Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pijatan Nikmat Sang CEO: Chapter 81 - Chapter 90

241 Chapters

Bab 81: Pengkhianatan di Antara Keluarga

Nathaniel duduk di kursi ruang rapat dengan rahang mengeras. Selama beberapa bulan terakhir, Markus Reinhardt telah menjadi ancaman besar bagi perusahaannya, tetapi kali ini, serangannya terasa lebih personal. Bukan hanya tentang bisnis, tapi juga tentang keluarganya.Ia menatap layar tablet yang ada di depannya, membaca ulang berita yang baru saja dirilis oleh salah satu media bisnis ternama. Berita itu tidak hanya menyoroti ketegangan antara perusahaan mereka, tetapi juga membeberkan detail tentang kehidupan pribadinya—termasuk beberapa skandal lama yang melibatkan keluarganya."Ini bukan kebetulan," gumamnya pelan.Lila, yang duduk di sampingnya, ikut membaca berita itu dan menghela napas panjang. "Sepertinya Markus benar-benar tidak akan berhenti sampai kau benar-benar hancur."Nathaniel mengangkat kepalanya, menatap Lila dengan ekspresi tajam. "Yang menjadi pertanyaanku sekarang adalah... bagaimana dia bisa mendapatkan informasi ini?"Lila menatapnya ragu. "Kau berpikir ada seseo
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 82: Luka yang Mengoyak Kepercayaan

Nathaniel menatap kosong ke luar jendela kantornya yang tinggi. Kota di bawahnya tampak hidup, kendaraan berlalu-lalang, lampu-lampu gedung menyala terang, dan hiruk-pikuk kesibukan terus berjalan seperti biasa. Namun, di dalam hatinya, kekacauan sedang menguasai segalanya.Ia baru saja mengalami pukulan yang lebih menyakitkan daripada serangan bisnis mana pun—pengkhianatan dari keluarganya sendiri.Pamannya, Victor Legrand, ternyata bukan satu-satunya yang terlibat dalam rencana jahat ini. Setelah menggali lebih dalam, ia menemukan bahwa beberapa anggota keluarganya yang lain juga memiliki andil dalam usaha menjatuhkannya.Nathaniel menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memijat pelipisnya.Selama ini, ia berusaha menjadi pewaris yang bertanggung jawab. Ia telah bekerja keras untuk mempertahankan perusahaan yang diwariskan kepadanya, melindungi warisan keluarganya, dan memastikan semuanya berjalan sesuai visi yang ia yakini. Namun, ternyata tidak semua orang menginginkan hal yang sama.M
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 83: Kepercayaan yang Mulai Tumbuh

Malam semakin larut, tetapi lampu di kantor Nathaniel masih menyala terang. Ruangan itu sunyi kecuali suara lembaran dokumen yang dibolak-balik oleh Nathaniel dan suara jemari Arissa yang mengetik cepat di laptopnya.Mereka telah menghabiskan berjam-jam bersama, mencoba mencari celah untuk menghadapi serangan Markus Reinhardt yang semakin gencar. Nathaniel merasa sedikit lebih tenang karena kini ia tidak sendiri. Arissa ada di sampingnya, memberikan ide-ide yang tajam dan solusi yang selama ini tidak terpikirkan olehnya.Nathaniel melirik ke arah Arissa yang sedang serius menatap layar laptopnya. Rambutnya tergerai lembut, wajahnya terlihat fokus, dan ada cahaya tertentu di matanya saat ia bekerja."Apa yang kau temukan?" tanya Nathaniel sambil menyesap kopi yang sudah mulai dingin.Arissa menghela napas dan menoleh padanya. "Aku melihat pola dalam cara Markus menyerang bisnis kita. Ia tidak hanya menggunakan informasi yang ia curi, tetapi juga memanipulasi media dan pihak ketiga yang
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 84: Mengurai Perasaan yang Semakin Rumit

Hari-hari berlalu dengan begitu cepat, tetapi bagi Nathaniel dan Arissa, setiap waktu yang mereka habiskan bersama terasa lebih bermakna. Kedekatan mereka semakin terasa, bukan hanya dalam urusan pekerjaan, tetapi juga dalam hal-hal pribadi yang selama ini jarang mereka bagi dengan orang lain.Nathaniel, yang sebelumnya selalu menjaga jarak dengan orang-orang karena pengkhianatan yang pernah ia alami, kini menemukan kenyamanan dalam keberadaan Arissa. Ia mulai lebih terbuka, menceritakan beban yang selama ini ia simpan sendiri—tentang keluarganya, tentang tekanan yang ia hadapi, dan bahkan tentang ketakutannya akan masa depan.Malam itu, mereka duduk berdua di ruang kerja Nathaniel setelah menyelesaikan laporan penting. Sebuah botol anggur telah terbuka di atas meja, memberikan sedikit kehangatan dalam percakapan mereka."Aku tidak pernah berpikir bahwa suatu hari aku akan berada dalam posisi ini," ujar Nathaniel, memainkan gelas anggurnya sambil menatap keluar jendela. "Dikhianati ol
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 85: Pengakuan di Balik Malam yang Panjang

Malam di kantor Nathaniel terasa lebih sunyi dari biasanya. Cahaya lampu redup menerangi ruangan kerja yang dipenuhi tumpukan berkas dan dokumen yang baru saja mereka selesaikan. Arissa merasakan kelelahan menjalar di tubuhnya setelah seharian bekerja tanpa henti, tetapi ada sesuatu dalam suasana malam itu yang membuatnya enggan untuk segera pulang.Nathaniel duduk di seberang meja, mengamati layar laptopnya dengan mata yang terlihat letih. Kemejanya sedikit kusut, dan dasinya sudah lama ia lepaskan. Di antara kesibukan mereka menghadapi proyek besar yang baru saja selesai, ada ketegangan lain yang mengendap di antara mereka—sesuatu yang tak terucapkan, tetapi perlahan mulai terasa lebih nyata.Arissa menarik napas dalam-dalam, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang menggeliat dalam dirinya. Sejak beberapa waktu lalu, kedekatannya dengan Nathaniel semakin terasa berbeda. Mereka tidak hanya bekerja bersama, tetapi juga berbagi waktu lebih banyak, berbicara tentang hal-hal yang lebih pe
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 86: Bayangan Masa Lalu

Arissa duduk di balkon apartemennya, menatap langit malam yang bertabur bintang. Angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, membawa aroma samar hujan yang baru saja reda. Ia memeluk lututnya sendiri, mencoba menenangkan gejolak dalam hatinya yang terus berkecamuk sejak Nathaniel mengungkapkan perasaannya malam itu.Ia menghela napas panjang, mencoba memilah pikirannya yang kusut. Di satu sisi, hatinya ingin merespons perasaan Nathaniel, ingin percaya bahwa hubungan mereka bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar rekan kerja atau teman. Namun, di sisi lain, bayangan masa lalunya terus menghantui, membisikkan ketakutan bahwa semua ini bisa berakhir dengan cara yang sama seperti sebelumnya—pengkhianatan, luka, dan kehancuran.Nathaniel adalah pria yang berbeda, itu yang selalu berusaha ia yakinkan pada dirinya sendiri. Nathaniel selalu menunjukkan kesabaran, perhatian, dan ketulusan yang sulit untuk diabaikan. Namun, semakin ia dekat dengan pria itu, semakin besar pula ketak
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 87: Aku ingin kita maju bersama

Nathaniel mencoba memberi Arissa waktu dan ruang untuk berpikir, tetapi semakin hari, ia merasa frustrasi karena tidak tahu bagaimana cara meyakinkan Arissa bahwa perasaannya tulus. Ia telah melakukan berbagai cara untuk mendukung Arissa, namun perempuan itu tetap terlihat ragu untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan mereka.Sejak malam ketika Nathaniel mengungkapkan perasaannya, Arissa menjadi lebih pendiam. Ia tetap menjalankan tugasnya di klinik seperti biasa, tetapi sikapnya terhadap Nathaniel sedikit berubah. Ia tidak lagi menghindari tatapan pria itu, namun juga tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia siap menerima perasaannya. Hal ini membuat Nathaniel semakin tidak tenang.Nathaniel bukanlah tipe pria yang mudah menyerah. Ia telah melalui banyak tantangan dalam hidupnya, baik dalam bisnis maupun kehidupan pribadi. Namun, menghadapi Arissa yang terus menerus ragu, membuatnya merasa seperti menghadapi rintangan terbesar dalam hidupnya. Ia ingin Arissa tahu bahwa ia tidak akan m
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 88 : Memberikan Semangat dan Dukungan

Nathaniel duduk di ruang kantornya dengan ekspresi wajah yang tegang. Tumpukan dokumen berserakan di meja, mencerminkan kekacauan yang tengah terjadi dalam hidupnya. Serangan dari Markus semakin menggila. Informasi-informasi yang tersebar di media dan dunia bisnis mengenai keluarganya telah mencoreng reputasinya secara signifikan. Beberapa klien yang awalnya setia mulai menarik diri, sementara para investor mulai meragukan posisinya sebagai pemimpin.Arissa mengetuk pintu sebelum masuk dengan hati-hati. Ia bisa melihat kelelahan yang terpancar dari wajah Nathaniel. Pria itu terlihat seakan memikul beban dunia di pundaknya. Tanpa berkata-kata, Arissa meletakkan secangkir kopi panas di meja Nathaniel.“Terima kasih,” gumam Nathaniel, suaranya terdengar serak.Arissa menarik kursi dan duduk di depannya. Ia bisa merasakan tekanan yang semakin berat di pundak Nathaniel. “Aku tahu ini berat untukmu. Tapi kau harus tetap fokus, Nathaniel. Kau tidak boleh membiarkan Mar
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 89 : tetap berusaha menahan diri

Arissa duduk di ruang kantornya, menatap layar laptop tanpa benar-benar melihat isi dokumen yang sedang terbuka. Pikirannya terlalu sibuk dengan hal lain—lebih tepatnya, dengan seseorang. Nathaniel.Ia semakin sulit menghindari perasaannya. Setiap kali melihat bagaimana Nathaniel berjuang menghadapi semua tekanan yang datang bertubi-tubi, bagaimana lelaki itu tetap teguh meski dihujani berbagai masalah, ia tidak bisa mengabaikan kekaguman yang perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam.Namun, ia tetap berusaha menahan diri. Rasa takut masih ada di dalam hatinya, berakar dari pengalaman pahit di masa lalu. Ia tidak ingin terjatuh dalam hubungan yang nantinya hanya akan melukai dirinya sendiri. Tidak lagi.Pintu ruangannya terbuka pelan, dan Lila, sahabat sekaligus rekan kerjanya, masuk dengan membawa secangkir kopi. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya sambil meletakkan cangkir itu di meja Arissa.Arissa tersenyum lemah. "Aku baik-baik saja. Hanya... ba
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 90 : Pengakuan Cintai Lagi

Malam itu, setelah pertemuan dengan klien penting yang penuh tekanan, Nathaniel merasa butuh udara segar. Beban bisnis yang semakin berat, ditambah dengan pengkhianatan keluarganya, membuat pikirannya terus dipenuhi kegelisahan. Ia menoleh ke arah Arissa yang duduk di sampingnya di dalam mobil. Wanita itu terlihat lelah, tapi tetap menunjukkan ketenangan seperti biasa. Nathaniel tahu bahwa ia sangat beruntung memiliki Arissa di sisinya, meskipun hubungan mereka masih dalam ketidakpastian.Tanpa berpikir panjang, ia mengarahkan mobil ke sebuah taman kota yang tenang. Lampu-lampu jalan menyala lembut, menerangi jalan setapak yang dipenuhi pepohonan rindang. Ia mematikan mesin mobil dan menoleh ke Arissa."Ayo keluar sebentar," katanya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.Arissa menatapnya ragu, tetapi akhirnya mengangguk dan membuka pintu. Mereka berjalan berdampingan di sepanjang jalan setapak yang sepi. Udara malam yang sejuk menyelimuti mereka, membe
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more
PREV
1
...
7891011
...
25
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status