Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pijatan Nikmat Sang CEO: Chapter 71 - Chapter 80

238 Chapters

Bab 71: Membangun Kembali Kepercayaan

Setelah pertemuan emosional yang mengubah arah hubungan mereka, Arissa merasa campuran antara harapan dan keraguan. Meskipun Nathaniel sudah mengungkapkan penyesalannya dan bertekad untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya, Arissa tahu bahwa membangun kembali kepercayaan yang hancur bukanlah perkara mudah. Ia berusaha untuk tidak terlalu terbawa perasaan, meskipun hatinya terus bergejolak. Keduanya, dengan latar belakang yang begitu berbeda, telah mengalami banyak hal yang menguji keteguhan hubungan mereka.Di sisi lain, Nathaniel merasa lega karena akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya dan meminta maaf kepada Arissa. Namun, ia juga sadar bahwa kata-kata saja tidak cukup. Ia harus membuktikan kesungguhannya melalui tindakan nyata. Krisi perusahaan yang semakin memburuk membuatnya semakin terdesak untuk bekerja lebih keras, tetapi kali ini ia tidak merasa sendirian. Arissa berada di sisinya, meskipun dengan cara yang berbeda.Arissa kembali ke kliniknya dengan perasaan yang campur adu
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 72: Menemukan Kekuatan Bersama

Nathaniel mulai merasakan perbedaan yang jelas dalam sikap Arissa. Meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan, Arissa mulai menunjukkan kesediaan untuk bekerja sama lebih erat. Ia tidak hanya memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan oleh Nathaniel, tetapi juga mulai terlibat lebih aktif dalam masalah yang dihadapi perusahaan. Meskipun tetap menjaga batas profesional, ada sesuatu yang lebih mendalam dalam cara mereka berinteraksi sekarang. Nathaniel mulai menghargai upaya Arissa untuk tetap berada di sisinya meskipun situasi yang sulit.Dalam beberapa minggu terakhir, situasi perusahaan semakin menekan. Ancaman dari rival bisnis, Markus Reinhardt, semakin mengintensif, dan sabotase yang dilakukan oleh Vanessa masih berlanjut. Namun, kali ini, Nathaniel merasa sedikit lebih tenang. Arissa tidak hanya memberi dukungan emosional, tetapi ia juga mulai memberikan ide-ide yang sangat berguna dalam menghadapi krisis. Setiap kali mereka bertemu, Arissa hadir dengan perspektif yang tajam d
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 73: Menyingkap Lapisan Hati

Arissa duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang penuh dengan laporan dan data. Meskipun pikirannya seharusnya fokus pada pekerjaan, hatinya tidak bisa berhenti memikirkan Nathaniel. Dalam beberapa minggu terakhir, hubungan mereka memang mulai membaik. Nathaniel tidak lagi menunjukkan sikap dingin dan curiga seperti sebelumnya. Ia mulai lebih terbuka dan menghargai setiap kontribusi Arissa, terutama dalam membantu perusahaan menghadapi ancaman dari Markus dan Vanessa.Namun, di balik semua itu, ada rasa takut yang terus menghantui Arissa. Ia takut untuk terlalu berharap. Ia takut jika Nathaniel mengetahui sisi rentannya, ia akan berubah pikiran. Luka pengkhianatan dari masa lalunya masih terasa begitu nyata, meninggalkan bekas yang sulit untuk disembuhkan. Arissa menghela napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak menentu.Sore itu, Arissa mendapat pesan dari Nathaniel yang memintanya untuk datang ke ruang rapat. Ada beberapa hal yang ingin didiskusikan te
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 74: Bayang-Bayang Pengkhianatan

Vanessa berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya, kegelisahan tampak jelas di wajahnya. Sejak beberapa hari terakhir, segalanya mulai tidak terkendali. Informasi yang seharusnya tetap tersembunyi perlahan-lahan mulai terungkap. Ia tidak tahu dari mana kebocoran itu terjadi, tapi satu hal yang pasti—Arissa terlibat dalam semua ini.Wanita itu lebih cerdik dari yang ia duga. Awalnya, Vanessa menganggap Arissa hanya seorang terapis yang naif dan tidak tahu apa-apa tentang dunia bisnis. Tetapi, melihat bagaimana Arissa berhasil mendapatkan kepercayaan Nathaniel kembali, Vanessa mulai merasa terancam. Kini, dengan bukti-bukti yang mulai mengarah kepadanya, Vanessa tahu waktunya semakin menipis.Ia duduk dengan gusar, memandangi layar komputernya yang menampilkan laporan keuangan perusahaan. Ia telah bekerja keras untuk merusak proyek-proyek Nathaniel dan menyabotase beberapa kesepakatan bisnis penting. Namun, Markus memberitahu bahwa efek dari sabotase itu mulai memudar. Nathaniel berhasil
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 75: Keputusan yang Berat

Suasana di kantor Nathaniel terasa tegang pagi itu. Semua staf bisa merasakan perubahan atmosfer yang berbeda. Bisikan-bisikan mulai terdengar di antara para karyawan saat mereka melihat Nathaniel berjalan tegap menuju ruang rapat dengan ekspresi dingin dan tatapan tajam.Arissa berdiri di dekat pintu kantornya, memperhatikan sosok Nathaniel yang tampak tegar namun jelas terbebani oleh keputusan yang akan diambilnya. Ia tahu betapa sulitnya ini bagi Nathaniel. Vanessa bukan hanya sekadar karyawan, tapi seseorang yang sudah bertahun-tahun berada di sisinya, membantu mengembangkan perusahaan hingga sebesar sekarang.Namun, dengan bukti-bukti yang telah ditemukan, tidak ada lagi keraguan. Vanessa tidak hanya berkhianat secara profesional, tetapi juga mencoba menghancurkan hubungan pribadi Nathaniel dengan menyebarkan kebohongan yang merusak kepercayaannya pada Arissa. Semua ini direncanakan dengan licik dan penuh perhitungan.Nathaniel berdiri di depan jendela besar ruang rapat, memandan
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 76: Gejolak Setelah Pemecatan

Pemecatan Vanessa membawa gelombang kejut ke seluruh perusahaan. Kabar mengenai kepergiannya dengan cepat menyebar, membuat sebagian besar karyawan terkejut dan tak sedikit yang merasa lega. Namun, ada juga yang masih mempertanyakan keputusan tersebut, terutama mereka yang selama ini menganggap Vanessa sebagai sosok yang berpengaruh dan loyal kepada perusahaan.Nathaniel duduk di kantornya, menatap laporan-laporan yang bertumpuk di meja. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian sebelumnya. Meskipun pemecatan Vanessa adalah keputusan yang harus diambil, ia tidak bisa menepis rasa bersalah yang mulai menyelinap ke dalam hatinya. Bagaimanapun juga, Vanessa telah bekerja bersamanya selama bertahun-tahun. Kepercayaannya yang buta selama ini telah membuatnya gagal melihat pengkhianatan yang ada di depan mata.Arissa masuk ke dalam kantor dengan membawa secangkir kopi. “Kau butuh ini,” katanya lembut sambil meletakkan cangkir itu di meja Nathaniel.Nathaniel menoleh dan tersenyum tipis. “Teri
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 77: Menghadapi Jarak yang Tak Terlihat

Meskipun badai di perusahaan mulai mereda, hati Arissa masih dipenuhi oleh gelombang ketidakpastian. Hubungannya dengan Nathaniel mengalami perubahan signifikan—mereka semakin sering bekerja bersama, berbagi ide, bahkan saling mendukung dalam menghadapi masa sulit. Namun, di balik semua itu, ada dinding tak kasat mata yang masih berdiri di antara mereka.Arissa menyadari bahwa dirinya tidak bisa sepenuhnya melepaskan ketakutan yang masih menghantui. Nathaniel adalah pria yang luar biasa, seseorang yang dengan sabar dan tulus ingin mendekatinya. Tapi bisakah ia benar-benar membiarkan dirinya jatuh terlalu dalam? Bagaimana jika semuanya berakhir dengan kekecewaan?Di dalam kantor Nathaniel, sore itu, mereka duduk berhadapan. Nathaniel sedang membaca laporan keuangan terbaru, sementara Arissa meninjau beberapa dokumen yang berkaitan dengan proyek baru perusahaan. Suasana di antara mereka terasa nyaman, namun juga penuh dengan sesuatu yang tak terucapkan.“Apa kau yakin tidak ingin pulang
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 78: Menyusuri Masa Lalu yang Terkunci

"Bagaimana kalau kita makan di tempat yang lebih tenang?" Nathaniel bertanya ketika mereka berdiri di dekat mobilnya.Arissa mengerutkan kening. "Makan malam? Hanya kita berdua?"Nathaniel tersenyum lembut. "Ya, hanya kita berdua. Aku ingin mengenalmu lebih jauh, Arissa. Tidak ada agenda tersembunyi, aku hanya ingin berbicara denganmu di luar suasana kantor."Arissa ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi jangan pilih tempat yang terlalu mewah. Aku lebih suka sesuatu yang sederhana."Nathaniel mengangguk setuju. "Aku tahu tempat yang sempurna."Mereka akhirnya tiba di sebuah restoran kecil dengan suasana hangat dan nyaman. Tempat itu bukan restoran mahal dengan pelayanan mewah, melainkan sebuah kedai yang terkenal dengan makanan rumahan yang lezat. Arissa langsung merasa lebih santai.Setelah mereka memesan makanan, Nathaniel menatap Arissa dengan penuh perhatian. "Aku menyadari satu hal," katanya perlahan. "Kita sering berbicara tentang pekerjaanku, tentang perusahaa
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 79: Ketakutan yang Masih Membayangi

Kedekatan antara Arissa dan Nathaniel semakin nyata dalam keseharian mereka. Setelah melewati berbagai konflik, baik dalam hubungan pribadi maupun masalah perusahaan, keduanya kini lebih sering menghabiskan waktu bersama, bukan hanya sebagai rekan kerja, tetapi juga sebagai dua insan yang saling memahami.Nathaniel mulai membiasakan diri untuk mengajak Arissa makan malam, berjalan-jalan di taman kota setelah seharian bekerja, atau sekadar menikmati kopi di sebuah kafe kecil yang memiliki suasana tenang. Awalnya, Arissa merasa canggung dengan kebiasaan baru ini. Ia bukan tipe wanita yang terbiasa diperhatikan dengan begitu hangat.Suatu sore, setelah mereka menyelesaikan rapat penting di kantor, Nathaniel mengajak Arissa berjalan-jalan di taman dekat pusat kota. Matahari mulai tenggelam, langit berubah warna menjadi oranye keemasan yang memancarkan kehangatan. Arissa merasa aneh ketika Nathaniel secara alami menyesuaikan langkahnya agar tetap sejajar dengannya."Kau tidak keberatan ber
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 80: Waktu dan Ruang untuk Hati yang Ragu

Nathaniel duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptopnya tanpa benar-benar membaca dokumen yang terbuka di depannya. Pikirannya tidak berada di sana. Ia masih memikirkan Arissa—tentang bagaimana ia bisa merasakan perubahan dalam hubungan mereka, tetapi juga menyadari ada sesuatu yang masih menghambat wanita itu untuk benar-benar membuka diri.Beberapa minggu terakhir, mereka semakin dekat, tetapi setiap kali Nathaniel merasa hubungan mereka hampir mencapai titik yang lebih dalam, Arissa selalu mundur. Ia tidak ingin menekan Arissa, tetapi di saat yang bersamaan, ia juga tidak ingin terus berada dalam ketidakpastian.Lila, yang kebetulan masuk ke ruangannya untuk menyerahkan beberapa berkas, memperhatikan ekspresi Nathaniel yang tampak jauh lebih serius dari biasanya."Kelihatannya ada yang mengganggu pikiranmu," kata Lila hati-hati.Nathaniel menghela napas dan menutup laptopnya. "Aku hanya berpikir tentang Arissa."Lila tersenyum tipis, lalu duduk di kursi di depan meja Nathaniel.
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more
PREV
1
...
678910
...
24
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status