Air mata gue meluncur bebas tanpa permisi, nggak peduli sama gengsi atau apa pun. Gue ngerasa dada gue sesak, kayak ada beban berat yang nggak bisa gue tahan lagi. Melihat luka itu di tubuh Bin, hati gue rasanya mencelos.Entah kenapa, rasanya nyesek banget lihat dia terluka kayak gini. Setelah tinggal bareng, gue baru sadar ada sisi lain dari Bin yang selama ini gue abaikan. Dia mungkin nyebelin, suka godain gue, dan sering bikin kesel, tapi dia juga selalu ada buat gue. Caranya melindungi gue, perhatiannya yang kadang dia samarkan dengan sikap cueknya, semua itu bikin gue nggak bisa benci dia."Lo harusnya bilang, Bin!" Suara gue serak, marah bercampur frustasi.Bin malah kelihatan kaget. "Eh, kenapa lo nangis? Gue nggak kenapa-kenapa, Yu," katanya, suaranya rendah, lembut, sambil naruh tangannya di bahu gue."Gue takut, Bin! Gue takut! Jangan sampai lo kenapa-kenapa di luar sana!" Gue makin terisak. Air mata gue nggak bisa gue tahan lagi.
Terakhir Diperbarui : 2025-02-20 Baca selengkapnya