Semua Bab Pijatan Nikmat Sang CEO: Bab 91 - Bab 100

241 Bab

Bab 91: aku tidak ingin kehilanganmu

Malam itu, di balkon apartemen Nathaniel yang menghadap ke kota yang berkilauan, Arissa duduk dengan tangan yang saling menggenggam di pangkuannya. Hawa malam yang sejuk membawa aroma hujan yang tertinggal dari sore tadi, menambah suasana tenang yang mengelilingi mereka. Namun, dalam hati Arissa, badai masih berkecamuk.Nathaniel duduk di sebelahnya, memperhatikannya dengan tatapan yang penuh kesabaran. Sejak pernyataan cintanya malam sebelumnya, ia tidak mendesak Arissa untuk segera menjawab. Ia tahu bahwa wanita itu masih berjuang dengan ketakutannya sendiri.Akhirnya, setelah keheningan yang panjang, Arissa menghela napas dalam-dalam sebelum berkata, “Nathaniel, aku ingin percaya padamu. Aku ingin percaya bahwa kita bisa memiliki sesuatu yang nyata. Tapi... aku tidak bisa mengabaikan rasa takut yang terus menghantuiku.”Nathaniel mengernyit, tidak sepenuhnya terkejut dengan kata-kata Arissa, tetapi tetap merasa sedih mendengarnya. “Aku tidak akan memaksamu, Arissa. Aku hanya ingin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 92: Terus Berjuang untuk Mendapatkan Kepercayaan

Nathaniel duduk di seberang Arissa, matanya menatapnya dengan penuh ketulusan. Mereka berada di sebuah kafe kecil yang terletak di pinggir kota, tempat yang cukup tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kehidupan bisnis mereka. Aroma kopi yang menguar di udara terasa menenangkan, tetapi hati Arissa masih dipenuhi keraguan dan ketakutan."Aku tidak akan memaksamu, Arissa," kata Nathaniel dengan suara yang lembut namun tegas. "Aku tahu kau masih memiliki luka di masa lalu, dan aku tidak akan mencoba menghapusnya secara paksa. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku di sini, dan aku akan tetap berjuang untuk mendapatkan kepercayaanmu."Arissa mengalihkan pandangannya ke luar jendela, memperhatikan lampu-lampu jalan yang mulai menyala saat senja merayap masuk. Kata-kata Nathaniel menyentuh hatinya, tetapi ketakutan itu masih ada. Ia sudah terlalu sering dikecewakan, dan bayangan masa lalu masih menghantuinya. Bagaimana jika Nathaniel juga hanya sementara? Bagaimana jika ia akhirnya pergi dan meninggal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 93: Terancam Kehilangan Segalanya

Masalah keluarga Nathaniel semakin memburuk. Informasi yang disebarkan oleh Markus Reinhardt semakin menekan kredibilitasnya di dunia bisnis. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah pengkhianatan yang datang dari dalam keluarganya sendiri. Beberapa anggota keluarganya yang selama ini terlihat netral ternyata memiliki kepentingan tersembunyi dan mulai memperkeruh situasi. Mereka tidak hanya menjalin hubungan bisnis dengan Markus, tetapi juga diam-diam membocorkan informasi internal perusahaan demi keuntungan pribadi.Nathaniel merasa kewalahan. Perusahaannya berada di ambang krisis, dan setiap keputusan yang diambil seolah selalu menjadi bumerang. Ia mencoba mencari solusi terbaik, tetapi semakin banyak hambatan yang muncul. Beberapa investor mulai menarik diri, proyek-proyek besar terancam gagal, dan tekanan dari media semakin meningkat. Seolah-olah, seluruh dunia berkonspirasi untuk menjatuhkannya.Di tengah kekacauan ini, hanya ada satu orang yang selalu berada di sisinya—Arissa. M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 94: Dibayangi Ketakutan Masa Lalun

Arissa mengamati Nathaniel yang duduk di belakang meja kerjanya, ekspresi wajahnya menunjukkan beban berat yang tengah ia pikul. Mata pria itu memancarkan kelelahan, namun ia tetap berusaha menjaga ketegaran. Setiap kali Arissa melihat Nathaniel seperti ini, hatinya terasa semakin terikat pada pria itu, meskipun ia masih enggan mengakuinya sepenuhnya.Situasi semakin buruk bagi Nathaniel. Masalah keluarganya tidak hanya berpengaruh terhadap bisnis, tetapi juga merusak hubungan profesionalnya dengan beberapa mitra utama. Saudara tirinya, Richard, tampaknya terus-menerus menyabotase langkah Nathaniel, menggunakan koneksi lamanya untuk menanamkan keraguan di benak para investor dan pemegang saham.Nathaniel menekan jemarinya ke pelipis, mencoba meredakan rasa sakit kepala yang terus menghantuinya. "Aku tidak menyangka keluargaku sendiri akan berusaha menjatuhkanku," katanya pelan, suaranya nyaris berbisik.Arissa berdiri di dekat meja, ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara, "Nathaniel.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 95: Pergolakan Batin

Pertemuan dengan mitra bisnis yang selama ini diragukan akhirnya membuahkan hasil positif. Nathaniel berhasil meyakinkan para pemegang saham bahwa perusahaannya masih berada dalam kendali yang aman, meskipun ada berbagai serangan dari Markus dan keluarganya sendiri. Ini adalah kemenangan kecil, tetapi sangat berarti di tengah tekanan yang semakin besar.Arissa berdiri di dekat jendela kantor Nathaniel, melihat pemandangan kota yang berkilauan di bawah cahaya lampu malam. Hatinya terasa lebih ringan setelah melihat bagaimana Nathaniel berhasil menghadapi krisis ini dengan tenang dan penuh strategi. Ia merasa bangga, bukan hanya pada Nathaniel, tetapi juga pada dirinya sendiri.Ia telah banyak berkontribusi dalam keberhasilan ini—membantu Nathaniel menganalisis strategi lawan, mengatur ulang komunikasi dengan investor, serta memastikan bahwa perusahaan tetap berjalan dengan stabil. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Arissa merasa bahwa ia bisa mempercayai seseorang lagi.Namun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 96: Ketulusan yang Tak Terbantahkan

Nathaniel tidak pernah tergesa-gesa dalam mencintai Arissa. Ia tahu bahwa luka yang dihadapi wanita itu bukanlah sesuatu yang bisa sembuh dalam semalam. Ia bisa merasakan betapa Arissa berjuang untuk membiarkan dirinya percaya lagi, tetapi di saat yang sama, rasa takut dalam dirinya masih menjadi tembok yang sulit ditembus.Namun, Nathaniel bukan pria yang mudah menyerah. Ia memilih untuk tetap berada di sisinya, tidak dengan desakan atau paksaan, melainkan dengan ketulusan yang perlahan-lahan mulai menggoyahkan ketakutan Arissa.Malam itu, setelah seharian bekerja keras, mereka berdua akhirnya mengambil waktu untuk beristirahat sejenak. Nathaniel mengajak Arissa ke sebuah restoran kecil di pinggir kota, jauh dari sorotan publik dan suasana bisnis yang penuh tekanan.“Tempat ini memang sederhana,” kata Nathaniel sambil menarik kursi untuknya, “tapi aku pikir kau akan menyukainya.”Arissa melihat sekeliling. Restoran itu memiliki suasana yang hangat, dengan lampu kuning redup dan musik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 97: Konfrontasi dan Keberanian

Nathaniel duduk di ruang kerjanya dengan wajah yang tegang. Tangannya mengepal di atas meja, matanya menatap layar komputer yang penuh dengan dokumen-dokumen terkait bisnis keluarganya. Sejak informasi yang diberikan Markus mulai menyebar, reputasinya terguncang. Namun, lebih dari itu, ia merasa dikhianati oleh keluarganya sendiri.Ia tidak bisa mengabaikan masalah ini lebih lama. Jika ia ingin mempertahankan perusahaan yang telah dibangun dengan kerja keras, ia harus menghadapi mereka secara langsung. Tidak ada jalan lain.Arissa memperhatikan dari sudut ruangan, melihat ekspresi Nathaniel yang penuh tekanan. Ia tahu betapa sulitnya situasi ini baginya. Dikhianati oleh keluarga sendiri bukanlah sesuatu yang mudah diterima, apalagi saat pengkhianatan itu berpotensi menghancurkan segalanya.“Kau sudah memutuskan apa yang akan kau lakukan?” tanya Arissa pelan, menghampiri meja Nathaniel.Nathaniel menghela napas panjang sebelum mengangguk. &ldqu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 98: Hati yang Mulai Terbuka

 Malam itu, suasana terasa begitu tenang. Langit yang biasanya dipenuhi gemerlap bintang kini tertutup awan tipis, meninggalkan cahaya bulan redup yang menyelimuti kota. Nathaniel dan Arissa duduk di balkon apartemen Nathaniel, menikmati keheningan setelah hari yang panjang dan melelahkan.Mereka tidak berbicara untuk beberapa saat, hanya duduk berdampingan, ditemani secangkir teh hangat di tangan masing-masing. Nathaniel menoleh ke arah Arissa, memperhatikannya dalam diam. Ia bisa melihat cahaya lampu kota yang memantul di mata wanita itu, menciptakan kilau yang lembut.“Kau kelihatan begitu tenang malam ini,” ujar Nathaniel akhirnya, memecah keheningan.Arissa menyesap tehnya perlahan sebelum menatap Nathaniel. “Aku hanya sedang berpikir.”Nathaniel tersenyum kecil. “Tentang apa?”Arissa menghela napas panjang sebelum menjawab. “Tentang kita.”Jantung Nathaniel berdegup lebih cep
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 99: Menemukan Keseimbangan

 Nathaniel menghela napas panjang saat ia menutup berkas terakhir di mejanya. Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya, tetapi bukan karena beban pekerjaan semata—melainkan karena keputusan besar yang baru saja ia buat. Menghadapi keluarganya adalah langkah yang sulit, tetapi ia tahu ia tidak bisa terus-menerus membiarkan mereka merusak hidup dan perusahaannya.Di sisi lain, ada Arissa. Wanita yang kini mengisi hari-harinya lebih dari sekadar seorang rekan kerja atau penasihat. Arissa adalah seseorang yang membuatnya ingin menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih berani.Nathaniel menatap ke arah meja kerja Arissa, yang kini kosong. Ia baru saja pulang setelah seharian bekerja keras bersamanya, mendukungnya dalam menghadapi tantangan dari keluarganya yang berusaha menjatuhkan bisnisnya.Setelah beberapa menit merenung, Nathaniel mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Arissa.Nathaniel: Sudah sampai rumah?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 100: Akhir dari Keraguan, Awal dari Kepercayaan

 Malam itu, Nathaniel berdiri di balkon apartemennya, menatap kota yang dipenuhi cahaya lampu. Angin sepoi-sepoi menyentuh wajahnya, tetapi pikirannya masih berputar pada satu hal—Arissa. Wanita yang telah mengguncang dunianya dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan.Arissa sendiri berada di apartemennya, duduk di sofa dengan secangkir teh di tangannya. Pikirannya dipenuhi oleh kejadian beberapa bulan terakhir—bagaimana hidupnya berubah sejak bertemu Nathaniel, bagaimana pria itu perlahan-lahan meruntuhkan tembok yang ia bangun selama bertahun-tahun.Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Nathaniel.Nathaniel: Bolehkah aku menemuimu malam ini? Aku perlu bicara.Arissa menatap layar ponselnya sejenak, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia menarik napas dalam sebelum mengetik balasan.Arissa: Baiklah. Aku akan menunggumu.Tak butuh waktu lama, Nathaniel tiba di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
25
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status