan eksekutif dari berbagai divisi. Suasana formal terasa kental dengan presentasi dan laporan yang silih berganti dipaparkan. Di tengah atmosfer profesional ini, Alena duduk di samping Adrian, sadar akan kehadirannya yang terasa begitu dekat."Selanjutnya, Ibu Alena akan mempresentasikan laporan keuangan kuartal ini," kata Direktur Utama, member

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 141

    Alena merasa bahwa simpati yang tumbuh dalam dirinya mulai membuatnya semakin terikat pada Adrian. Setiap kali ia melihatnya, hatinya berdebar. Meskipun ia berusaha keras untuk tetap menjaga batas-batas profesional, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kedekatan mereka semakin kuat. Adrian, meskipun masih menjaga jarak emosionalnya, mulai lebih sering mendekati Alena, baik di kantor maupun dalam pertemuan pribadi. Setiap kali mereka berinteraksi, Alena merasakan semacam koneksi yang lebih dari sekadar hubungan atasan dan bawahan.Minggu-minggu berlalu sejak pembicaraan mereka di taman belakang kantor. Musim semi mulai berganti dengan kehangatan musim panas yang menyenangkan. Dedaunan hijau menaungi jalanan kota, menciptakan bayangan yang menyejukkan di tengah teriknya matahari. Alena mengamati perubahan ini dari balik jendela ruang kerjanya, seraya merenungkan perubahan dalam hidupnya sendiri."Sedang melamun?" Suara Adrian membuyarkan lamunannya.Alena berbalik, mendapati Adrian

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 140

    Beberapa hari setelah percakapan mereka, Alena merasa gelisah. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak terus memikirkan Adrian. Tentu saja, dia merasa kasihan pada Adrian, tetapi sekarang ada sesuatu yang lebih—sesuatu yang membuatnya merasa ingin melindungi pria itu, meskipun ia tahu bahwa hal itu bisa membawanya ke dalam hubungan yang rumit. Ia bahkan merasa cemas setiap kali Adrian datang untuk bekerja, khawatir akan perasaan yang semakin mendalam ini. "Apa aku bisa terus bekerja dengannya seperti ini?" tanyanya pada dirinya sendiri.Pagi itu, Alena sengaja datang lebih awal ke kantor. Ia berharap bisa menenangkan pikirannya sebelum bertemu Adrian. Kantor yang sunyi memberikannya kesempatan untuk berpikir jernih. Alena duduk di kursinya, menatap tumpukan dokumen yang belum selesai, tapi pikirannya melayang jauh.Sejak Adrian menceritakan tentang masa lalunya, ada sesuatu yang berubah dalam diri Alena. Bukan hanya rasa simpati, tapi juga kekaguman atas ketangguhan pria itu. Adrian te

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status