Home / Fantasi / Kebangkitan Klan Phoenix / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kebangkitan Klan Phoenix: Chapter 61 - Chapter 70

140 Chapters

Hutan White Parrot, Hutan yang Penuh Misteri

Dua hari telah berlalu sejak mereka meninggalkan Lembah Mystral, tempat yang menyimpan kenangan pahit. Perjalanan mereka kini membawa Kiran dan kelompoknya memasuki kedalaman Hutan White Parrot, sebuah hutan pinus abadi yang menjulang tinggi ke langit, sebuah tempat yang penuh misteri.Pohon-pohon pinus raksasa dengan batang keperakan, seperti pilar-pilar yang menjulang, berdiri kokoh, menciptakan kanopi tebal yang hampir tidak meneruskan cahaya matahari ke tanah hutan, memberikan kesan yang mencekam.Udara di Hutan White Parrot terasa berbeda, sebuah perbedaan yang jelas. Lebih dingin, lebih pekat, seolah diselimuti kabut tipis yang tak kasat mata, memberikan kesan yang aneh. Aroma getah pinus yang kuat, seperti wewangian yang khas, bercampur dengan bau tanah lembab dan jamur hutan, menciptakan wewangian khas yang memenuhi setiap tarikan napas, memberikan kesan yang unik."Hutan ini terasa aneh, ada sesuatu yang berbeda," gumam Emma, matanya waspada mengamati sekeliling, mencoba mema
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 60: Pertarungan Sihir Api Di Hutan White Parrot.

Kazam berdiri, wajahnya memerah padam, dilanda amarah yang membara. Matanya menyipit, menatap tajam ke arah Emma yang baru saja menghajar dua Imp budaknya, sebuah tindakan yang tak terduga. Kedua makhluk kecil berwarna merah itu kini tergeletak di tanah, merintih kesakitan dengan suara melengking yang memekakkan telinga, sebuah pemandangan yang memuakkan."Beraninya kau menyentuh Burs dan Kon, beraninya kau melakukan itu!" desis Kazam, suaranya sarat akan kebencian, tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih, menunjukkan kemarahan yang memuncak."Tidak ada yang boleh menyentuh budak-budakku, tidak ada yang berani!"Burs, Imp yang lebih kecil dengan tanduk melengkung, perlahan bangkit, mencoba berdiri. Air mata buaya mengalir di pipinya yang merah, menunjukkan kepura-puraan. "Tuan Kazam... mereka menyerang kami tanpa alasan, mereka sangat kejam," rengeknya dengan suara yang dibuat-buat, mencoba mencari simpati. "Kami hanya bertanya arah, kami tidak melakukan apa-apa, ta
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Kontrak Dua Imp.

Hutan White Parrot, setelah kematian Kazam yang Agung..."Jangan bunuh aku, jangan akhiri hidupku..." Tiba-tiba, Imp bernama Burs, makhluk kecil yang ketakutan, langsung bersujud di kaki Kiran, memohon belas kasihan."Aku mendukungmu, Tuan muda, aku akan menjadi pelayanmu," Ucap Burs si Imp, suaranya gemetar, yang langsung mencium kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan.Melihat hal ini, ekspresi Imp yang satunya, Kon, berubah jelek, menunjukkan rasa iri. Wajahnya menjadi ungu, pertanda marah, ekspresi yang tak menyenangkan."Burs! Kamu sungguh tak punya malu, kamu menjijikkan. Seharusnya aku yang bersujud di kaki Tuan muda ini, aku yang pertama. Kamu yang pada awalnya sangat keras, mencaci kelompok Tuan muda Kiran, kini sudah lebih dahulu mencari muka, kamu munafik!"Tak mau kalah dengan Burs, Kon si Imp yang satunya ikut-ikutan bersujud di kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan. Anehnya, mereka berdua kini sikut menyikut, saling dorong, bersikap seolah-olah takut tak diangkat sebagai master o
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Burs - Imp Mata-Mata.

Angin dingin menerpa sayap kelelawar Burs yang mengepak cepat. Sudah hampir setengah hari ia terbang tanpa henti, menjauhi kelompok Kiran dan tuannya yang baru. Hutan White Parrot yang gelap dan misterius perlahan-lahan mulai menipis, digantikan oleh pepohonan yang lebih jarang dan langit yang lebih terbuka."Akhirnya," gumam Burs, menyeka keringat dari dahinya yang merah. "Tuan Kiran tidak tahu betapa jauhnya Tambang Tartaf itu. Untung aku bukan Imp biasa."Burs memang bukan Imp sembarangan. Di antara kaumnya, ia terkenal memiliki stamina terbang yang luar biasa dan kemampuan mengintai yang tajam. Itulah sebabnya Kazam memilihnya sebagai mata-mata pribadi. Namun sekarang, setelah kematian tuannya yang lama, ia harus melayani tuan baru—seorang penyihir manusia yang menurutnya hebat, mampu memanggil Merak Api Gurun Atulla.Saat matahari mulai condong ke barat, Burs akhirnya mencapai penghujung Hutan White Parrot. Di hadapannya terbentang pemandangan perbukitan berbatu yang gersang—P
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Di Insiden di Pintu Tambang.

Di depan pintu Tambang kuno bernama Tambang Tartaf, di Perbukitan Fatique...Burs, Imp budak Kiran tampak berdiri dan antri di barisan kelompok penyihir, knight dan pedagang.Saat itu, Burs menajamkan telinganya, menyerap setiap informasi yang bisa ia dapatkan. Paradox Colosseum? Juara Bertahan? Ini informasi baru yang mungkin berguna bagi Tuan Kiran.Saking antusiasnya, Burs menabrak sosok di depannya - penyihir tua berwajah tidak simpatik itu."Aduh! Hei... Kamu penyihir berjerawat. Mau apa kamu merapat di punggungku? Kau ini semacam stalker? Ingin mendengar informasi dariku, ha?" Penyihir tua itu memaki Burs. Adapun Knight, kawan bicara penyihir itu, ia sudah menggenggam pedangnya, siap menebas Burs jika diperlukan.Namun karena Burs menunjukkan ekspresi bodoh, dan minta dikasihani... Kedua orang itu tidak mempermasalahkannya lagi."Maafkan aku... Maafkan aku," ucap Burs membungkuk serendah-rendahnya, seperti orang yang berhati lembut. Sikapnya menimbulkan rasa iba penyihir tua ya
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Permainan Berburu.

Sinar matahari menembus kanopi lebat Hutan White Parrot, menciptakan bercak-bercak cahaya keemasan di tanah hutan yang lembab. Kiran, Emma, Chen, dan Pigenor melanjutkan perjalanan mereka dengan menunggangi Gallileon, bergerak perlahan menuju Perbukitan Fatique di mana Tambang Tartaf berada."Berapa lama lagi kita akan sampai?" tanya Emma, menyeka keringat dari dahinya."Menurut peta Roric, kita masih butuh waktu tiga hari tiga malam untuk mencapai Tambang Tartaf," jawab Kiran, mengamati peta usang di tangannya. "Kita harus menggunakan jalur darat untuk menghindari deteksi sihir pemerintah Qingchang."Chen mengangguk setuju. "Jalur udara memang lebih cepat, tapi terlalu berisiko. Pemerintah Qingchang memiliki menara pengintai sihir di sepanjang wilayah mereka.""Lagipula," tambah Pigenor, "perjalanan darat memberi kita kesempatan untuk lebih mengenal medan. Kita tidak tahu apa yang menunggu kita di Tambang Tartaf."Kon, Imp kecil yang kini menjadi pelayan Kiran, terbang rendah di sek
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Burs Dengan Kejutan.

Kiran mengambil gigitan pertama dari ayam bakar dan matanya melebar takjub. "Ini... luar biasa, Kon!" Ekspresi Kiran tampak terkejut."Benar-benar lezat," tambah Chen, yang biasanya hemat dalam memuji. "Bagaimana kau belajar memasak seperti ini?" Chen tak mau kalah. Ia mencomot dan membuktikan kata-kata Kon. Kon tersenyum bangga, sayap kelelawarnya mengepak dengan semangat. "Tuan Kazam dulu sering bepergian ke berbagai negeri. Aku belajar dari koki-koki terbaik di setiap tempat yang kami kunjungi."Bahkan Pigenor, yang hanya menikmati sayuran dan jamur panggang, mengangguk puas. "Bumbu yang kau gunakan sangat seimbang. Tidak terlalu kuat, tapi cukup untuk menonjolkan rasa asli bahan," katanya mengendus-endus aroma memikat itu.Melihat Pigenor hanya menyantap berry dan buah-buahan..."Ini adalah hidangan spesial yang aku masak untuk Tuan Pigenor," kata Kon. Dia menyajikan sepiring roti berbentuk bulan sabit dengan aroma harum yang menggoda. "Roti khusus dengan isian kismis dan kenari,
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Serangan Serigala Iblis

Malam terakhir di Hutan White Parrot terasa berbeda. Angin bertiup lebih kencang, membawa aroma pinus yang tajam dan sesuatu yang lain—sesuatu yang asing dan mengancam. Kiran dan kelompoknya memutuskan untuk berkemah di sebuah cekungan kecil yang terlindung oleh bebatuan besar."Besok siang kita sudah akan tiba di Pegunungan Fatique," kata Kiran sambil menebarkan peta usang itu di atas tanah. "Sebaiknya kita beristirahat dengan baik malam ini."Emma mengangguk setuju. "Perjalanan terakhir biasanya yang paling melelahkan."Mereka mulai menyiapkan perkemahan untuk malam terakhir di hutan. Kiran dan Chen membangun tenda sederhana dari kanvas tebal yang mereka bawa, sementara Pigenor mengumpulkan kayu bakar untuk api unggun. Burs dan Kon terbang rendah di sekitar Gallileon dan keledai yang mereka kendarai, memberi makan dan menyikat bulu hewan-hewan itu."Gallileon ini sangat kuat," puji Kon sambil menyikat bulu Gallileon milik Kiran. "Tidak heran mereka menjadi tunggangan utama pasukan
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Kota Falice Yang Megah

"Sepertinya pencarian kita akan jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan," kata Kiran, matanya menatap antrian panjang dengan ekspresi heran.Namun, akhirnya mereka bergabung dengan antrian yang tampak seperti ular panjang itu. Orang-orang dari berbagai latar belakang berdiri bersama—petarung dengan senjata besar di punggung, penyihir dengan jubah berwarna-warni, pedagang dengan kantong-kantong besar, dan bahkan beberapa bangsawan yang terlihat tidak nyaman berdiri di bawah terik matahari.Satu jam berlalu dengan lambat. Kiran dan kawan-kawannya akhirnya tiba di gerbang Tambang Tartaf, di mana seorang pria kurus tinggi berjubah hitam dengan bordir perak berdiri dengan wajah bosan. Di sampingnya, Golem Batu raksasa mengawasi dengan mata yang berkilau merah."Nama dan tujuan?" tanya pria itu—yang pasti adalah Obeah, penyihir penjaga yang diceritakan Burs."Kiran dan rombongan," jawab Kiran dengan tenang. "Kami ingin mengunjungi Kota Falice."Obeah mengamati mereka satu per satu, matan
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Tantangan Di Paradox Colosseum.

Setelah menyetujui harga dan mendapatkan kunci kamar, mereka duduk di meja bar untuk makan malam dan mendengarkan percakapan di sekitar mereka."...katanya hadiah minggu ini mencapai 10.000 koin emas," kata seorang pria bertubuh kekar di meja sebelah."Ya, tapi kau harus mengalahkan Conji dulu," balas temannya. "Dia sudah menjadi juara bertahan selama tiga bulan.""Kudengar Benders dan Ethan juga akan bertarung besok," tambah pria ketiga. "Pertarungan tim tiga lawan tiga.""Bagaimana dengan Itzam? Apa dia masih menjadi wasit?" tanya pria pertama."Tentu saja. Abras mencoba menggantikannya minggu lalu, tapi Rory tidak setuju. Kau tahu sendiri bagaimana pengaruh Rory di Paradox Colosseum."Setelah puas menguping dengan rasa kegembiraan yang melupa-luap... Emma, Chen, dan Pigenor memutuskan untuk mengunjungi toko alkimia setelah makan malam.Mereka tertarik dengan buku-buku sihir dan ramuan yang mungkin berguna untuk perjalanan mereka."Aku akan pergi ke toko yang menjual informasi," kat
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status