Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pijatan Nikmat Sang CEO: Chapter 101 - Chapter 110

252 Chapters

Bab 101

Malam itu, Nathaniel duduk di ruang kerjanya dengan ekspresi tegang. Cahaya dari layar laptopnya memantulkan serangkaian berita negatif tentang dirinya dan perusahaannya. Markus Reinhardt telah melancarkan serangan besar, menyebarkan desas-desus yang merusak citranya di mata para investor dan klien utama.Beberapa dokumen palsu beredar luas di media bisnis, mengindikasikan bahwa ada kebocoran informasi internal perusahaan yang melibatkan Nathaniel secara langsung. Beberapa artikel bahkan menyebutnya sebagai pemimpin yang tidak kompeten, yang membiarkan perusahaannya jatuh ke tangan rival tanpa perlawanan.Arissa melihat Nathaniel dari pintu ruang kerjanya. Pria itu tampak lebih tegang dari biasanya. Sejak kabar buruk ini beredar, Nathaniel semakin sibuk menangani berbagai masalah yang datang bertubi-tubi.Arissa melangkah mendekat dan meletakkan secangkir kopi di meja Nathaniel. "Kamu sudah makan?" tanyanya lembut.Nathaniel tersentak dari lamunannya dan
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 102: Terjebak dalam Tekanan

 Nathaniel duduk diam di kursinya, menatap layar komputer yang menampilkan grafik saham perusahaannya yang terus menurun. Pagi ini, laporan keuangan menunjukkan bahwa nilai saham perusahaan telah anjlok hampir sepuluh persen sejak rumor negatif tentang dirinya mulai menyebar. Investor yang sebelumnya percaya pada kepemimpinannya kini mulai mempertimbangkan untuk menarik modal mereka.Di luar ruangannya, Arissa melihat Nathaniel yang semakin tertekan. Pria itu nyaris tidak keluar dari kantornya dalam dua hari terakhir. Pekerjaan menumpuk, dan semua pihak mengharapkan solusi darinya.Arissa akhirnya memutuskan untuk masuk. Ia membawa secangkir kopi panas dan meletakkannya di meja Nathaniel. "Kamu harus istirahat sejenak," katanya lembut.Nathaniel mengangkat kepalanya, matanya tampak lelah. "Aku tidak bisa, Arissa. Kalau aku berhenti sekarang, semuanya bisa hancur."Arissa menghela napas dan duduk di kursi di seberangnya. "Aku tahu ini sulit, t
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 103: Antara Mendukung dan Bertindak

 Malam semakin larut, namun suasana di kantor Nathaniel masih dipenuhi ketegangan. Di dalam ruangan kerjanya, Nathaniel duduk dengan wajah lelah, menatap layar laptopnya yang penuh dengan dokumen dan laporan. Ia telah bekerja tanpa henti sejak pagi, mencoba mencari celah untuk membalikkan keadaan, tetapi setiap rencana yang ia buat terasa seperti menemui jalan buntu.Di seberang meja, Arissa duduk dengan ekspresi khawatir. Ia melihat bagaimana beban yang ditanggung Nathaniel semakin berat, dan itu membuatnya semakin ingin membantu. Namun, ia juga sadar bahwa Nathaniel adalah pria yang tidak mudah menerima bantuan, apalagi jika itu menyangkut harga dirinya sebagai pemimpin perusahaan.“Aku sudah memikirkan sesuatu,” kata Arissa akhirnya, memecah keheningan yang menggantung di antara mereka.Nathaniel mengangkat kepalanya dari layar laptop dan menatapnya. “Apa itu?”Arissa menarik napas dalam sebelum menjelaskan, “
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 104: Strategi dalam Kegelapan

Malam telah larut, tetapi lampu-lampu di gedung kantor Nathaniel masih menyala terang. Di dalam ruangan kerjanya, Nathaniel duduk dengan tatapan kosong, menatap layar komputer yang penuh dengan laporan keuangan dan dokumen strategi. Matanya yang sembab menunjukkan betapa sedikitnya waktu istirahat yang ia dapatkan dalam beberapa hari terakhir.Arissa berdiri tak jauh darinya, memperhatikannya dengan rasa cemas yang semakin besar. Nathaniel selalu dikenal sebagai pria yang tangguh dan penuh percaya diri, tetapi kali ini, tekanan yang terus menerus datang membuatnya terlihat seperti seseorang yang tengah berjuang di ujung jurang.“Sudah berapa lama kamu tidak tidur?” tanya Arissa dengan suara lembut.Nathaniel menghela napas panjang sebelum menjawab, “Aku tidak punya waktu untuk itu.”Arissa melipat tangannya di dada. “Nathaniel, kalau kamu terus seperti ini, kamu bisa jatuh sakit. Bagaimana kamu akan menghadapi Markus jika kamu bahkan tidak bisa menjaga di
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 105: Keyakinan di Tengah Keputusasaan

 Nathaniel duduk di kursi kantornya, kepalanya tertunduk, tangannya terkepal di atas meja. Ruangan yang biasanya terasa seperti pusat kendali penuh kekuatan, kini seakan berubah menjadi tempat yang penuh bayangan ketidakpastian.Semua tekanan yang menumpuk semakin membebaninya. Markus Reinhardt telah menggempur perusahaan dari segala sisi—mencemari reputasi, merusak kepercayaan investor, bahkan menanam pengkhianat di dalam perusahaannya sendiri.Nathaniel telah melalui banyak hal dalam hidupnya, tapi kali ini, untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar terpojok.Arissa memperhatikannya dengan tatapan khawatir. Pria yang selama ini selalu terlihat tangguh kini tampak rapuh. Ia tahu betul bahwa Nathaniel bukan tipe orang yang mudah menyerah, tapi situasi kali ini benar-benar menguji batasnya.Tanpa ragu, Arissa melangkah mendekat, lalu duduk di kursi di seberang meja Nathaniel. Ia menunggu beberapa saat sebelum akhirnya berkata dengan s
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 106: Serangan Terakhir Markus

 Ketika Nathaniel merasa mulai mendapatkan kembali kendalinya, Markus Reinhardt melancarkan serangan baru yang lebih besar. Kali ini, ia menggunakan media untuk menyebarkan berita buruk tentang perusahaan Nathaniel, menciptakan rumor yang sulit dibantah dalam waktu singkat.Pagi itu, berita utama di beberapa media bisnis ternama menyebutkan bahwa perusahaan Nathaniel terlibat dalam praktik bisnis yang tidak etis. Beberapa artikel bahkan menyatakan bahwa Nathaniel secara pribadi bertanggung jawab atas kebocoran informasi yang menyebabkan kerugian besar bagi para mitranya.Nathaniel duduk di ruang kerjanya dengan wajah serius, matanya terpaku pada layar komputer yang menampilkan berbagai berita negatif tentang dirinya. Tangannya mengepal di atas meja, rahangnya mengeras saat membaca satu per satu tuduhan yang dilontarkan kepadanya.Arissa masuk ke ruangannya dengan membawa secangkir kopi, tetapi ketika melihat ekspresi Nathaniel, ia segera tahu bahwa
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 107: Pertarungan di Meja Rapat

 Suasana di ruang rapat terasa mencekam. Para petinggi perusahaan, investor, dan dewan direksi duduk mengelilingi meja panjang yang mengkilap. Beberapa dari mereka menatap Nathaniel dengan tatapan skeptis, sementara yang lain tampak gelisah, seolah sedang menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.Di ujung meja, Markus Reinhardt duduk dengan percaya diri. Senyumnya penuh kemenangan, seolah ia sudah memastikan bahwa rapat hari ini akan menjadi akhir dari kekuasaan Nathaniel sebagai CEO. Di hadapannya, tumpukan dokumen terletak rapi, siap untuk dijadikan senjata terakhirnya.Nathaniel duduk dengan punggung tegak, ekspresinya tetap tenang meskipun ia bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti ruangan. Arissa duduk di sampingnya, merasakan hawa dingin dari perlawanan yang semakin tajam.Ketua dewan direksi, seorang pria tua bernama Leonard Whitmore, membuka rapat dengan suara berat. “Terima kasih telah hadir hari ini. Ada banyak hal yang harus kita
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 108: Di Ambang Keputusasaan

Nathaniel duduk diam di kursi besar di kantornya, memandangi layar komputer dengan ekspresi kosong. Matanya yang biasanya tajam kini terlihat lelah, seolah seluruh semangat yang pernah ia miliki perlahan terkikis oleh serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi.Markus Reinhardt memang sudah kehilangan dukungan dalam dewan direksi, tetapi dampak dari serangannya masih terasa. Reputasi Nathaniel di dunia bisnis masih terombang-ambing, saham perusahaannya masih mengalami fluktuasi, dan kepercayaan beberapa investor masih belum sepenuhnya pulih.Di luar ruangan, karyawan perusahaan berjalan dengan langkah tergesa, beberapa berbisik-bisik membahas isu-isu yang masih beredar di media.Nathaniel menekan jemarinya ke pelipis, mencoba menenangkan pikirannya. Ia merasa seakan dinding di sekelilingnya semakin menyempit. Semua yang telah ia bangun selama bertahun-tahun kini berada di ambang kehancuran, dan ia tidak bisa menemukan jalan keluar.Pintu kantornya te
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 109: Mengungkap Kebenaran

Malam semakin larut, tetapi Arissa masih terjaga di apartemennya. Laptopnya menyala dengan puluhan tab terbuka, layar penuh dengan data perusahaan, laporan media, serta koneksi bisnis Markus Reinhardt. Ia menggigit bibirnya, matanya menelusuri setiap baris informasi, mencari celah yang bisa dijadikan petunjuk.Markus adalah pria yang licik. Ia tidak mungkin bertindak sendirian dalam menyebarkan kebohongan dan dokumen-dokumen palsu untuk menjatuhkan Nathaniel. Pasti ada seseorang di balik layar, seseorang yang lebih dalam terlibat dalam permainan kotor ini.Arissa meneguk kopinya yang mulai mendingin. Ia menekan tombol refresh pada salah satu halaman berita bisnis, berharap ada perkembangan terbaru yang bisa membantunya. Namun, yang ia temukan hanyalah artikel-artikel yang menyoroti jatuhnya saham perusahaan Nathaniel dan spekulasi tentang kemungkinan pergantian kepemimpinan.Ia mengembuskan napas panjang. "Aku harus menemukan sesuatu…"Ia mulai menelusuri
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 110: Taruhan Berbahaya

Angin malam berhembus dingin, membelai wajah Arissa saat ia melangkah keluar dari kafe setelah pertemuannya dengan Darren Whitmore. Pikirannya masih dipenuhi dengan percakapan mereka. Ia yakin, meskipun Darren tidak mengaku secara langsung, pria itu memiliki peran penting dalam konspirasi yang dirancang Markus.Namun, ia tidak menyadari bahwa bahaya sedang mengintainya.Saat ia berjalan menuju tempat parkir, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Awalnya, ia mengabaikannya, mengira itu hanya orang yang kebetulan berjalan di arah yang sama. Tapi semakin ia berjalan, semakin terasa bahwa langkah kaki itu membuntutinya.Jantungnya mulai berdebar. Ia merogoh tasnya, berniat mengambil ponsel untuk menghubungi Nathaniel, tetapi sebelum ia sempat menekan tombol panggilan, sebuah kain hitam tiba-tiba menutupi wajahnya dari belakang.Arissa meronta, mencoba berteriak, tetapi suara langkah kaki lainnya mendekat dengan cepat, dan sesuatu yang keras menghantam
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
1
...
910111213
...
26
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status