Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 106: Serangan Terakhir Markus

Share

Bab 106: Serangan Terakhir Markus

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-03-04 22:00:26

Ketika Nathaniel merasa mulai mendapatkan kembali kendalinya, Markus Reinhardt melancarkan serangan baru yang lebih besar. Kali ini, ia menggunakan media untuk menyebarkan berita buruk tentang perusahaan Nathaniel, menciptakan rumor yang sulit dibantah dalam waktu singkat.

Pagi itu, berita utama di beberapa media bisnis ternama menyebutkan bahwa perusahaan Nathaniel terlibat dalam praktik bisnis yang tidak etis. Beberapa artikel bahkan menyatakan bahwa Nathaniel secara pribadi bertanggung jawab atas kebocoran informasi yang menyebabkan kerugian besar bagi para mitranya.

Nathaniel duduk di ruang kerjanya dengan wajah serius, matanya terpaku pada layar komputer yang menampilkan berbagai berita negatif tentang dirinya. Tangannya mengepal di atas meja, rahangnya mengeras saat membaca satu per satu tuduhan yang dilontarkan kepadanya.

Arissa masuk ke ruangannya dengan membawa secangkir kopi, tetapi ketika melihat ekspresi Nathaniel, ia segera tahu bahwa

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 107: Pertarungan di Meja Rapat

    Suasana di ruang rapat terasa mencekam. Para petinggi perusahaan, investor, dan dewan direksi duduk mengelilingi meja panjang yang mengkilap. Beberapa dari mereka menatap Nathaniel dengan tatapan skeptis, sementara yang lain tampak gelisah, seolah sedang menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.Di ujung meja, Markus Reinhardt duduk dengan percaya diri. Senyumnya penuh kemenangan, seolah ia sudah memastikan bahwa rapat hari ini akan menjadi akhir dari kekuasaan Nathaniel sebagai CEO. Di hadapannya, tumpukan dokumen terletak rapi, siap untuk dijadikan senjata terakhirnya.Nathaniel duduk dengan punggung tegak, ekspresinya tetap tenang meskipun ia bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti ruangan. Arissa duduk di sampingnya, merasakan hawa dingin dari perlawanan yang semakin tajam.Ketua dewan direksi, seorang pria tua bernama Leonard Whitmore, membuka rapat dengan suara berat. “Terima kasih telah hadir hari ini. Ada banyak hal yang harus kita

    Last Updated : 2025-03-04
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 108: Di Ambang Keputusasaan

    Nathaniel duduk diam di kursi besar di kantornya, memandangi layar komputer dengan ekspresi kosong. Matanya yang biasanya tajam kini terlihat lelah, seolah seluruh semangat yang pernah ia miliki perlahan terkikis oleh serangan demi serangan yang datang bertubi-tubi.Markus Reinhardt memang sudah kehilangan dukungan dalam dewan direksi, tetapi dampak dari serangannya masih terasa. Reputasi Nathaniel di dunia bisnis masih terombang-ambing, saham perusahaannya masih mengalami fluktuasi, dan kepercayaan beberapa investor masih belum sepenuhnya pulih.Di luar ruangan, karyawan perusahaan berjalan dengan langkah tergesa, beberapa berbisik-bisik membahas isu-isu yang masih beredar di media.Nathaniel menekan jemarinya ke pelipis, mencoba menenangkan pikirannya. Ia merasa seakan dinding di sekelilingnya semakin menyempit. Semua yang telah ia bangun selama bertahun-tahun kini berada di ambang kehancuran, dan ia tidak bisa menemukan jalan keluar.Pintu kantornya te

    Last Updated : 2025-03-04
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 109: Mengungkap Kebenaran

    Malam semakin larut, tetapi Arissa masih terjaga di apartemennya. Laptopnya menyala dengan puluhan tab terbuka, layar penuh dengan data perusahaan, laporan media, serta koneksi bisnis Markus Reinhardt. Ia menggigit bibirnya, matanya menelusuri setiap baris informasi, mencari celah yang bisa dijadikan petunjuk.Markus adalah pria yang licik. Ia tidak mungkin bertindak sendirian dalam menyebarkan kebohongan dan dokumen-dokumen palsu untuk menjatuhkan Nathaniel. Pasti ada seseorang di balik layar, seseorang yang lebih dalam terlibat dalam permainan kotor ini.Arissa meneguk kopinya yang mulai mendingin. Ia menekan tombol refresh pada salah satu halaman berita bisnis, berharap ada perkembangan terbaru yang bisa membantunya. Namun, yang ia temukan hanyalah artikel-artikel yang menyoroti jatuhnya saham perusahaan Nathaniel dan spekulasi tentang kemungkinan pergantian kepemimpinan.Ia mengembuskan napas panjang. "Aku harus menemukan sesuatu…"Ia mulai menelusuri

    Last Updated : 2025-03-05
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 110: Taruhan Berbahaya

    Angin malam berhembus dingin, membelai wajah Arissa saat ia melangkah keluar dari kafe setelah pertemuannya dengan Darren Whitmore. Pikirannya masih dipenuhi dengan percakapan mereka. Ia yakin, meskipun Darren tidak mengaku secara langsung, pria itu memiliki peran penting dalam konspirasi yang dirancang Markus.Namun, ia tidak menyadari bahwa bahaya sedang mengintainya.Saat ia berjalan menuju tempat parkir, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Awalnya, ia mengabaikannya, mengira itu hanya orang yang kebetulan berjalan di arah yang sama. Tapi semakin ia berjalan, semakin terasa bahwa langkah kaki itu membuntutinya.Jantungnya mulai berdebar. Ia merogoh tasnya, berniat mengambil ponsel untuk menghubungi Nathaniel, tetapi sebelum ia sempat menekan tombol panggilan, sebuah kain hitam tiba-tiba menutupi wajahnya dari belakang.Arissa meronta, mencoba berteriak, tetapi suara langkah kaki lainnya mendekat dengan cepat, dan sesuatu yang keras menghantam

    Last Updated : 2025-03-05
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 111: Permainan Nyawa

    Arissa merasakan dunia di sekelilingnya berputar ketika kesadarannya perlahan kembali. Kepalanya berdenyut nyeri, dan rasa dingin menjalari tubuhnya. Bau apek dan debu memenuhi hidungnya, membuatnya sadar bahwa ia berada di tempat yang sangat jauh dari kenyamanan.Perlahan, ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi kedua tangannya terikat kuat di belakang kursi. Tali yang kasar menekan pergelangan tangannya, membuatnya merasa kesemutan. Matanya berkedip beberapa kali, menyesuaikan diri dengan cahaya redup di ruangan itu.Ia berada di sebuah gudang kosong—atap bocor di beberapa tempat, membiarkan cahaya bulan masuk melalui celahnya. Dindingnya kusam, dipenuhi coretan dan noda hitam yang entah berasal dari apa. Hanya ada satu pintu di ruangan itu, dan di depannya berdiri dua pria berbadan kekar dengan ekspresi dingin.Arissa menarik napas dalam, menenangkan dirinya. Ia tahu panik tidak akan membantunya keluar dari situasi ini. Ia harus tetap berpikir jernih.

    Last Updated : 2025-03-05
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 112: Lintasan Waktu yang Menentukan

    Nathaniel menatap layar komputernya dengan ekspresi tegang, napasnya pendek dan berat. Detik demi detik berlalu terasa seperti siksaan. Pihak berwenang sedang bekerja melacak keberadaan Arissa, tetapi ia merasa itu tidak cukup cepat. Setiap menit yang terbuang bisa menjadi ancaman bagi keselamatan wanita yang ia cintai."Masih belum ada kabar?" tanyanya dengan suara yang nyaris bergetar.James, asistennya yang berdiri di sebelahnya, menggelengkan kepala. "Tim keamanan sedang menelusuri CCTV dan data pergerakan kendaraan yang mencurigakan di sekitar pelabuhan. Namun, Markus terlalu licik. Dia tidak akan meninggalkan jejak yang mudah ditemukan."Nathaniel menghempaskan tangannya ke meja. "Sial!"Ia tidak bisa hanya duduk di sini dan menunggu. Markus adalah seorang manipulator ulung, dan ia tidak akan berhenti sampai benar-benar menghancurkan Nathaniel. Jika ia ingin Arissa selamat, ia harus bertindak lebih cepat dari Markus.Tiba-tiba,

    Last Updated : 2025-03-06
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 113: Kebebasan yang Diraih dengan Kecerdikan

    Arissa duduk bersandar di dinding gudang yang dingin dan lembap. Tangannya masih terikat, sementara pergelangan kakinya terasa kaku karena duduk terlalu lama di posisi yang sama. Beberapa pria berbadan kekar yang menjaga tempat itu terus berjaga-jaga, memastikan ia tidak memiliki celah untuk kabur.Namun, Arissa tidak membiarkan rasa takut menguasainya.Ia tahu bahwa Nathaniel pasti sedang mencari cara untuk menyelamatkannya. Tetapi, ia juga tidak bisa hanya diam dan menunggu. Jika ada kesempatan untuk melarikan diri, ia harus mengambilnya.Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur pikirannya. Markus mungkin berpikir bahwa ia hanyalah seorang wanita biasa yang mudah menyerah, tetapi ia salah. Selama bertahun-tahun, Arissa telah menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Dan kali ini tidak akan menjadi pengecualian.Di sisi lain, Markus berdiri di sudut ruangan, berbicara dengan seseorang melalui telepon."Aku tid

    Last Updated : 2025-03-06
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 114: Ultimatum Markus

    Nathaniel duduk di kursi kantornya dengan rahang mengatup erat. Kedua tangannya mengepal, jemarinya hampir menembus permukaan meja. Ia menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam, membaca pesan yang baru saja diterimanya."Kau ingin Arissa tetap hidup? Serahkan perusahaanmu. Tanpa syarat. Kau punya waktu 24 jam."Markus.Nathaniel merasakan gelombang amarah yang hampir tidak bisa ia kendalikan. Markus sudah melampaui batas dengan menyeret Arissa ke dalam permainannya. Ini bukan lagi soal bisnis—ini sudah menjadi perang pribadi.James, tangan kanannya, berdiri di seberang meja dengan ekspresi serius. "Kita tidak bisa menyerah begitu saja, Nathaniel. Ini jelas jebakan."Nathaniel mengangguk. "Aku tahu. Tapi aku tidak akan membiarkan Arissa berada dalam bahaya lebih lama lagi.""Kita sudah berusaha melacak keberadaannya, tapi Markus sangat licin," kata James lagi. "Ia tidak menggunakan jalur komunikasi yang bisa de

    Last Updated : 2025-03-06

Latest chapter

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 143 – Cinta di Tengah Krisis

    Malam di kota masih terang dengan lampu-lampu gedung yang berpendar, menciptakan pemandangan yang tenang namun penuh makna bagi Nathaniel. Ia berdiri di depan jendela ruang kantornya, menatap hiruk-pikuk kota yang tetap hidup meskipun hari sudah larut. Namun, pikirannya tidak tertuju pada bisnis, bukan pada perusahaan yang masih dalam tahap pemulihan, melainkan pada seseorang—Arissa.Nathaniel telah menghadapi banyak hal dalam beberapa bulan terakhir—pengkhianatan Damien, pertempuran bisnis melawan Markus, dan perjuangan keras untuk mempertahankan perusahaan yang diwariskan kepadanya. Namun, di antara semua itu, ada satu hal yang tetap menjadi titik terang dalam hidupnya: Arissa.Wanita itu bukan hanya sekadar mitra dalam bisnis, tetapi juga sumber kekuatan terbesar yang membuatnya tetap berdiri tegak. Di saat semua orang meragukan dirinya, Arissa tetap ada. Di saat ia merasa hampir menyerah, Arissa memberikan keyakinan bahwa ia masih bisa ber

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 142 – Mengakui Perasaan

    Malam itu, suasana terasa lebih tenang dari sebelumnya. Setelah bertahun-tahun menghadapi ancaman, pengkhianatan, dan konflik, akhirnya Nathaniel bisa duduk dengan lebih rileks. Namun, pikirannya masih dipenuhi banyak hal, terutama tentang seseorang yang selalu ada di sisinya—Arissa.Ia berdiri di balkon apartemennya, menatap lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Udara malam yang sejuk berhembus lembut, membawa ketenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. Namun, ketenangan itu tidak cukup untuk menghilangkan gelisah yang bersarang di hatinya.Beberapa bulan terakhir telah mengubah segalanya. Sebelum ini, hubungan mereka hanya sebatas mitra bisnis dan sekutu yang berjuang bersama. Namun, setelah menghadapi Markus, pengkhianatan Damien, dan segala rintangan lainnya, Nathaniel menyadari bahwa perasaan yang ia miliki terhadap Arissa lebih dari sekadar rasa terima kasih atau rasa hormat.Arissa adalah orang yang selalu berada di sisinya, orang ya

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 141 – Kemenangan di Depan Mata

    Ruang pertemuan besar itu dipenuhi keheningan tegang. Wartawan, investor, dan pemegang saham menunggu dengan napas tertahan, sementara Markus berdiri di tengah ruangan, matanya berkilat penuh kemarahan dan keputusasaan. Di seberangnya, Nathaniel berdiri tegak dengan ekspresi dingin dan penuh kemenangan.Nathaniel mengambil langkah maju, tatapannya tajam menembus Markus yang kini tampak lebih lemah dari sebelumnya. "Ini adalah akhir dari permainanmu, Markus," katanya dengan suara datar, namun mengandung kekuatan luar biasa.Markus mencemooh, meskipun senyumnya tidak lagi sekuat dulu. "Jangan terlalu percaya diri, Nathaniel. Aku masih punya sekutu yang bisa membantuku keluar dari ini."Nathaniel tersenyum miring. "Sekutu? Maksudmu mereka yang mulai meninggalkanmu setelah semua bukti yang telah kami ungkap?"Markus mengepalkan tinjunya. Ia menoleh ke sekeliling ruangan, mencari dukungan, tetapi yang ia lihat hanyalah wajah-wajah yang dipenuhi kebimbangan dan

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 140 – Ancaman Terakhir dari Markus

    Malam yang sunyi terasa begitu menegangkan bagi Nathaniel dan Arissa. Mereka sudah melewati berbagai cobaan, dari pengkhianatan Damien hingga perjuangan melawan pengaruh Markus dalam bisnis mereka. Namun, semua itu belum berakhir. Markus, seperti ular berbisa yang terluka, tidak akan mundur begitu saja tanpa perlawanan terakhir.Berita tentang kebangkitan kembali perusahaan Nathaniel menyebar dengan cepat. Setelah pertemuan dengan para investor, kepercayaan terhadap kepemimpinan Nathaniel mulai pulih. Klien yang sempat ragu kini kembali menjalin kerja sama, dan perlahan tapi pasti, perusahaan yang hampir runtuh itu kembali berdiri kokoh.Namun, di sisi lain, Markus semakin terpojok. Semua rencananya untuk menjatuhkan Nathaniel berantakan. Sekutunya satu per satu meninggalkannya, dan kini ia hanya memiliki segelintir orang yang masih setia padanya.“Aku tidak akan membiarkan Nathaniel menang begitu saja,” gumam Markus dengan penuh kebencian saat ia duduk di ruang kantornya yang semakin

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 148 – Dukungan Tanpa Ragu

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak skandal yang mengguncang perusahaan Nathaniel. Banyak hal telah berubah, tetapi satu yang tetap konstan adalah keberadaan Arissa di sisinya.Nathaniel bukanlah pria yang mudah menunjukkan kelemahannya, tetapi setelah semua yang terjadi, ia belajar bahwa tidak semua beban harus ia pikul sendiri. Dan Arissa? Ia bukan hanya sekadar seseorang yang mengisi keheningan di saat Nathaniel termenung—ia adalah cahaya yang membimbingnya keluar dari kegelapan.Arissa menatap Nathaniel dari seberang meja kerja mereka. Selama beberapa minggu terakhir, ia semakin menyadari satu hal: hubungannya dengan Nathaniel bukan sekadar hubungan profesional atau bahkan sekadar perasaan suka yang samar. Ia benar-benar peduli pada pria itu, lebih dari yang pernah ia bayangkan.Ia melihat Nathaniel berusaha keras, bekerja siang dan malam, memperbaiki apa yang sempat hancur akibat pengkhianatan Damien. Tapi di balik sikapnya yang tegar, Arissa tahu bahwa Nathaniel masih menyimpan

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 138 – Bangkit dari Luka

    Langit pagi terlihat kelabu ketika Nathaniel berdiri di depan jendela kantornya, menatap kosong ke arah kota yang mulai sibuk dengan aktivitasnya. Sudah beberapa hari sejak Damien disingkirkan dari perusahaan, tetapi luka yang ditinggalkan masih menganga di hatinya.Tidak peduli seberapa besar ia mencoba menepis rasa sakit itu, kehilangan tetaplah kehilangan.Nathaniel selalu berpikir bahwa ia telah melalui banyak hal dalam hidupnya—tantangan bisnis, persaingan, bahkan pengkhianatan dari orang luar. Namun, tidak ada yang bisa mempersiapkannya untuk menghadapi pengkhianatan dari saudara kandungnya sendiri.Damien bukan hanya saudaranya. Ia adalah seseorang yang telah ia besarkan, seseorang yang ia lindungi dengan segenap hatinya. Tapi nyatanya, kepercayaan itu tidak cukup.Nathaniel mengepalkan tangannya. Ia bukan orang yang suka berlarut dalam kesedihan, tetapi kali ini berbeda. Ada bagian dari dirinya yang merasa hancur, seolah sesuatu yang penting telah diambil darinya.Pintu kantor

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 137 – Luka di Hati Nathaniel

    Ruangan itu terasa sunyi setelah kepergian Damien. Semua orang di dalamnya perlahan mulai kembali ke aktivitas masing-masing, tetapi bagi Nathaniel, dunia seakan berhenti.Ia berdiri di tengah ruangan, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja dilalui Damien. Ada sesuatu yang begitu pahit dalam keheningan ini—sebuah perasaan yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.Arissa memperhatikan Nathaniel dengan penuh kekhawatiran. Pria itu tampak begitu tenang di permukaan, tetapi ia tahu bahwa di dalam hatinya, Nathaniel sedang berjuang dengan emosi yang begitu rumit.Nathaniel telah memenangkan pertempuran ini. Ia telah berhasil melindungi perusahaan, mengungkap pengkhianatan, dan menyingkirkan ancaman dari dalam. Namun, mengapa ia tidak merasakan kelegaan?Seharusnya ia merasa puas. Seharusnya ia bisa merayakan keberhasilannya. Namun, yang ia rasakan hanyalah kehampaan.Nathaniel menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba meredakan ketegangan di dadanya. “Seh

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 144 – Kejatuhan Damien

    Langit di luar terlihat mendung, seolah mencerminkan ketegangan yang memenuhi ruang rapat utama perusahaan. Semua pemegang saham, dewan direksi, dan eksekutif utama sudah berkumpul, menanti pertemuan yang telah diumumkan secara mendadak oleh Nathaniel.Damien duduk di salah satu kursi panjang di dekat ujung meja. Raut wajahnya tetap tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas terlihat di matanya. Ia tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi, tapi ia masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya di balik sikap percaya diri yang dibuat-buat.Di sisi lain ruangan, Nathaniel berdiri tegap di depan layar presentasi, ekspresinya penuh ketegasan. Di sampingnya, Arissa duduk dengan berkas-berkas yang telah ia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Inilah saatnya untuk mengungkap segalanya.Nathaniel menarik napas dalam sebelum akhirnya berbicara dengan suara lantang.“Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk membahas masa depan perusahaan, tetapi juga untuk mengungkap sesuatu yang selama i

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 143 – Keberanian Arissa

    Ketegangan di ruangan itu begitu pekat hingga terasa menyesakkan. Arissa bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, tetapi ia menolak untuk mundur. Saat ini, Nathaniel membutuhkan keberaniannya lebih dari sebelumnya.Nathaniel berdiri tegap, tetapi Arissa tahu hatinya pasti berantakan. Menghadapi pengkhianatan dari saudaranya sendiri adalah luka yang jauh lebih dalam daripada sekadar pertempuran bisnis. Dan kini, ia harus menjadi orang yang mengungkap semuanya, meskipun itu berarti memperburuk hubungan Nathaniel dengan keluarganya sendiri.Arissa menarik napas dalam, menatap Damien yang masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Aku tidak ingin berada dalam situasi ini, Damien," katanya dengan suara tenang, tetapi tegas. "Aku lebih suka melihat kalian tetap menjadi saudara yang saling mendukung. Tapi setelah semua yang kau lakukan, aku tidak bisa diam saja."Damien mendengus. "Kau pikir kau siapa, Arissa? Ini bukan urusanmu.""Aku adalah seseorang yang pedu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status