Hari mulai gelap, langit yang tadinya cerah kini dipenuhi awan hitam, seakan mendengar tangis Alea yang terus menggema di ruang sempit itu. Air matanya mengalir deras, wajahnya memerah karena tangisan yang tak kunjung reda. "Ayah, aku mau pulang... Aku mau ketemu sama ibu," ratap Alea, suaranya serak, seperti tercekik oleh kesedihan."Sabar sebentar, tunggu perintah dari Tuan Barata," jawab Suripto dengan suara rendah, namun tetap dingin, mencoba menenangkan putrinya, meski hatinya sendiri penuh kecemasan.Tapi Alea tak bisa menahan tanya. "Memangnya kenapa kita harus menuruti Om Barata, ayah?" suaranya penuh keraguan, sedikit marah.Suripto hanya terdiam, matanya kosong, tidak ada jawaban yang keluar. Seolah-olah dia sudah kehabisan kata-kata, atau malah takut untuk berbicara lebih lanjut. Tak lama kemudian, Barata muncul dari dalam kamar dengan langkah berat, duduk di samping Alea, dan tersenyum tipis yang terasa sangat menyakitkan bagi siapa pun yang melihatnya."Alea," kata Barat
Terakhir Diperbarui : 2025-03-25 Baca selengkapnya