Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 80: Waktu dan Ruang untuk Hati yang Ragu

Share

Bab 80: Waktu dan Ruang untuk Hati yang Ragu

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-02-23 23:07:42

Nathaniel duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptopnya tanpa benar-benar membaca dokumen yang terbuka di depannya. Pikirannya tidak berada di sana. Ia masih memikirkan Arissa—tentang bagaimana ia bisa merasakan perubahan dalam hubungan mereka, tetapi juga menyadari ada sesuatu yang masih menghambat wanita itu untuk benar-benar membuka diri.

Beberapa minggu terakhir, mereka semakin dekat, tetapi setiap kali Nathaniel merasa hubungan mereka hampir mencapai titik yang lebih dalam, Arissa selalu mundur. Ia tidak ingin menekan Arissa, tetapi di saat yang bersamaan, ia juga tidak ingin terus berada dalam ketidakpastian.

Lila, yang kebetulan masuk ke ruangannya untuk menyerahkan beberapa berkas, memperhatikan ekspresi Nathaniel yang tampak jauh lebih serius dari biasanya.

"Kelihatannya ada yang mengganggu pikiranmu," kata Lila hati-hati.

Nathaniel menghela napas dan menutup laptopnya. "Aku hanya berpikir tentang Arissa."

Lila tersenyum tipis, lalu duduk di kursi di depan meja Nathaniel.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 81: Pengkhianatan di Antara Keluarga

    Nathaniel duduk di kursi ruang rapat dengan rahang mengeras. Selama beberapa bulan terakhir, Markus Reinhardt telah menjadi ancaman besar bagi perusahaannya, tetapi kali ini, serangannya terasa lebih personal. Bukan hanya tentang bisnis, tapi juga tentang keluarganya.Ia menatap layar tablet yang ada di depannya, membaca ulang berita yang baru saja dirilis oleh salah satu media bisnis ternama. Berita itu tidak hanya menyoroti ketegangan antara perusahaan mereka, tetapi juga membeberkan detail tentang kehidupan pribadinya—termasuk beberapa skandal lama yang melibatkan keluarganya."Ini bukan kebetulan," gumamnya pelan.Lila, yang duduk di sampingnya, ikut membaca berita itu dan menghela napas panjang. "Sepertinya Markus benar-benar tidak akan berhenti sampai kau benar-benar hancur."Nathaniel mengangkat kepalanya, menatap Lila dengan ekspresi tajam. "Yang menjadi pertanyaanku sekarang adalah... bagaimana dia bisa mendapatkan informasi ini?"Lila menatapnya ragu. "Kau berpikir ada seseo

    Last Updated : 2025-02-23
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 82: Luka yang Mengoyak Kepercayaan

    Nathaniel menatap kosong ke luar jendela kantornya yang tinggi. Kota di bawahnya tampak hidup, kendaraan berlalu-lalang, lampu-lampu gedung menyala terang, dan hiruk-pikuk kesibukan terus berjalan seperti biasa. Namun, di dalam hatinya, kekacauan sedang menguasai segalanya.Ia baru saja mengalami pukulan yang lebih menyakitkan daripada serangan bisnis mana pun—pengkhianatan dari keluarganya sendiri.Pamannya, Victor Legrand, ternyata bukan satu-satunya yang terlibat dalam rencana jahat ini. Setelah menggali lebih dalam, ia menemukan bahwa beberapa anggota keluarganya yang lain juga memiliki andil dalam usaha menjatuhkannya.Nathaniel menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memijat pelipisnya.Selama ini, ia berusaha menjadi pewaris yang bertanggung jawab. Ia telah bekerja keras untuk mempertahankan perusahaan yang diwariskan kepadanya, melindungi warisan keluarganya, dan memastikan semuanya berjalan sesuai visi yang ia yakini. Namun, ternyata tidak semua orang menginginkan hal yang sama.M

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 83: Kepercayaan yang Mulai Tumbuh

    Malam semakin larut, tetapi lampu di kantor Nathaniel masih menyala terang. Ruangan itu sunyi kecuali suara lembaran dokumen yang dibolak-balik oleh Nathaniel dan suara jemari Arissa yang mengetik cepat di laptopnya.Mereka telah menghabiskan berjam-jam bersama, mencoba mencari celah untuk menghadapi serangan Markus Reinhardt yang semakin gencar. Nathaniel merasa sedikit lebih tenang karena kini ia tidak sendiri. Arissa ada di sampingnya, memberikan ide-ide yang tajam dan solusi yang selama ini tidak terpikirkan olehnya.Nathaniel melirik ke arah Arissa yang sedang serius menatap layar laptopnya. Rambutnya tergerai lembut, wajahnya terlihat fokus, dan ada cahaya tertentu di matanya saat ia bekerja."Apa yang kau temukan?" tanya Nathaniel sambil menyesap kopi yang sudah mulai dingin.Arissa menghela napas dan menoleh padanya. "Aku melihat pola dalam cara Markus menyerang bisnis kita. Ia tidak hanya menggunakan informasi yang ia curi, tetapi juga memanipulasi media dan pihak ketiga yang

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 84: Mengurai Perasaan yang Semakin Rumit

    Hari-hari berlalu dengan begitu cepat, tetapi bagi Nathaniel dan Arissa, setiap waktu yang mereka habiskan bersama terasa lebih bermakna. Kedekatan mereka semakin terasa, bukan hanya dalam urusan pekerjaan, tetapi juga dalam hal-hal pribadi yang selama ini jarang mereka bagi dengan orang lain.Nathaniel, yang sebelumnya selalu menjaga jarak dengan orang-orang karena pengkhianatan yang pernah ia alami, kini menemukan kenyamanan dalam keberadaan Arissa. Ia mulai lebih terbuka, menceritakan beban yang selama ini ia simpan sendiri—tentang keluarganya, tentang tekanan yang ia hadapi, dan bahkan tentang ketakutannya akan masa depan.Malam itu, mereka duduk berdua di ruang kerja Nathaniel setelah menyelesaikan laporan penting. Sebuah botol anggur telah terbuka di atas meja, memberikan sedikit kehangatan dalam percakapan mereka."Aku tidak pernah berpikir bahwa suatu hari aku akan berada dalam posisi ini," ujar Nathaniel, memainkan gelas anggurnya sambil menatap keluar jendela. "Dikhianati ol

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 85: Pengakuan di Balik Malam yang Panjang

    Malam di kantor Nathaniel terasa lebih sunyi dari biasanya. Cahaya lampu redup menerangi ruangan kerja yang dipenuhi tumpukan berkas dan dokumen yang baru saja mereka selesaikan. Arissa merasakan kelelahan menjalar di tubuhnya setelah seharian bekerja tanpa henti, tetapi ada sesuatu dalam suasana malam itu yang membuatnya enggan untuk segera pulang.Nathaniel duduk di seberang meja, mengamati layar laptopnya dengan mata yang terlihat letih. Kemejanya sedikit kusut, dan dasinya sudah lama ia lepaskan. Di antara kesibukan mereka menghadapi proyek besar yang baru saja selesai, ada ketegangan lain yang mengendap di antara mereka—sesuatu yang tak terucapkan, tetapi perlahan mulai terasa lebih nyata.Arissa menarik napas dalam-dalam, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang menggeliat dalam dirinya. Sejak beberapa waktu lalu, kedekatannya dengan Nathaniel semakin terasa berbeda. Mereka tidak hanya bekerja bersama, tetapi juga berbagi waktu lebih banyak, berbicara tentang hal-hal yang lebih pe

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 86: Bayangan Masa Lalu

    Arissa duduk di balkon apartemennya, menatap langit malam yang bertabur bintang. Angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, membawa aroma samar hujan yang baru saja reda. Ia memeluk lututnya sendiri, mencoba menenangkan gejolak dalam hatinya yang terus berkecamuk sejak Nathaniel mengungkapkan perasaannya malam itu.Ia menghela napas panjang, mencoba memilah pikirannya yang kusut. Di satu sisi, hatinya ingin merespons perasaan Nathaniel, ingin percaya bahwa hubungan mereka bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar rekan kerja atau teman. Namun, di sisi lain, bayangan masa lalunya terus menghantui, membisikkan ketakutan bahwa semua ini bisa berakhir dengan cara yang sama seperti sebelumnya—pengkhianatan, luka, dan kehancuran.Nathaniel adalah pria yang berbeda, itu yang selalu berusaha ia yakinkan pada dirinya sendiri. Nathaniel selalu menunjukkan kesabaran, perhatian, dan ketulusan yang sulit untuk diabaikan. Namun, semakin ia dekat dengan pria itu, semakin besar pula ketak

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 87: Aku ingin kita maju bersama

    Nathaniel mencoba memberi Arissa waktu dan ruang untuk berpikir, tetapi semakin hari, ia merasa frustrasi karena tidak tahu bagaimana cara meyakinkan Arissa bahwa perasaannya tulus. Ia telah melakukan berbagai cara untuk mendukung Arissa, namun perempuan itu tetap terlihat ragu untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan mereka.Sejak malam ketika Nathaniel mengungkapkan perasaannya, Arissa menjadi lebih pendiam. Ia tetap menjalankan tugasnya di klinik seperti biasa, tetapi sikapnya terhadap Nathaniel sedikit berubah. Ia tidak lagi menghindari tatapan pria itu, namun juga tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia siap menerima perasaannya. Hal ini membuat Nathaniel semakin tidak tenang.Nathaniel bukanlah tipe pria yang mudah menyerah. Ia telah melalui banyak tantangan dalam hidupnya, baik dalam bisnis maupun kehidupan pribadi. Namun, menghadapi Arissa yang terus menerus ragu, membuatnya merasa seperti menghadapi rintangan terbesar dalam hidupnya. Ia ingin Arissa tahu bahwa ia tidak akan m

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 88 : Memberikan Semangat dan Dukungan

    Nathaniel duduk di ruang kantornya dengan ekspresi wajah yang tegang. Tumpukan dokumen berserakan di meja, mencerminkan kekacauan yang tengah terjadi dalam hidupnya. Serangan dari Markus semakin menggila. Informasi-informasi yang tersebar di media dan dunia bisnis mengenai keluarganya telah mencoreng reputasinya secara signifikan. Beberapa klien yang awalnya setia mulai menarik diri, sementara para investor mulai meragukan posisinya sebagai pemimpin.Arissa mengetuk pintu sebelum masuk dengan hati-hati. Ia bisa melihat kelelahan yang terpancar dari wajah Nathaniel. Pria itu terlihat seakan memikul beban dunia di pundaknya. Tanpa berkata-kata, Arissa meletakkan secangkir kopi panas di meja Nathaniel.“Terima kasih,” gumam Nathaniel, suaranya terdengar serak.Arissa menarik kursi dan duduk di depannya. Ia bisa merasakan tekanan yang semakin berat di pundak Nathaniel. “Aku tahu ini berat untukmu. Tapi kau harus tetap fokus, Nathaniel. Kau tidak boleh membiarkan Mar

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 140 – Ancaman Terakhir dari Markus

    Malam yang sunyi terasa begitu menegangkan bagi Nathaniel dan Arissa. Mereka sudah melewati berbagai cobaan, dari pengkhianatan Damien hingga perjuangan melawan pengaruh Markus dalam bisnis mereka. Namun, semua itu belum berakhir. Markus, seperti ular berbisa yang terluka, tidak akan mundur begitu saja tanpa perlawanan terakhir.Berita tentang kebangkitan kembali perusahaan Nathaniel menyebar dengan cepat. Setelah pertemuan dengan para investor, kepercayaan terhadap kepemimpinan Nathaniel mulai pulih. Klien yang sempat ragu kini kembali menjalin kerja sama, dan perlahan tapi pasti, perusahaan yang hampir runtuh itu kembali berdiri kokoh.Namun, di sisi lain, Markus semakin terpojok. Semua rencananya untuk menjatuhkan Nathaniel berantakan. Sekutunya satu per satu meninggalkannya, dan kini ia hanya memiliki segelintir orang yang masih setia padanya.“Aku tidak akan membiarkan Nathaniel menang begitu saja,” gumam Markus dengan penuh kebencian saat ia duduk di ruang kantornya yang semakin

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 148 – Dukungan Tanpa Ragu

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak skandal yang mengguncang perusahaan Nathaniel. Banyak hal telah berubah, tetapi satu yang tetap konstan adalah keberadaan Arissa di sisinya.Nathaniel bukanlah pria yang mudah menunjukkan kelemahannya, tetapi setelah semua yang terjadi, ia belajar bahwa tidak semua beban harus ia pikul sendiri. Dan Arissa? Ia bukan hanya sekadar seseorang yang mengisi keheningan di saat Nathaniel termenung—ia adalah cahaya yang membimbingnya keluar dari kegelapan.Arissa menatap Nathaniel dari seberang meja kerja mereka. Selama beberapa minggu terakhir, ia semakin menyadari satu hal: hubungannya dengan Nathaniel bukan sekadar hubungan profesional atau bahkan sekadar perasaan suka yang samar. Ia benar-benar peduli pada pria itu, lebih dari yang pernah ia bayangkan.Ia melihat Nathaniel berusaha keras, bekerja siang dan malam, memperbaiki apa yang sempat hancur akibat pengkhianatan Damien. Tapi di balik sikapnya yang tegar, Arissa tahu bahwa Nathaniel masih menyimpan

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 138 – Bangkit dari Luka

    Langit pagi terlihat kelabu ketika Nathaniel berdiri di depan jendela kantornya, menatap kosong ke arah kota yang mulai sibuk dengan aktivitasnya. Sudah beberapa hari sejak Damien disingkirkan dari perusahaan, tetapi luka yang ditinggalkan masih menganga di hatinya.Tidak peduli seberapa besar ia mencoba menepis rasa sakit itu, kehilangan tetaplah kehilangan.Nathaniel selalu berpikir bahwa ia telah melalui banyak hal dalam hidupnya—tantangan bisnis, persaingan, bahkan pengkhianatan dari orang luar. Namun, tidak ada yang bisa mempersiapkannya untuk menghadapi pengkhianatan dari saudara kandungnya sendiri.Damien bukan hanya saudaranya. Ia adalah seseorang yang telah ia besarkan, seseorang yang ia lindungi dengan segenap hatinya. Tapi nyatanya, kepercayaan itu tidak cukup.Nathaniel mengepalkan tangannya. Ia bukan orang yang suka berlarut dalam kesedihan, tetapi kali ini berbeda. Ada bagian dari dirinya yang merasa hancur, seolah sesuatu yang penting telah diambil darinya.Pintu kantor

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 137 – Luka di Hati Nathaniel

    Ruangan itu terasa sunyi setelah kepergian Damien. Semua orang di dalamnya perlahan mulai kembali ke aktivitas masing-masing, tetapi bagi Nathaniel, dunia seakan berhenti.Ia berdiri di tengah ruangan, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja dilalui Damien. Ada sesuatu yang begitu pahit dalam keheningan ini—sebuah perasaan yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.Arissa memperhatikan Nathaniel dengan penuh kekhawatiran. Pria itu tampak begitu tenang di permukaan, tetapi ia tahu bahwa di dalam hatinya, Nathaniel sedang berjuang dengan emosi yang begitu rumit.Nathaniel telah memenangkan pertempuran ini. Ia telah berhasil melindungi perusahaan, mengungkap pengkhianatan, dan menyingkirkan ancaman dari dalam. Namun, mengapa ia tidak merasakan kelegaan?Seharusnya ia merasa puas. Seharusnya ia bisa merayakan keberhasilannya. Namun, yang ia rasakan hanyalah kehampaan.Nathaniel menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba meredakan ketegangan di dadanya. “Seh

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 144 – Kejatuhan Damien

    Langit di luar terlihat mendung, seolah mencerminkan ketegangan yang memenuhi ruang rapat utama perusahaan. Semua pemegang saham, dewan direksi, dan eksekutif utama sudah berkumpul, menanti pertemuan yang telah diumumkan secara mendadak oleh Nathaniel.Damien duduk di salah satu kursi panjang di dekat ujung meja. Raut wajahnya tetap tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas terlihat di matanya. Ia tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi, tapi ia masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya di balik sikap percaya diri yang dibuat-buat.Di sisi lain ruangan, Nathaniel berdiri tegap di depan layar presentasi, ekspresinya penuh ketegasan. Di sampingnya, Arissa duduk dengan berkas-berkas yang telah ia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Inilah saatnya untuk mengungkap segalanya.Nathaniel menarik napas dalam sebelum akhirnya berbicara dengan suara lantang.“Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk membahas masa depan perusahaan, tetapi juga untuk mengungkap sesuatu yang selama i

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 143 – Keberanian Arissa

    Ketegangan di ruangan itu begitu pekat hingga terasa menyesakkan. Arissa bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, tetapi ia menolak untuk mundur. Saat ini, Nathaniel membutuhkan keberaniannya lebih dari sebelumnya.Nathaniel berdiri tegap, tetapi Arissa tahu hatinya pasti berantakan. Menghadapi pengkhianatan dari saudaranya sendiri adalah luka yang jauh lebih dalam daripada sekadar pertempuran bisnis. Dan kini, ia harus menjadi orang yang mengungkap semuanya, meskipun itu berarti memperburuk hubungan Nathaniel dengan keluarganya sendiri.Arissa menarik napas dalam, menatap Damien yang masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Aku tidak ingin berada dalam situasi ini, Damien," katanya dengan suara tenang, tetapi tegas. "Aku lebih suka melihat kalian tetap menjadi saudara yang saling mendukung. Tapi setelah semua yang kau lakukan, aku tidak bisa diam saja."Damien mendengus. "Kau pikir kau siapa, Arissa? Ini bukan urusanmu.""Aku adalah seseorang yang pedu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 134 – Pertarungan Saudara

    Nathaniel dan Damien berdiri berhadapan, kedua pria itu saling menatap dengan sorot mata tajam yang penuh emosi.Tak ada lagi kehangatan di antara mereka. Tak ada lagi rasa persaudaraan yang dulu pernah mereka banggakan.Nathaniel mengepalkan tangannya erat. Ia tidak pernah menyangka bahwa hari di mana ia harus menghadapi Damien seperti ini akan tiba."Kau benar-benar sudah berubah," kata Nathaniel dengan suara berat, mencoba menekan amarah yang mendidih di dalam dirinya.Damien tertawa kecil, nada suaranya penuh sarkasme. "Aku tidak berubah, Nathaniel. Aku hanya akhirnya berhenti menjadi bayanganmu.""Tapi dengan cara seperti ini?" Nathaniel balas bertanya dengan nada tak percaya. "Mengkhianati keluarga? Bekerja sama dengan Markus, orang yang selama ini ingin menghancurkan kita?"Damien mendengus. "Keluarga? Kata itu tidak pernah berarti apa pun untukku. Keluarga yang mana? Keluarga yang selalu mengutamakanmu? Keluarga yang hanya melihatku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 133 – Konfrontasi Dua Saudara

    Ruangan terasa begitu sunyi meskipun ketegangan memenuhi udara. Nathaniel berdiri tegak di depan Damien, menatap langsung ke mata lelaki yang selama ini ia anggap sebagai saudara kandungnya. Wajahnya tidak menunjukkan amarah yang meledak-ledak, tetapi dingin, tajam, dan penuh kekecewaan.Damien, di sisi lain, terlihat lebih santai. Ia bersandar pada kursinya dengan tangan terlipat di dada, seolah tidak terpengaruh oleh tatapan menusuk Nathaniel. Namun, matanya mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan—campuran antara kebencian, kelelahan, dan sedikit rasa bersalah.Mereka telah menghindari konfrontasi ini cukup lama. Tapi malam ini, semuanya harus diselesaikan."Apa yang kau inginkan, Damien?" suara Nathaniel terdengar tenang, tetapi dingin.Damien mengangkat bahu. "Akhirnya kau memutuskan untuk bertanya." Ia terkekeh kecil sebelum melanjutkan, "Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Apa yang kau inginkan, Nathaniel? Kau sudah memiliki segalanya—kekuasaan,

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 132 – Luka yang Tak Terhindarkan

    Nathaniel duduk di ruang kerjanya, menatap kosong ke luar jendela. Malam telah larut, tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian yang baru saja terjadi. Pengkhianatan Damien bukan hanya menghancurkan kepercayaannya, tetapi juga merobek bagian terdalam dari hatinya.Saudara kandungnya sendiri.Orang yang selama ini ia lindungi.Orang yang selalu ia anggap sebagai keluarga—ternyata menikamnya dari belakang tanpa ragu.Tangannya mengepal di atas meja, buku-buku jarinya memutih karena tekanan yang ia berikan. Emosi dalam dirinya bergejolak seperti badai yang siap menghancurkan segalanya. Ia ingin marah, ingin berteriak, ingin menghancurkan sesuatu. Tetapi di saat yang bersamaan, ada rasa hampa yang begitu dalam, seolah-olah seluruh dunia di sekitarnya kehilangan warnanya.Arissa berdiri di ambang pintu, memperhatikan Nathaniel dalam keheningan. Ia tahu bahwa pria itu sedang berada di titik terendahnya saat ini. Luka karena dikhi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status