Home / Romansa / Ketua Geng itu Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Ketua Geng itu Suamiku : Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

Bab. 41. Dibalik Baku Hantam

Suara dengung ambulans akhirnya terdengar dari kejauhan, semakin lama semakin mendekat. Hati gue sedikit lega, tapi tetap saja rasa cemas belum hilang.Begitu mobil ambulans berhenti di dekat sawah, beberapa petugas medis langsung turun membawa tandu. Langkah mereka cepat dan sigap, menuju saung tempat kami berlindung.Di belakang para petugas medis, beberapa polisi juga ikut datang. Seragam mereka tampak kontras dengan warna keemasan sawah yang mulai meredup terkena cahaya matahari petang.Kedatangan mereka seharusnya membuat gue lebih tenang, tapi kenyataannya nggak begitu.Siska buru-buru membantu Rocky naik ke tandu, memastikan lukanya tetap stabil. Gue lihat wajah Rocky masih pucat, tapi dia berusaha tetap sadar. "Gue ikut sama Iky," kata Siska cepat sebelum masuk ke ambulans bersama Rocky.Sementara itu, Arum merangkul gue, membantu gue keluar dari saung dan berjalan melewati pematang sawah menuju ke tepian jalan. Gue nggak tahu seb
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 42. Setelah Badai

"Itu mereka..."Suara Pak Polisi terdengar samar di telinga gue, tapi cukup buat jantung gue berdegup lebih kencang.Gue reflek noleh, ngikutin arah telunjuknya.Dan di sana, di bawah pancaran lampu ambulans dan mobil polisi yang menerangi jalan berdebu itu, tiga sosok berjalan mendekat.Bin di tengah, Nunu di sisi kanan, dan Hasan di sisi kiri.Angin petang berhembus pelan, menggoyangkan rambut mereka yang acak-acakan. Pakaian mereka berdebu, sobek di beberapa bagian, dan darah kering menempel di wajah serta tangan mereka. Tapi, justru luka-luka itu yang bikin mereka terlihat semakin gahar. Napas mereka masih tersengal, tapi langkah mereka tetap tegap, seakan nggak mau menunjukkan rasa sakit yang mungkin mendera tubuh mereka.Gue membeku di tempat. Mata gue nggak bisa lepas dari Bin."Bin..."Suara gue keluar lirih, hampir kayak rintihan yang tercekik di tenggorokan.Dan seketika itu juga, ai
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 43. Sudah Keputusan

Gue nangis dalam pelukan Bin, nggak bisa nahan semua perasaan yang campur aduk di hati gue. Perasaan kehilangan, takut, sedih, dan marah bercampur jadi satu. Gue nggak siap pisah sama dia, bahkan untuk sementara pun rasanya kayak mimpi buruk yang nggak mau gue jalani.Tanpa kata, Bin narik diri pelan, matanya yang selalu penuh keyakinan kini basah. Dia menatap gue lama, seolah menghafal setiap detail wajah gue, seolah ini mungkin terakhir kalinya dia bisa lihat gue sedekat ini."Tunggu gue, Yu ...," katanya lirih, suaranya hampir serak, sebelum akhirnya dia menunduk dan mencium bibir gue dengan lembut.Ciuman itu nggak lama, tapi cukup buat hati gue semakin sakit. Gue ingin percaya semua akan baik-baik saja, tapi ketidakpastian yang dia berikan bikin gue takut.Gue melepas ciuman itu perlahan, menatap dia dengan air mata yang belum berhenti mengalir. "Berapa lama?" suara gue bergetar.Bin menghela napas, jemarinya menyentuh pipi gue denga
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 44. Kosong

Hari-hari gue jalani tanpa melihat Bin, baik di sekolah maupun di rumah.Setiap pagi, gue masuk kelas dan mendapati bangku kosong di belakang gue, bekas tempat Bin duduk bersama Nunu. Rasanya ada yang hilang, ada yang sepi. Gue nggak terbiasa dengan ini. Biasanya, gue bisa dengerin suara tawa kecil mereka, atau ngerasa gangguan kecil dari Bin yang suka nyolek punggung gue cuma buat godain. Sekarang, bangku itu kosong, jadi saksi bisu kepergian Bin.Hari ini, setelah pelajaran selesai, gue nggak tahan lagi. Gue noleh ke belakang, ke arah Nunu yang lagi sibuk ngeluarin buku dari tasnya."Nu, lo masih sering ketemu Bin nggak?" tanya gue, berharap setidaknya dia punya kabar tentang Bin.Nunu berhenti sejenak, lalu menghela napas. "Sekarang nggak ..., dia juga udah bilang ke kita, dia mau break dulu dari semua. Dia nggak ke basecamp, nongol di grup chat juga enggak," katanya pelan.Gue lihat wajahnya juga nggak jauh beda dari gue, sa
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 45. Baru Tahu

Tanpa terasa, hari yang gue tunggu-tunggu, atau lebih tepatnya, yang gue takuti, akhirnya tiba. Hari ujian. Hari di mana semuanya bakal diuji, bukan cuma seberapa banyak yang bisa gue ingat dari materi pelajaran, tapi juga seberapa kuat gue bisa tetap berdiri tanpa kehadiran Bin di sisi gue.Gue melangkah melewati koridor sekolah yang ramai. Siswa-siswa lain terlihat sibuk dengan buku catatan mereka, ada yang menghafal rumus, ada yang sekadar ngobrol buat nenangin diri. Tapi gue? Gue cuma diam, terus berjalan sambil ngerasain dada gue sedikit sesak.Nama gue ada di daftar ruangan yang sama dengan Iky. Setidaknya, ada satu wajah familiar yang bisa bikin gue nggak terlalu tegang.Tapi tetap aja, ada satu sosok yang harusnya ada di sini, di ruangan yang sama dengan gue, ngeledekin gue kayak biasa, atau minimal, meremas tangan gue sebelum masuk kelas buat ngasih semangat.Gue berhenti tepat di depan pintu kelas. Tangan gue mengepal di sisi t
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 46. Liwet

Ujian pun akhirnya usai. Semua rasa tegang, cemas, dan stres yang selama ini menumpuk rasanya mulai luruh satu per satu. Gue, Arum, dan Siska langsung sepakat buat main ke basecamp GGS, merayakan kebebasan kecil setelah berminggu-minggu berkutat sama buku dan latihan soal.Begitu sampai di sana, suasana langsung terasa akrab dan hangat. Nggak ada yang repot-repot beli makanan dari luar, kita semua sepakat buat masak nasi liwet bareng.Tangannya Arum yang paling cekatan, dia yang nyiapin bumbu, sementara gue dan Siska bantu-bantu sebisanya. Iky dan Hasan juga ikut nimbrung, sesekali malah cuma becanda doang, bikin kerjaan makin lama selesai."Aduh, ini nasinya kebanyakan air nggak sih?" tanya Siska sambil melirik panci."Santai aja, Sis. Kalau kebanyakan air, ya jadi bubur. Kalau kurang, tinggal tambahin lagi," kata Iky santai."Ih, santai banget lo!" protes Siska sambil jitak kepala Iky, bikin kita semua ketawa.Setelah
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 47. Di Bengkel

Begitu sampai di bengkel, gue langsung tercengang. Tempat ini jauh dari bayangan gue tentang bengkel motor pada umumnya. Alih-alih penuh dengan oli dan bau besi yang menyengat, justru suasana di sini lebih mirip kafe dengan sentuhan industrial.Lampu gantung bergaya vintage menggantung dari langit-langit tinggi, dindingnya terbuat dari bata ekspos dengan dekorasi khas otomotif seperti plat nomor antik, roda gigi besar, dan poster-poster motor klasik. Meja dan kursi kayu dipadukan dengan elemen besi, menambah kesan maskulin tapi tetap nyaman buat nongkrong.Di sebelah bangunan utama, barulah area bengkel terlihat. Deretan motor gede berjejer rapi, dari Harley-Davidson, Ducati, sampai BMW seri touring.Beberapa alat servis terpajang di dinding, tersusun dengan rapi, menunjukkan kalau ini bukan bengkel sembarangan. Yang unik, ada jendela kaca besar yang memisahkan kafe dan bengkel, jadi pelanggan yang servis ringan bisa duduk santai sambil ngopi, nonton mekan
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 48. Batu!

"Bin! Lo apa kabar? Jahat banget sih jarang bales chat!" Gue nahan nangis, suara gue bergetar sedikit. Rasa rindu yang gue tahan selama ini akhirnya memuncak begitu wajah Bin muncul di layar ponsel.Tapi ternyata, suara gue cukup nyaring buat menarik perhatian anak-anak lain, terutama anak-anak GGS."Anjir, lo lama banget baliknya Bang!" Hasan langsung nimbrung dan duduk di samping gue, kepalanya ikut menunduk biar masuk frame.Satu per satu yang lain juga datang, Bang M, Nunu, Jinu, Rocky, dan yang lainnya ngerubungin gue, berusaha masuk ke dalam layar kecil HP gue.Bin di seberang sana ketawa kecil, matanya berbinar melihat kehebohan kita. "Ya, gue 'kan fokus ujian, ditambah nemenin Ibu. Ibu gue sakit ...," katanya lirih.Seketika suasana yang tadinya riuh mendadak lebih tenang. Gue ikut diam, mencoba mencerna kata-katanya."Ya ampun, gue bantu lo ya? Udah beres ujian juga!" Gue refleks nawarin bantuan, rasa khawatir gue makin
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 49. Apa gue nggak salah denger?

Sampai akhirnya, motor Iky berhenti di depan rumah gue. Selama perjalanan tadi, dia tetap nggak kasih jawaban apa pun soal pertanyaan gue sebelumnya. Diam seribu bahasa, seolah-olah nggak pernah ada percakapan tadi. Gue masih kepikiran sih, tapi yaudah lah, kalau dia nggak mau cerita, gue juga nggak bisa maksain.Gue turun dari motor, melepas helm, lalu nyodorin ke dia."Makasih, Ky," ucap gue pelan.Iky menerima helmnya dengan santai. "Iya, sama-sama. Nanti pas masuk sekolah lagi, gue jemput seperti biasa," katanya.Gue cuma bisa mengangguk. Mau nolak juga percuma, karena gue tahu Iky udah ditugasin buat jagain gue. Dan jujur aja, gue pun sebenarnya nggak keberatan. Setelah kejadian penculikan itu, gue masih trauma kalau harus pergi sendirian, walau cuma sebentar.Trauma itu nggak hilang begitu aja. Sampai sekarang, gue masih sering kepikiran kejadian itu. Bahkan gue sempet dateng ke psikiater buat ngobatin rasa takut gue yang
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 50. Perasaan Iky

Gue nggak bisa ngomong. Rasanya tenggorokan gue tercekat, napas gue mendadak berat. Jantung gue berdebar kencang, tapi bukan karena senang, lebih ke arah syok yang bikin nyesek. Gue nggak percaya sama apa yang baru aja gue denger.Sementara itu, Jeni mungkin lebih sakit hati lagi. Dia mundur perlahan, wajahnya penuh keterkejutan yang bercampur kepedihan. Matanya mulai berkaca-kaca, lalu dengan suara gemetar dia berbisik, "Tega lo, Ky..."Tanpa menunggu jawaban, dia berbalik dan langsung lari kecil meninggalkan kami. Tangisnya nggak bisa dia tahan lagi. Gue ngeliatin punggungnya yang semakin menjauh, dan jujur, gue kasihan. Sakit hati dia pasti lebih besar daripada keterkejutan gue sekarang. Tapi gue nggak bisa berbuat apa-apa.Gue mengalihkan pandangan ke Rocky. "Ky ...?" suara gue lirih, penuh harap kalau-kalau dia tadi cuma bercanda, atau mungkin dia lagi emosi aja karena keadaan.Iky menoleh, tapi bukannya menjawab, dia malah meraih pergelangan
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status