Share

Bab 46. Liwet

Penulis: Vya Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 12:54:39

Ujian pun akhirnya usai. Semua rasa tegang, cemas, dan stres yang selama ini menumpuk rasanya mulai luruh satu per satu.

Gue, Arum, dan Siska langsung sepakat buat main ke basecamp GGS, merayakan kebebasan kecil setelah berminggu-minggu berkutat sama buku dan latihan soal.

Begitu sampai di sana, suasana langsung terasa akrab dan hangat. Nggak ada yang repot-repot beli makanan dari luar, kita semua sepakat buat masak nasi liwet bareng.

Tangannya Arum yang paling cekatan, dia yang nyiapin bumbu, sementara gue dan Siska bantu-bantu sebisanya. Iky dan Hasan juga ikut nimbrung, sesekali malah cuma becanda doang, bikin kerjaan makin lama selesai.

"Aduh, ini nasinya kebanyakan air nggak sih?" tanya Siska sambil melirik panci.

"Santai aja, Sis. Kalau kebanyakan air, ya jadi bubur. Kalau kurang, tinggal tambahin lagi," kata Iky santai.

"Ih, santai banget lo!" protes Siska sambil jitak kepala Iky, bikin kita semua ketawa.

Setelah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 47. Di Bengkel

    Begitu sampai di bengkel, gue langsung tercengang. Tempat ini jauh dari bayangan gue tentang bengkel motor pada umumnya. Alih-alih penuh dengan oli dan bau besi yang menyengat, justru suasana di sini lebih mirip kafe dengan sentuhan industrial.Lampu gantung bergaya vintage menggantung dari langit-langit tinggi, dindingnya terbuat dari bata ekspos dengan dekorasi khas otomotif seperti plat nomor antik, roda gigi besar, dan poster-poster motor klasik. Meja dan kursi kayu dipadukan dengan elemen besi, menambah kesan maskulin tapi tetap nyaman buat nongkrong.Di sebelah bangunan utama, barulah area bengkel terlihat. Deretan motor gede berjejer rapi, dari Harley-Davidson, Ducati, sampai BMW seri touring.Beberapa alat servis terpajang di dinding, tersusun dengan rapi, menunjukkan kalau ini bukan bengkel sembarangan. Yang unik, ada jendela kaca besar yang memisahkan kafe dan bengkel, jadi pelanggan yang servis ringan bisa duduk santai sambil ngopi, nonton mekan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 48. Batu!

    "Bin! Lo apa kabar? Jahat banget sih jarang bales chat!" Gue nahan nangis, suara gue bergetar sedikit. Rasa rindu yang gue tahan selama ini akhirnya memuncak begitu wajah Bin muncul di layar ponsel.Tapi ternyata, suara gue cukup nyaring buat menarik perhatian anak-anak lain, terutama anak-anak GGS."Anjir, lo lama banget baliknya Bang!" Hasan langsung nimbrung dan duduk di samping gue, kepalanya ikut menunduk biar masuk frame.Satu per satu yang lain juga datang, Bang M, Nunu, Jinu, Rocky, dan yang lainnya ngerubungin gue, berusaha masuk ke dalam layar kecil HP gue.Bin di seberang sana ketawa kecil, matanya berbinar melihat kehebohan kita. "Ya, gue 'kan fokus ujian, ditambah nemenin Ibu. Ibu gue sakit ...," katanya lirih.Seketika suasana yang tadinya riuh mendadak lebih tenang. Gue ikut diam, mencoba mencerna kata-katanya."Ya ampun, gue bantu lo ya? Udah beres ujian juga!" Gue refleks nawarin bantuan, rasa khawatir gue makin

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 49. Apa gue nggak salah denger?

    Sampai akhirnya, motor Iky berhenti di depan rumah gue. Selama perjalanan tadi, dia tetap nggak kasih jawaban apa pun soal pertanyaan gue sebelumnya. Diam seribu bahasa, seolah-olah nggak pernah ada percakapan tadi. Gue masih kepikiran sih, tapi yaudah lah, kalau dia nggak mau cerita, gue juga nggak bisa maksain.Gue turun dari motor, melepas helm, lalu nyodorin ke dia."Makasih, Ky," ucap gue pelan.Iky menerima helmnya dengan santai. "Iya, sama-sama. Nanti pas masuk sekolah lagi, gue jemput seperti biasa," katanya.Gue cuma bisa mengangguk. Mau nolak juga percuma, karena gue tahu Iky udah ditugasin buat jagain gue. Dan jujur aja, gue pun sebenarnya nggak keberatan. Setelah kejadian penculikan itu, gue masih trauma kalau harus pergi sendirian, walau cuma sebentar.Trauma itu nggak hilang begitu aja. Sampai sekarang, gue masih sering kepikiran kejadian itu. Bahkan gue sempet dateng ke psikiater buat ngobatin rasa takut gue yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 50. Perasaan Iky

    Gue nggak bisa ngomong. Rasanya tenggorokan gue tercekat, napas gue mendadak berat. Jantung gue berdebar kencang, tapi bukan karena senang, lebih ke arah syok yang bikin nyesek. Gue nggak percaya sama apa yang baru aja gue denger.Sementara itu, Jeni mungkin lebih sakit hati lagi. Dia mundur perlahan, wajahnya penuh keterkejutan yang bercampur kepedihan. Matanya mulai berkaca-kaca, lalu dengan suara gemetar dia berbisik, "Tega lo, Ky..."Tanpa menunggu jawaban, dia berbalik dan langsung lari kecil meninggalkan kami. Tangisnya nggak bisa dia tahan lagi. Gue ngeliatin punggungnya yang semakin menjauh, dan jujur, gue kasihan. Sakit hati dia pasti lebih besar daripada keterkejutan gue sekarang. Tapi gue nggak bisa berbuat apa-apa.Gue mengalihkan pandangan ke Rocky. "Ky ...?" suara gue lirih, penuh harap kalau-kalau dia tadi cuma bercanda, atau mungkin dia lagi emosi aja karena keadaan.Iky menoleh, tapi bukannya menjawab, dia malah meraih pergelangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 51. Peringkat

    Gue akhirnya berdiri, menghela napas dalam-dalam sambil menatap halaman belakang sekolah ini. Tempat yang penuh kenangan. Di sini, dulu gue dan Bin sering ngobrol, berantem, bahkan ngalamin kejadian-kejadian yang bikin hati gue campur aduk. Dan barusan, di tempat ini juga, Iky akhirnya mengungkapkan perasaannya.Gue nggak tahu harus gimana, tapi satu yang pasti, sebentar lagi semua ini bakal gue tinggalin. Halaman belakang ini, bangunan sekolah ini, semua orang di dalamnya. Masa-masa ini nggak akan terulang lagi, dan entah kenapa, perasaan gue semakin berat.Dengan langkah pelan, gue masuk lagi ke area sekolah. Tapi gue belum siap buat ketemu banyak orang, belum siap dikerubutin sama temen-temen atau pura-pura ceria kayak nggak ada apa-apa. Akhirnya, gue mutusin buat ke kantin.Gue duduk di pojokan, nunduk sambil ngetuk-ngetukin jari ke meja. Notifikasi pesan di HP gue kedengeran bejibun, tapi gue nggak peduli. Gue butuh waktu buat nenangin diri.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 52. Telepon

    Gue lanjut menyusuri daftar nama di papan pengumuman, kali ini nyari nama anak-anak GGS yang lain. Mereka tersebar di dua puluh peringkat teratas. Ada yang masuk sepuluh besar, ada juga yang sedikit di bawah, tapi tetap aja, hasil mereka nggak jelek.Gue sedikit tersenyum. Waw, lumayan juga. Meski mereka sering bandel, sering bolos, dan kadang malah lebih banyak keluyuran di jalan daripada duduk di kelas, ternyata otak mereka nggak bisa diremehkan.Mungkin karena sering latihan strategi buat urusan geng, mereka jadi punya pemikiran yang lebih tajam? Atau mungkin karena Bin?Ya, Bin...Gue menghela napas pelan. Meskipun lagi di tengah euforia kelulusan, tiba-tiba perasaan gue jadi mendung. Gue kangen. Kangen banget.Inget waktu Bin ngajak gue buat ngajarin dia belajar, padahal awalnya gue males banget. Tapi ternyata, saat kita akhirnya duduk bareng, gue sadar kalau Bin bukan cuma anak geng yang suka ribut atau balapan motor.Dia p

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 53. Ketemu

    Gue noleh ke Siska dengan tatapan penuh kebingungan, sementara Arum yang baru nyusul juga langsung jongkok di depan gue, ngelihatin gue dengan curiga. "Astaga, Ayu ... Lo nangis?!" Arum langsung panik. "Siapa yang bikin lo nangis? Gue hajar nih!" "Gue nggak nangis karena sedih," gue buru-buru klarifikasi, meskipun sisa air mata masih ada di pipi gue. Gue usap cepet-cepet. "Gue nangis karena ... ah, gimana ya jelasinnya!" Siska dan Arum makin penasaran. Mereka saling lirik, terus noleh ke gue lagi. "Udah, buruan cerita sebelum gue kepikiran nimpuk lo pake botol minum," ancam Siska dengan wajah gemas. Gue tarik napas panjang, mencoba mengatur degup jantung gue yang masih nggak stabil. Akhirnya, dengan suara masih sedikit gemetar, gue jawab, "Bin ... nelepon gue barusan." Dua detik hening. Terus ... "APA?! BIN?!" Arum dan Siska kompak teriak, sampai beberapa anak di k

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 54. I Want You More

    Tanpa banyak kata, Mbin menarik gue ke dalam pelukannya. Gue nggak bisa menahan lagi, tangis gue langsung pecah di dadanya, semua rindu yang selama ini gue pendam mengalir begitu saja.Dia nggak berkata apa-apa, cuma mengeratkan pelukannya, membiarkan gue melepaskan semua yang tertahan. Setelah beberapa saat, dia menarik diri sedikit, cukup untuk melihat wajah gue. Kedua tangannya naik, jari-jarinya menyentuh pipi gue dengan lembut, menghapus sisa air mata yang masih mengalir."Jangan nangis, Yu ... Aku di sini." Suaranya lembut, hampir berbisik, bercampur dengan deru napasnya yang terdengar begitu dekat.Dan sebelum gue bisa merespons, dia menundukkan wajahnya, bibirnya menyentuh bibir gue.Ciumannya lembut di awal, seolah ingin menenangkan gue, tapi perlahan ada sesuatu yang berubah. Sentuhannya makin dalam, gerakannya makin menuntut. Tanpa sadar, langkah gue mundur, mengikuti arahan tubuhnya, sampai akhirnya punggung gue menyentuh dinding.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11

Bab terbaru

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 68. Ending

    Dua Tahun KemudianDua tahun sudah berlalu sejak semua kekacauan itu terjadi. Sekarang hidup gue jauh lebih tenang, lebih teratur, dan lebih bahagia.Mbin akhirnya masuk kuliah tahun lalu, sementara gue sendiri udah jadi seniornya. Iya, gue senior Bin sekarang. Kocak banget nggak sih? Tapi di kampus, semua orang udah tahu kalau kita suami istri. Udah bukan rahasia lagi kalau kita kemana-mana selalu berdua.Dan ... kalau pulang, ada si kecil yang selalu nungguin gue.Iya, setelah setahun lebih kuliah, gue dan Bin akhirnya memutuskan buat nggak menunda punya anak. Sekarang, gue udah jadi ibu dari seorang bayi laki-laki yang super lucu.Namanya Bintang.Dia baru enam bulan, tapi ya ampun, ganteng banget! Mirip banget sama Bin, kayak versi mininya. Makanya kita sengaja kasih nama Bintang, biar tetep ada unsur "Bin" di namanya."Dia yang nyinari hidup gue sekarang."Kadang gue suka mikir, nanti kalau gue lulus kuliah

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 67. Baikan

    Begitu sampai di kampus, gue langsung menuju bangku taman buat duduk sebentar. Pagi ini matahari nggak terlalu terik, tapi tetep aja gue ngerasa gerah, apalagi pakai turtleneck gini. Tapi nggak ada pilihan, kan ya?Baru aja pantat gue mendarat di bangku, Siska dan Arum langsung nanya dengan tatapan penuh kecurigaan."Kenapa jalan lo aneh?""Nggak apa-apa ah," gue buru-buru jawab, berusaha santai sambil langsung duduk. Tapi ya tetep aja, gue tahu mereka pasti sadar.Si Nunu, yang udah lebih pengalaman dalam hal beginian, duduk di samping gue sambil nyengir penuh arti. Bedanya, dia agak menjauh dari anak-anak GGS lain, kayak mau nyulik gue buat interogasi."Tch, belah duren si Mbin euy!" katanya sambil nuduh terang-terangan.Gue langsung melotot ke arah dia."Yaaa! Shibal Sekiya anjir!" Gue spontan ngumpat pake bahasa Korea, ala-ala drama yang biasa gue tonton.Tapi si Nunu malah ngakak, makin jadi anjir!

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 66. Mau Nunda ata Gass aja?

    Pagi ini gue bangun dengan tubuh masih terasa remuk. Gue mengerjap pelan, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk dari celah tirai jendela.Mbin ada di samping gue, masih kebluk tidur, napasnya teratur, dan... tanpa baju!Astaga! Gue juga!Refleks, gue langsung narik selimut buat nutupin badan gue, walau sebenarnya udah nggak ada gunanya juga. Malam tadi dia udah melihat semuanya, menyentuh semuanya, dan... merasakan semuanya.Gue buru-buru meraih baju-baju gue yang bertebaran di lantai, yang dia lempar sembarangan semalam. Ckck, gila, predator memangsa ini mah. Tapi ya, dia lembut banget, karena tahu ini pertama kalinya buat gue.Semalam, dia sempat khawatir dan kasihan lihat gue kesakitan. Tapi pada akhirnya, dia juga nggak bisa nahan lagi.Gue bangkit dari ranjang dengan kaki yang terasa pegal, lalu tertatih masuk ke kamar mandi. Begitu gue berdiri di depan cermin, gue langsung menahan napas.Ya ampun.Ref

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 65. Fade to Black

    "Maafin aku, Yu." Napasnya terasa hangat di tengkuk gue, sedikit bergetar, seolah menyimpan semua beban yang selama ini dia pikul sendirian. Lalu perlahan, dia menarik diri dari pelukan, menatap gue lekat-lekat dengan mata yang menyimpan banyak cerita. Ada kelelahan, ada kesedihan, tapi juga ada ketulusan di sana. "Terus kamu nggak daftar kuliah karena harus urus Mama, ya?" tanya gue pelan. Dia nggak langsung jawab, cuma tersenyum tipis sebelum menuntun gue duduk di tepi ranjang. Tangannya masih menggenggam tangan gue, erat seolah nggak mau kehilangan lagi. "Ya, itu keadaannya. Nggak apa-apa 'kan, Yu? Aku bisa daftar kuliah tahun depan. Sementara nunggu, aku mau urus bengkel dulu. Mama juga udah sembuh, udah bisa jalan, ke toilet sendiri," katanya lirih. Suaranya sedikit bergetar, dan matanya yang berkaca-kaca menatap ke awang-awang, seakan sedang mengenang masa-masa sulit yang baru saja dia lewati.

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 64. Haru

    Mbin menggenggam tangan gue erat, seakan nggak mau gue ragu atau malah mundur. Dia menuntun gue masuk ke dalam rumah, ke tempat yang dulu gue anggap sebagai rumah gue juga. Hawa di dalam masih sama seperti yang gue ingat, hangat, tapi tetap terjaga kondisi rumahnya.Dia terus menuntun gue ke arah kamar utama. Setiap langkah yang gue ambil terasa semakin berat, karena gue nggak tahu apa yang bakal gue temuin di dalam sana. Perasaan gue nggak enak, tapi gue tetap mengikuti langkahnya.Begitu Mbin membuka pintu kamar, pandangan gue langsung tertuju pada dua sosok yang gue kenal betul.Gue terdiam. Jantung gue serasa berhenti berdetak sejenak.Di dalam kamar itu, duduk seorang wanita di kursi roda. Beliau menoleh ke arah gue dengan senyum lembut yang begitu gue rindukan."Mama?" Gue menyebutnya pelan, hampir seperti bisikan.Ibunya Mbin, yang selama ini gue panggil 'Mama', menatap gue penuh kasih sayang. Tapi kenapa ... kenapa beliau

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 63. Kecewa

    Akhirnya, momen yang selama ini gue tunggu-tunggu juga datang. Gue sama temen-temen diterima di universitas impian. Meskipun minat kita beda-beda, tetep aja kita selalu kompak dan kumpul bareng. Anak-anak GGS, yang udah dikenal sebagai sosok pemberani dan berjiwa teknik, pada ambil jurusan Teknik Mesin, ada juga yang masuk jurusan Manajemen buat ngelola bisnis bengkel kita nanti. Sementara itu, gue sendiri memilih jurusan Sastra Bahasa, persis seperti yang gue rencanakan dari dulu. Meskipun gedung fakultas kita beda, tapi setiap sore, kita selalu ngumpul di satu spot di taman kampus, tempat yang udah jadi saksi dari tawa, cerita, dan rindu yang kita bagi bersama. Tapi, ada satu hal yang bikin hati gue masih berat, yaitu Bin. Dia selalu bilang bakal nyusul daftar kuliah, bilang "Tunggu, Yu, nanti aku bakal nyusul daftar kuliahnya." Tapi sekarang udah lewat enam bulan, dan gue belum pernah lihat dia muncul di hadapan gue, nggak di kampus m

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 62. Lullaby

    Akhirnya, setelah puas memata-matai Rocky alias Iky dan Jeni, kita semua mencar dan pergi dari food court setelah makan. Perut kenyang, hati agak lega, tapi otak gue masih muter-muter mikirin obrolan yang tadi gue denger.Seperti biasa, Arum langsung lengket sama Bang M, entah mereka mau ke mana. Siska juga udah pergi duluan bareng Bang Jinu, mesra banget kayak dunia milik mereka berdua. Tinggal gue, Hasan, dan Nunu yang masih berdiri di parkiran basement, kayak anak ilang nggak punya tujuan."Gue pulang bareng Hasan ajalah," kata gue tiba-tiba, sambil melipat tangan di dada dan melirik tajam ke Hasan yang baru aja ngeluarin motornya. "Mau gue ceramahin dia!"Hasan yang lagi masang helm langsung ngebelalak. "Hah? Ceramahin apaan, sih?"Nunu ketawa dikit sebelum masukin kunci ke motornya dan nyalain mesin. "Ya udah, gue cabut duluan ya. Lo hati-hati ama si Setan cewek nih, San!" katanya sambil nyengir ke Hasan.Hasan malah ketawa sambil ng

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 61. Akhirnya

    Nunu akhirnya balik dari toilet, dia ikutan mantau Iky sama Jeni.Jeni Langsung ganti baju pake baju yang di pilih Iky tadi, terus gue, Nunu sama Hasan berdiri jauh dari seberang toko, lihat Iky sama Jeni bergerak keluar toko.Kita ikutin mereka pelan-pelan, sementara pasangan Jinu-Siska, Bang M-Arum kelihatan mulai ngikutin juga dengan jarak yang lumayan jauh juga dari gue.Iky menuju food court, kita juga duduk cari meja kosong agak jauh tapi tetep bisa kelihatan mantau iky sama Jeni.Dari kejauhan, gue lihat Iky duduk di seberang Jeni. Mereka kelihatan ngobrol, tapi ekspresi Iky masih datar kayak biasanya.Jeni nyengir kecil sambil nunjuk-nunjuk menu di tangannya, kayak lagi nawarin sesuatu ke Iky. Gue bisa nebak, pasti dia maksa Iky buat pesen makanan bareng."Kayaknya Jeni bakal mesenin makanan buat mereka," bisik Nunu, nyikut lengan gue pelan.Gue mengangguk, mata masih fokus ke mereka. Benar aja, beberapa menit ke

  • Ketua Geng itu Suamiku    Bab 60. Ternyata Dia

    Kita terus ngikutin Iky dari belakang, menjaga jarak biar nggak ketahuan. Gue pikir mereka bakal langsung pulang ke rumah Jeni, tapi ternyata motor Iky malah belok ke arah pusat kota dan akhirnya berhenti di parkiran mall."Jeni ngajak ke mall?" gumam gue sambil turun dari motornya Nunu."Ya baguslah, biar mereka bisa berduaan," sahut Nunu santai sambil melepas helmnya.Gue masih memperhatikan mereka dari jauh. Jeni turun lebih dulu, terus nungguin Iky yang lagi matiin mesin motor. Dari cara Jeni berdiri yang sedikit berjinjit sambil ngelirik Iky, kelihatan banget dia excited. Sementara Iky, seperti biasa, mukanya datar. Tapi entah kenapa, dia nggak kelihatan seketus tadi pagi.Hasan juga turun dari motornya, terus jalan ke arah gue dan Nunu. "Jadi gimana nih? Kita ngikutin ke dalem?" tanyanya, suaranya agak berbisik biar nggak ketahuan yang lain."Iya lah! Masa sampe sini doang," jawab Nunu enteng.Gue masih agak ragu. "Tapi kal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status