Malam itu, di balkon apartemen Nathaniel yang menghadap ke kota yang berkilauan, Arissa duduk dengan tangan yang saling menggenggam di pangkuannya. Hawa malam yang sejuk membawa aroma hujan yang tertinggal dari sore tadi, menambah suasana tenang yang mengelilingi mereka. Namun, dalam hati Arissa, badai masih berkecamuk.Nathaniel duduk di sebelahnya, memperhatikannya dengan tatapan yang penuh kesabaran. Sejak pernyataan cintanya malam sebelumnya, ia tidak mendesak Arissa untuk segera menjawab. Ia tahu bahwa wanita itu masih berjuang dengan ketakutannya sendiri.Akhirnya, setelah keheningan yang panjang, Arissa menghela napas dalam-dalam sebelum berkata, “Nathaniel, aku ingin percaya padamu. Aku ingin percaya bahwa kita bisa memiliki sesuatu yang nyata. Tapi... aku tidak bisa mengabaikan rasa takut yang terus menghantuiku.”Nathaniel mengernyit, tidak sepenuhnya terkejut dengan kata-kata Arissa, tetapi tetap merasa sedih mendengarnya. “Aku tidak akan memaksamu, Arissa. Aku hanya ingin
Terakhir Diperbarui : 2025-02-27 Baca selengkapnya