Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 75: Keputusan yang Berat

Share

Bab 75: Keputusan yang Berat

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-02-21 22:57:21

Suasana di kantor Nathaniel terasa tegang pagi itu. Semua staf bisa merasakan perubahan atmosfer yang berbeda. Bisikan-bisikan mulai terdengar di antara para karyawan saat mereka melihat Nathaniel berjalan tegap menuju ruang rapat dengan ekspresi dingin dan tatapan tajam.

Arissa berdiri di dekat pintu kantornya, memperhatikan sosok Nathaniel yang tampak tegar namun jelas terbebani oleh keputusan yang akan diambilnya. Ia tahu betapa sulitnya ini bagi Nathaniel. Vanessa bukan hanya sekadar karyawan, tapi seseorang yang sudah bertahun-tahun berada di sisinya, membantu mengembangkan perusahaan hingga sebesar sekarang.

Namun, dengan bukti-bukti yang telah ditemukan, tidak ada lagi keraguan. Vanessa tidak hanya berkhianat secara profesional, tetapi juga mencoba menghancurkan hubungan pribadi Nathaniel dengan menyebarkan kebohongan yang merusak kepercayaannya pada Arissa. Semua ini direncanakan dengan licik dan penuh perhitungan.

Nathaniel berdiri di depan jendela besar ruang rapat, memandan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 76: Gejolak Setelah Pemecatan

    Pemecatan Vanessa membawa gelombang kejut ke seluruh perusahaan. Kabar mengenai kepergiannya dengan cepat menyebar, membuat sebagian besar karyawan terkejut dan tak sedikit yang merasa lega. Namun, ada juga yang masih mempertanyakan keputusan tersebut, terutama mereka yang selama ini menganggap Vanessa sebagai sosok yang berpengaruh dan loyal kepada perusahaan.Nathaniel duduk di kantornya, menatap laporan-laporan yang bertumpuk di meja. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian sebelumnya. Meskipun pemecatan Vanessa adalah keputusan yang harus diambil, ia tidak bisa menepis rasa bersalah yang mulai menyelinap ke dalam hatinya. Bagaimanapun juga, Vanessa telah bekerja bersamanya selama bertahun-tahun. Kepercayaannya yang buta selama ini telah membuatnya gagal melihat pengkhianatan yang ada di depan mata.Arissa masuk ke dalam kantor dengan membawa secangkir kopi. “Kau butuh ini,” katanya lembut sambil meletakkan cangkir itu di meja Nathaniel.Nathaniel menoleh dan tersenyum tipis. “Teri

    Last Updated : 2025-02-22
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 77: Menghadapi Jarak yang Tak Terlihat

    Meskipun badai di perusahaan mulai mereda, hati Arissa masih dipenuhi oleh gelombang ketidakpastian. Hubungannya dengan Nathaniel mengalami perubahan signifikan—mereka semakin sering bekerja bersama, berbagi ide, bahkan saling mendukung dalam menghadapi masa sulit. Namun, di balik semua itu, ada dinding tak kasat mata yang masih berdiri di antara mereka.Arissa menyadari bahwa dirinya tidak bisa sepenuhnya melepaskan ketakutan yang masih menghantui. Nathaniel adalah pria yang luar biasa, seseorang yang dengan sabar dan tulus ingin mendekatinya. Tapi bisakah ia benar-benar membiarkan dirinya jatuh terlalu dalam? Bagaimana jika semuanya berakhir dengan kekecewaan?Di dalam kantor Nathaniel, sore itu, mereka duduk berhadapan. Nathaniel sedang membaca laporan keuangan terbaru, sementara Arissa meninjau beberapa dokumen yang berkaitan dengan proyek baru perusahaan. Suasana di antara mereka terasa nyaman, namun juga penuh dengan sesuatu yang tak terucapkan.“Apa kau yakin tidak ingin pulang

    Last Updated : 2025-02-22
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 78: Menyusuri Masa Lalu yang Terkunci

    "Bagaimana kalau kita makan di tempat yang lebih tenang?" Nathaniel bertanya ketika mereka berdiri di dekat mobilnya.Arissa mengerutkan kening. "Makan malam? Hanya kita berdua?"Nathaniel tersenyum lembut. "Ya, hanya kita berdua. Aku ingin mengenalmu lebih jauh, Arissa. Tidak ada agenda tersembunyi, aku hanya ingin berbicara denganmu di luar suasana kantor."Arissa ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi jangan pilih tempat yang terlalu mewah. Aku lebih suka sesuatu yang sederhana."Nathaniel mengangguk setuju. "Aku tahu tempat yang sempurna."Mereka akhirnya tiba di sebuah restoran kecil dengan suasana hangat dan nyaman. Tempat itu bukan restoran mahal dengan pelayanan mewah, melainkan sebuah kedai yang terkenal dengan makanan rumahan yang lezat. Arissa langsung merasa lebih santai.Setelah mereka memesan makanan, Nathaniel menatap Arissa dengan penuh perhatian. "Aku menyadari satu hal," katanya perlahan. "Kita sering berbicara tentang pekerjaanku, tentang perusahaa

    Last Updated : 2025-02-22
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 79: Ketakutan yang Masih Membayangi

    Kedekatan antara Arissa dan Nathaniel semakin nyata dalam keseharian mereka. Setelah melewati berbagai konflik, baik dalam hubungan pribadi maupun masalah perusahaan, keduanya kini lebih sering menghabiskan waktu bersama, bukan hanya sebagai rekan kerja, tetapi juga sebagai dua insan yang saling memahami.Nathaniel mulai membiasakan diri untuk mengajak Arissa makan malam, berjalan-jalan di taman kota setelah seharian bekerja, atau sekadar menikmati kopi di sebuah kafe kecil yang memiliki suasana tenang. Awalnya, Arissa merasa canggung dengan kebiasaan baru ini. Ia bukan tipe wanita yang terbiasa diperhatikan dengan begitu hangat.Suatu sore, setelah mereka menyelesaikan rapat penting di kantor, Nathaniel mengajak Arissa berjalan-jalan di taman dekat pusat kota. Matahari mulai tenggelam, langit berubah warna menjadi oranye keemasan yang memancarkan kehangatan. Arissa merasa aneh ketika Nathaniel secara alami menyesuaikan langkahnya agar tetap sejajar dengannya."Kau tidak keberatan ber

    Last Updated : 2025-02-23
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 80: Waktu dan Ruang untuk Hati yang Ragu

    Nathaniel duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptopnya tanpa benar-benar membaca dokumen yang terbuka di depannya. Pikirannya tidak berada di sana. Ia masih memikirkan Arissa—tentang bagaimana ia bisa merasakan perubahan dalam hubungan mereka, tetapi juga menyadari ada sesuatu yang masih menghambat wanita itu untuk benar-benar membuka diri.Beberapa minggu terakhir, mereka semakin dekat, tetapi setiap kali Nathaniel merasa hubungan mereka hampir mencapai titik yang lebih dalam, Arissa selalu mundur. Ia tidak ingin menekan Arissa, tetapi di saat yang bersamaan, ia juga tidak ingin terus berada dalam ketidakpastian.Lila, yang kebetulan masuk ke ruangannya untuk menyerahkan beberapa berkas, memperhatikan ekspresi Nathaniel yang tampak jauh lebih serius dari biasanya."Kelihatannya ada yang mengganggu pikiranmu," kata Lila hati-hati.Nathaniel menghela napas dan menutup laptopnya. "Aku hanya berpikir tentang Arissa."Lila tersenyum tipis, lalu duduk di kursi di depan meja Nathaniel.

    Last Updated : 2025-02-23
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 81: Pengkhianatan di Antara Keluarga

    Nathaniel duduk di kursi ruang rapat dengan rahang mengeras. Selama beberapa bulan terakhir, Markus Reinhardt telah menjadi ancaman besar bagi perusahaannya, tetapi kali ini, serangannya terasa lebih personal. Bukan hanya tentang bisnis, tapi juga tentang keluarganya.Ia menatap layar tablet yang ada di depannya, membaca ulang berita yang baru saja dirilis oleh salah satu media bisnis ternama. Berita itu tidak hanya menyoroti ketegangan antara perusahaan mereka, tetapi juga membeberkan detail tentang kehidupan pribadinya—termasuk beberapa skandal lama yang melibatkan keluarganya."Ini bukan kebetulan," gumamnya pelan.Lila, yang duduk di sampingnya, ikut membaca berita itu dan menghela napas panjang. "Sepertinya Markus benar-benar tidak akan berhenti sampai kau benar-benar hancur."Nathaniel mengangkat kepalanya, menatap Lila dengan ekspresi tajam. "Yang menjadi pertanyaanku sekarang adalah... bagaimana dia bisa mendapatkan informasi ini?"Lila menatapnya ragu. "Kau berpikir ada seseo

    Last Updated : 2025-02-23
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 82: Luka yang Mengoyak Kepercayaan

    Nathaniel menatap kosong ke luar jendela kantornya yang tinggi. Kota di bawahnya tampak hidup, kendaraan berlalu-lalang, lampu-lampu gedung menyala terang, dan hiruk-pikuk kesibukan terus berjalan seperti biasa. Namun, di dalam hatinya, kekacauan sedang menguasai segalanya.Ia baru saja mengalami pukulan yang lebih menyakitkan daripada serangan bisnis mana pun—pengkhianatan dari keluarganya sendiri.Pamannya, Victor Legrand, ternyata bukan satu-satunya yang terlibat dalam rencana jahat ini. Setelah menggali lebih dalam, ia menemukan bahwa beberapa anggota keluarganya yang lain juga memiliki andil dalam usaha menjatuhkannya.Nathaniel menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memijat pelipisnya.Selama ini, ia berusaha menjadi pewaris yang bertanggung jawab. Ia telah bekerja keras untuk mempertahankan perusahaan yang diwariskan kepadanya, melindungi warisan keluarganya, dan memastikan semuanya berjalan sesuai visi yang ia yakini. Namun, ternyata tidak semua orang menginginkan hal yang sama.M

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 83: Kepercayaan yang Mulai Tumbuh

    Malam semakin larut, tetapi lampu di kantor Nathaniel masih menyala terang. Ruangan itu sunyi kecuali suara lembaran dokumen yang dibolak-balik oleh Nathaniel dan suara jemari Arissa yang mengetik cepat di laptopnya.Mereka telah menghabiskan berjam-jam bersama, mencoba mencari celah untuk menghadapi serangan Markus Reinhardt yang semakin gencar. Nathaniel merasa sedikit lebih tenang karena kini ia tidak sendiri. Arissa ada di sampingnya, memberikan ide-ide yang tajam dan solusi yang selama ini tidak terpikirkan olehnya.Nathaniel melirik ke arah Arissa yang sedang serius menatap layar laptopnya. Rambutnya tergerai lembut, wajahnya terlihat fokus, dan ada cahaya tertentu di matanya saat ia bekerja."Apa yang kau temukan?" tanya Nathaniel sambil menyesap kopi yang sudah mulai dingin.Arissa menghela napas dan menoleh padanya. "Aku melihat pola dalam cara Markus menyerang bisnis kita. Ia tidak hanya menggunakan informasi yang ia curi, tetapi juga memanipulasi media dan pihak ketiga yang

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 140 – Ancaman Terakhir dari Markus

    Malam yang sunyi terasa begitu menegangkan bagi Nathaniel dan Arissa. Mereka sudah melewati berbagai cobaan, dari pengkhianatan Damien hingga perjuangan melawan pengaruh Markus dalam bisnis mereka. Namun, semua itu belum berakhir. Markus, seperti ular berbisa yang terluka, tidak akan mundur begitu saja tanpa perlawanan terakhir.Berita tentang kebangkitan kembali perusahaan Nathaniel menyebar dengan cepat. Setelah pertemuan dengan para investor, kepercayaan terhadap kepemimpinan Nathaniel mulai pulih. Klien yang sempat ragu kini kembali menjalin kerja sama, dan perlahan tapi pasti, perusahaan yang hampir runtuh itu kembali berdiri kokoh.Namun, di sisi lain, Markus semakin terpojok. Semua rencananya untuk menjatuhkan Nathaniel berantakan. Sekutunya satu per satu meninggalkannya, dan kini ia hanya memiliki segelintir orang yang masih setia padanya.“Aku tidak akan membiarkan Nathaniel menang begitu saja,” gumam Markus dengan penuh kebencian saat ia duduk di ruang kantornya yang semakin

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 148 – Dukungan Tanpa Ragu

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak skandal yang mengguncang perusahaan Nathaniel. Banyak hal telah berubah, tetapi satu yang tetap konstan adalah keberadaan Arissa di sisinya.Nathaniel bukanlah pria yang mudah menunjukkan kelemahannya, tetapi setelah semua yang terjadi, ia belajar bahwa tidak semua beban harus ia pikul sendiri. Dan Arissa? Ia bukan hanya sekadar seseorang yang mengisi keheningan di saat Nathaniel termenung—ia adalah cahaya yang membimbingnya keluar dari kegelapan.Arissa menatap Nathaniel dari seberang meja kerja mereka. Selama beberapa minggu terakhir, ia semakin menyadari satu hal: hubungannya dengan Nathaniel bukan sekadar hubungan profesional atau bahkan sekadar perasaan suka yang samar. Ia benar-benar peduli pada pria itu, lebih dari yang pernah ia bayangkan.Ia melihat Nathaniel berusaha keras, bekerja siang dan malam, memperbaiki apa yang sempat hancur akibat pengkhianatan Damien. Tapi di balik sikapnya yang tegar, Arissa tahu bahwa Nathaniel masih menyimpan

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 138 – Bangkit dari Luka

    Langit pagi terlihat kelabu ketika Nathaniel berdiri di depan jendela kantornya, menatap kosong ke arah kota yang mulai sibuk dengan aktivitasnya. Sudah beberapa hari sejak Damien disingkirkan dari perusahaan, tetapi luka yang ditinggalkan masih menganga di hatinya.Tidak peduli seberapa besar ia mencoba menepis rasa sakit itu, kehilangan tetaplah kehilangan.Nathaniel selalu berpikir bahwa ia telah melalui banyak hal dalam hidupnya—tantangan bisnis, persaingan, bahkan pengkhianatan dari orang luar. Namun, tidak ada yang bisa mempersiapkannya untuk menghadapi pengkhianatan dari saudara kandungnya sendiri.Damien bukan hanya saudaranya. Ia adalah seseorang yang telah ia besarkan, seseorang yang ia lindungi dengan segenap hatinya. Tapi nyatanya, kepercayaan itu tidak cukup.Nathaniel mengepalkan tangannya. Ia bukan orang yang suka berlarut dalam kesedihan, tetapi kali ini berbeda. Ada bagian dari dirinya yang merasa hancur, seolah sesuatu yang penting telah diambil darinya.Pintu kantor

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 137 – Luka di Hati Nathaniel

    Ruangan itu terasa sunyi setelah kepergian Damien. Semua orang di dalamnya perlahan mulai kembali ke aktivitas masing-masing, tetapi bagi Nathaniel, dunia seakan berhenti.Ia berdiri di tengah ruangan, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja dilalui Damien. Ada sesuatu yang begitu pahit dalam keheningan ini—sebuah perasaan yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.Arissa memperhatikan Nathaniel dengan penuh kekhawatiran. Pria itu tampak begitu tenang di permukaan, tetapi ia tahu bahwa di dalam hatinya, Nathaniel sedang berjuang dengan emosi yang begitu rumit.Nathaniel telah memenangkan pertempuran ini. Ia telah berhasil melindungi perusahaan, mengungkap pengkhianatan, dan menyingkirkan ancaman dari dalam. Namun, mengapa ia tidak merasakan kelegaan?Seharusnya ia merasa puas. Seharusnya ia bisa merayakan keberhasilannya. Namun, yang ia rasakan hanyalah kehampaan.Nathaniel menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba meredakan ketegangan di dadanya. “Seh

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 144 – Kejatuhan Damien

    Langit di luar terlihat mendung, seolah mencerminkan ketegangan yang memenuhi ruang rapat utama perusahaan. Semua pemegang saham, dewan direksi, dan eksekutif utama sudah berkumpul, menanti pertemuan yang telah diumumkan secara mendadak oleh Nathaniel.Damien duduk di salah satu kursi panjang di dekat ujung meja. Raut wajahnya tetap tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas terlihat di matanya. Ia tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi, tapi ia masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya di balik sikap percaya diri yang dibuat-buat.Di sisi lain ruangan, Nathaniel berdiri tegap di depan layar presentasi, ekspresinya penuh ketegasan. Di sampingnya, Arissa duduk dengan berkas-berkas yang telah ia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Inilah saatnya untuk mengungkap segalanya.Nathaniel menarik napas dalam sebelum akhirnya berbicara dengan suara lantang.“Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk membahas masa depan perusahaan, tetapi juga untuk mengungkap sesuatu yang selama i

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 143 – Keberanian Arissa

    Ketegangan di ruangan itu begitu pekat hingga terasa menyesakkan. Arissa bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, tetapi ia menolak untuk mundur. Saat ini, Nathaniel membutuhkan keberaniannya lebih dari sebelumnya.Nathaniel berdiri tegap, tetapi Arissa tahu hatinya pasti berantakan. Menghadapi pengkhianatan dari saudaranya sendiri adalah luka yang jauh lebih dalam daripada sekadar pertempuran bisnis. Dan kini, ia harus menjadi orang yang mengungkap semuanya, meskipun itu berarti memperburuk hubungan Nathaniel dengan keluarganya sendiri.Arissa menarik napas dalam, menatap Damien yang masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Aku tidak ingin berada dalam situasi ini, Damien," katanya dengan suara tenang, tetapi tegas. "Aku lebih suka melihat kalian tetap menjadi saudara yang saling mendukung. Tapi setelah semua yang kau lakukan, aku tidak bisa diam saja."Damien mendengus. "Kau pikir kau siapa, Arissa? Ini bukan urusanmu.""Aku adalah seseorang yang pedu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 134 – Pertarungan Saudara

    Nathaniel dan Damien berdiri berhadapan, kedua pria itu saling menatap dengan sorot mata tajam yang penuh emosi.Tak ada lagi kehangatan di antara mereka. Tak ada lagi rasa persaudaraan yang dulu pernah mereka banggakan.Nathaniel mengepalkan tangannya erat. Ia tidak pernah menyangka bahwa hari di mana ia harus menghadapi Damien seperti ini akan tiba."Kau benar-benar sudah berubah," kata Nathaniel dengan suara berat, mencoba menekan amarah yang mendidih di dalam dirinya.Damien tertawa kecil, nada suaranya penuh sarkasme. "Aku tidak berubah, Nathaniel. Aku hanya akhirnya berhenti menjadi bayanganmu.""Tapi dengan cara seperti ini?" Nathaniel balas bertanya dengan nada tak percaya. "Mengkhianati keluarga? Bekerja sama dengan Markus, orang yang selama ini ingin menghancurkan kita?"Damien mendengus. "Keluarga? Kata itu tidak pernah berarti apa pun untukku. Keluarga yang mana? Keluarga yang selalu mengutamakanmu? Keluarga yang hanya melihatku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 133 – Konfrontasi Dua Saudara

    Ruangan terasa begitu sunyi meskipun ketegangan memenuhi udara. Nathaniel berdiri tegak di depan Damien, menatap langsung ke mata lelaki yang selama ini ia anggap sebagai saudara kandungnya. Wajahnya tidak menunjukkan amarah yang meledak-ledak, tetapi dingin, tajam, dan penuh kekecewaan.Damien, di sisi lain, terlihat lebih santai. Ia bersandar pada kursinya dengan tangan terlipat di dada, seolah tidak terpengaruh oleh tatapan menusuk Nathaniel. Namun, matanya mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan—campuran antara kebencian, kelelahan, dan sedikit rasa bersalah.Mereka telah menghindari konfrontasi ini cukup lama. Tapi malam ini, semuanya harus diselesaikan."Apa yang kau inginkan, Damien?" suara Nathaniel terdengar tenang, tetapi dingin.Damien mengangkat bahu. "Akhirnya kau memutuskan untuk bertanya." Ia terkekeh kecil sebelum melanjutkan, "Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Apa yang kau inginkan, Nathaniel? Kau sudah memiliki segalanya—kekuasaan,

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 132 – Luka yang Tak Terhindarkan

    Nathaniel duduk di ruang kerjanya, menatap kosong ke luar jendela. Malam telah larut, tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian yang baru saja terjadi. Pengkhianatan Damien bukan hanya menghancurkan kepercayaannya, tetapi juga merobek bagian terdalam dari hatinya.Saudara kandungnya sendiri.Orang yang selama ini ia lindungi.Orang yang selalu ia anggap sebagai keluarga—ternyata menikamnya dari belakang tanpa ragu.Tangannya mengepal di atas meja, buku-buku jarinya memutih karena tekanan yang ia berikan. Emosi dalam dirinya bergejolak seperti badai yang siap menghancurkan segalanya. Ia ingin marah, ingin berteriak, ingin menghancurkan sesuatu. Tetapi di saat yang bersamaan, ada rasa hampa yang begitu dalam, seolah-olah seluruh dunia di sekitarnya kehilangan warnanya.Arissa berdiri di ambang pintu, memperhatikan Nathaniel dalam keheningan. Ia tahu bahwa pria itu sedang berada di titik terendahnya saat ini. Luka karena dikhi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status