Arissa duduk di balkon apartemennya, menatap langit malam yang bertabur bintang. Angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, membawa aroma samar hujan yang baru saja reda. Ia memeluk lututnya sendiri, mencoba menenangkan gejolak dalam hatinya yang terus berkecamuk sejak Nathaniel mengungkapkan perasaannya malam itu.Ia menghela napas panjang, mencoba memilah pikirannya yang kusut. Di satu sisi, hatinya ingin merespons perasaan Nathaniel, ingin percaya bahwa hubungan mereka bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar rekan kerja atau teman. Namun, di sisi lain, bayangan masa lalunya terus menghantui, membisikkan ketakutan bahwa semua ini bisa berakhir dengan cara yang sama seperti sebelumnya—pengkhianatan, luka, dan kehancuran.Nathaniel adalah pria yang berbeda, itu yang selalu berusaha ia yakinkan pada dirinya sendiri. Nathaniel selalu menunjukkan kesabaran, perhatian, dan ketulusan yang sulit untuk diabaikan. Namun, semakin ia dekat dengan pria itu, semakin besar pula ketak
Last Updated : 2025-02-25 Read more