All Chapters of Gairah di Balik Tirai Kehidupan: Chapter 91 - Chapter 100

107 Chapters

Bab 91: Jaring-Jaring Kecurigaan

Cahaya sore merembes melalui kaca gedung pencakar langit, memantulkan bayangan Sophia yang tengah berdiri di depan jendela. Matanya tajam, fokus pada setiap detail pergerakan di dalam ruang kerja Adrian. Ia tidak menyukai apa yang baru saja dilihatnya—bisikan intim antara Adrian dan Alena yang terlihat begitu dekat.Sudah beberapa minggu terakhir, Sophia mengamati mereka dengan seksama. Setiap gerak-gerik, setiap tatapan, setiap sentuhan ringan yang mereka lakukan menjadi bahan analisisnya. Bagi Sophia, tidak ada yang kebetulan. Semuanya adalah strategi, semuanya memiliki maksud.Ia masih ingat dengan jelas momen ketika ia melihat Adrian dan Alena berbisik di ruang rapat. Mereka berdiri begitu dekat, tubuh mereka hampir bersentuhan. Bisikan-bisikan itu terlihat begitu intim, seolah-olah dunia di sekitar mereka lenyap."Mereka menyembunyikan sesuatu," gumam Sophia pada dirinya sendiri.Sepuluh tahun lalu, Sophia telah belajar dengan keras bagaimana cara membaca orang. Di dunia bisnis y
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Bab 92: Pertanyaan yang Tersembunyi

Ruang makan kantor terlihat sepi pada jam makan siang yang sudah mulai bergeser ke waktu yang lebih siang. Cahaya matahari sore merembes masuk melalui jendela kaca besar, menciptakan bayangan panjang di lantai keramik yang mengkilap. Meja-meja putih yang bersih tampak hampir kosong, hanya menyisakan beberapa karyawan yang masih memilih untuk berada di ruangan tersebut.Sophia duduk berhadapan dengan Alena, secangkir kopi hitam tanpa gula tersedia di hadapannya. Tatapannya tajam namun tersembunyi di balik senyum ramah yang ia pasang. Ia telah merencanakan percakapan ini dengan sangat hati-hati, memilih waktu dan tempat yang tepat untuk mendapatkan informasi yang ia inginkan."Aku dengar kalian sering bekerja lembur berdua. Itu pasti membuat hubungan kalian semakin dekat, ya?" tanyanya dengan nada ringan, seolah-olah hanya sekadar percakapan ringan di antara rekan kerja.Alena merasa tidak nyaman. Ia bisa merasakan tekanan tersembunyi di balik pertanyaan Sophia. Jemarinya yang ramping m
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 93: Jaring Gosip

Kantor PT Global Inovasi terlihat seperti biasa—metropolitan, dingin, dan penuh dengan ambisi tersembunyi. Di balik tata letak ruangan yang rapi dan desain interior minimalis, sebuah permainan psikologis sedang digelar. Sophia adalah arsitek utama dari intrik yang perlahan-lahan mengurai reputasi Alena.Ia memulai dengan strategi yang sangat cermat. Tidak langsung menyerang, melainkan menanam benih keraguan dengan sangat hati-hati. Di ruang pantry, di dekat mesin kopi yang selalu ramai, ia mulai berbisik dengan Rina, seorang staf administrasi yang mudah terbawa arus gossip."Kau tahu," Sophia berbicara dengan nada berbisik, seolah-olah berbagi rahasia paling sensitif, "aku tidak ingin mengatakan apa-apa, tapi hubungan Alena dengan Adrian tampaknya tidak hanya profesional."Rina, yang selalu haus akan informasi terbaru, segera tertarik. "Maksudmu?"Sophia tersenyum tipis, senyum yang terlihat simpati namun penuh perhitungan. "Mereka sering lembur berdua. Kau tahu sendiri kan betapa dek
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 94: Jerat Psikologis

Ruang rapat PT Global Inovasi dipenuhi cahaya sore yang redup, menciptakan bayangan panjang di antara meja-meja kaca yang mengkilap. Adrian sedang membereskan beberapa dokumen proyek ketika Sophia dengan sengaja mendekatinya. Gerakan kakinya yang anggun, tatapan matanya yang penuh perhitungan—semuanya telah dipersiapkan dengan sangat matang."Adrian," panggilnya dengan nada suara yang diatur sedemikian rupa—profesional namun mengandung keakraban yang ambigu, "boleh minta tolong sebentar?"Beberapa karyawan yang masih berada di ruangan melirik dengan diam-diam. Mereka sudah terbiasa dengan dinamika kompleks hubungan antarrekan kerja, namun naluri manusia selalu siap menangkap setiap detail yang menarik.Adrian menoleh, tampak sedikit terkejut namun tetap profesional. "Ada apa, Sophia?"Sophia membentangkan beberapa dokumen di atas meja. Gerakan tangannya begitu terkontrol, seolah-olah ia telah berlatih berkali-kali di depan cermin. "Aku mengalami sedikit kesulitan dengan bagian analisi
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 95: Pertarungan di Atas Panggung

 Ballroom hotel berbintang lima itu dipenuhi dengan cahaya gemerlap dan gemerincing gelas champagne. Acara tahunan PT Global Inovasi berlangsung dengan meriah, menampilkan para profesional terbaik perusahaan dalam balutan pakaian formal yang elegan. Di antara kerumunan tersebut, Sophia berdiri dengan percaya diri absolut, sementara Alena mencoba mempertahankan sikap profesionalnya.Malam itu dirancang untuk merayakan pencapaian tim, namun bagi Sophia, ini adalah panggung sempurna untuk melancarkan serangan psikologisnya. Gaun hitam yang ia kenakan tampak begitu sempurna, seolah-olah telah dipilih dengan perhitungan matematis untuk menghadirkan kesan kekuatan dan kemewahan.Adrian berdiri tidak jauh dari mereka, terlibat dalam pembicaraan dengan beberapa petinggi perusahaan. Sophia menyadari setiap gerak-geriknya, setiap kesempatan yang bisa ia manfaatkan."Alena," panggilnya dengan nada suara yang diatur sedemikian rupa, terdeng
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 96: Pertempuran di Luar Benteng

Ruang kerja Adrian tampak berbeda hari ini. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca besar seolah-olah tidak mampu menghangatkan atmosfer dingin yang menyelimuti ruangan. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja besar dari kayu mahoni, layar-layar komputer menampilkan grafik dan laporan yang penuh dengan tanda-tanda peringatan.PT Global Inovasi kini berada dalam tekanan luar biasa. Kompetitor utamanya, PT Horizon Teknologi, telah melancarkan serangan bertubi-tubi yang dirancang untuk melemahkan posisi mereka di pasar.Bocoran informasi internal telah menjadi senjata utama Horizon. Dokumen-dokumen rahasia yang entah bagaimana bocor—atau dengan sengaja disebar—mulai bermunculan di berbagai media bisnis. Setiap detail, setiap kelemahan strategis yang pernah dimiliki Global Inovasi kini terbuka untuk publik.Adrian membaca artikel terbaru di salah satu portal bisnis terkemuka. Judulnya menusuk: "Krisis Kepercayaan: Apakah Global Inovasi Kehilanga
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 97: Retak dalam Keheningan

Kantor Adrian kini terasa seperti benteng yang dikepung. Setiap sudut ruangan memamerkan jejak pertempuran yang tidak kunjung usai. Tumpukan dokumen berserakan, layar komputer penuh dengan grafik merah yang menandakan kerugian, dan secangkir kopi hitam yang sudah lama dingin—simbol dari malam-malam panjang yang dihabiskan untuk bertahan.Kompetitor PT Global Inovasi, PT Horizon Teknologi, tidak main-main dalam menyerang. Mereka tidak sekadar mencoba mengalahkan perusahaan, melainkan ingin menghancurkan Adrian secara total. Setiap proyek yang sedang dikerjakan kini dipenuhi dengan tantangan yang seolah-olah dirancang untuk membuatnya kehilangan kendali.Adrian yang biasa tenang, kini berubah. Matanya kehilangan cahaya yang dulu selalu menunjukkan keyakinan. Ia mulai bicara dengan nada yang lebih tinggi, lebih cepas, lebih defensif."Ini tidak bisa dibiarkan," gumamnya suatu malam kepada Alena, "Mereka sengaja melakukan ini."Alena memperhatikan perub
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 98: Konflik Bisnis dan Hubungan yang Terkikis

Ruang rapat di lantai 30 gedung Permata Plaza tampak hening, meski di dalamnya berkumpul lebih dari selusin eksekutif perusahaan PT Mitra Sejahtera. Hanya suara Adrian Prasetyo yang terdengar, suaranya tenang namun menyimpan ketegangan yang tidak bisa disembunyikan. Di belakangnya, layar proyektor menampilkan grafik tren penjualan yang menunjukkan penurunan signifikan dalam tiga bulan terakhir."Avalon Corp telah mengakuisisi tiga pemasok utama kita dalam kuartal ini," ujar Adrian sambil menunjuk ke arah bagan yang menampilkan nama-nama perusahaan dengan tanda silang merah. "Mereka juga telah menawarkan harga yang jauh lebih rendah pada klien-klien besar kita. Kalau terus begini, kita akan kehilangan 40% pangsa pasar dalam enam bulan ke depan."Ruangan itu tetap hening. Beberapa eksekutif saling melirik dengan ekspresi cemas. Budi Santoso, Direktur Keuangan yang telah hampir dua dekade bekerja di perusahaan ini, akhirnya angkat bicara."Adrian, strategi Avalon jelas-jelas predatory pr
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

Bab 99: Konflik Bisnis dan Hubungan yang Terkikis

"Berikan aku proposal lengkapnya," kata Adrian akhirnya. "Akan kupertimbangkan."Rapat berlanjut dengan diskusi teknis tentang restrukturisasi dan potensi investor. Selama dua jam penuh, strategi bisnis dibahas, perdebatan terjadi, dan akhirnya beberapa keputusan awal dibuat. Namun, pikiran Adrian tidak sepenuhnya hadir. Sebagian dirinya masih memikirkan Alena dan pembicaraan mereka semalam.Setelah rapat usai, Adrian kembali ke kantornya. Ia mengambil ponselnya dan menatap foto Alena yang menjadi wallpapernya. Foto yang diambil saat ulang tahun Alena tahun lalu, di mana ia tampak begitu bahagia dengan kue ulang tahun di hadapannya dan Adrian memeluknya dari belakang.Ia menekan tombol panggil."Halo?" suara Alena terdengar ragu."Alena, maaf soal semalam," kata Adrian langsung. "Aku tidak bermaksud mengatakan apa yang kukatakan."Hening sejenak sebelum Alena menjawab. "Aku mengerti kamu sedang stres, Adrian. Tapi aku juga butuh kamu hadir dalam hubungan ini.""Aku tahu," Adrian mengh
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

Bab 100: Retak di Tengah Badai

Hujan deras mengguyur Jakarta sore itu, menimbulkan suara berderak ketika tetesan air menghantam kaca jendela apartemen Adrian dan Alena. Cuaca yang gelap seolah merefleksikan suasana di dalam apartemen yang biasanya hangat tersebut. Alena berdiri di depan jendela besar ruang tamu, menatap kota yang terlihat kabur di balik tirai hujan. Ia menunggu Adrian pulang—sebuah rutinitas yang akhir-akhir ini terasa semakin berat.Jarum jam menunjukkan pukul 8 malam ketika pintu apartemen akhirnya terbuka. Adrian masuk dengan langkah berat, jasnya sedikit basah, dan wajahnya menunjukkan kelelahan yang mendalam. Ia melemparkan tas kerjanya ke sofa dan melonggarkan dasi yang terasa mencekik."Hai," sapa Alena, berusaha terdengar ringan meski ada ketegangan yang tak terkatakan di antara mereka. "Aku sudah menyiapkan makan malam."Adrian mengangguk tanpa menatap Alena. "Aku mau mandi dulu.""Baiklah." Alena berusaha meredam kekecewaan dalam suaranya. Sudah hampir seminggu sejak makan siang mereka di
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status