Lahat ng Kabanata ng Jangan Ambil Putraku, Pak CEO!: Kabanata 21 - Kabanata 30

62 Kabanata

21

Kenzo melangkah maju, menatap Azella dengan sorot mata tajam. "Dari mana kamu mendapatkan ini?" suaranya bergetar, bukan hanya karena amarah, tetapi kepedihan terpancar dari wajahnya. Wanita itu hanya tersenyum tipis. "Aku punya sumberku sendiri." Ia melirik ponselnya sejenak sebelum mengangkat dagunya. "Dan kalau kamu masih ragu, aku bisa memberimu bukti lebih lanjut." Aku bisa merasakan tubuh Kenzo semakin menegang. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat.Dia berada di ambang batasnya. "Zo, jangan di sini," bisikku. "Kita harus tenang." "Tenang?" Kenzo menoleh padaku dengan sorot mata penuh luka. "Dia membunuh anakku, May! Aku nggak bisa tinggal diam!" Aku terdiam. Aku tahu ini bukan perkara kecil untuk Kenzo. Aku tahu bagaimana usahanya untuk mendapatkan anak dalam hidupnya, dan saat dia mendapatkan kesempatan itu, semua harapannya hancur begitu saja. Azella menatap kami dengan kedua alis terangkat dan bibir melengkung ke atas, seolah sedang menonton drama yan
last updateHuling Na-update : 2025-03-01
Magbasa pa

22

Musik pengiring mulai mereda, menandakan akad nikah akan segera dimulai. Semua tamu tampak memperhatikan panggung dengan penuh antusias. Rosa duduk dengan anggun di pelaminan, tangannya bertaut di pangkuannya, senyumnya semakin lebar ketika David duduk di sampingnya. Napasku terasa sesak saat melihat pemandangan itu. Tidak lama lagi, semua kebohongan ini akan terbongkar.Azella, yang berdiri tidak jauh dari meja teknisi, memberikan isyarat halus dengan mengangkat jari telunjuknya. Itu tanda bahwa dia sudah memastikan video siap diputar. Aku mengangguk kecil, lalu menoleh ke Kenzo yang masih menatap Rosa dengan rahang mengeras."Siap-siap," bisikku.Kenzo menghela napas panjang. "Aku lebih dari siap."Saat penghulu bersiap membuka acara, tiba-tiba layar besar di belakang pelaminan berkedip, menampilkan logo awal sebuah video. Beberapa tamu tampak terkejut, beberapa yang lain berbisik-bisik, bingung dengan perubahan yang tidak terduga ini.David mengernyit dan menoleh ke teknisi. "Apa i
last updateHuling Na-update : 2025-03-02
Magbasa pa

23

"Maya..." panggil mantan suamiku dengan mata yang sendu. Pria yang memakai jas putih menggengam lenganku cukup erat. Aku bisa merasakan tangannya yang tremor, entah karena apa. Aku tak menyangka David sudah berada di belakangku, padahal beberapa waktu lalu aku melihatnya keluar dari ballroom ini."A-aku-""Lepas," ucapku tegas. "Dengarkan aku sebentar." David memohon dengan tatapan penuh harap. Segera kugelengkan kepala. "Lepaskan tanganku. Aku tidak ingin mendengar apapun!" Kali ini aku mengatakannya dengan sorot yang tajam.David menggenggam tanganku lebih erat, seolah takut aku akan pergi sebelum ia selesai bicara. Aku menatapnya dengan tajam, mencoba melepaskan diri, tetapi genggamannya terlalu kuat."Maya, kumohon dengarkan aku sebentar saja," suaranya bergetar dengan akhir yang tercekat.Aku menarik napas panjang, menahan amarah yang hampir meledak. "Dengar apa, David?"David menghela napas panjang, matanya berkabut. "Aku salah, Maya. Aku benar-benar salah."Aku terkekeh sinis
last updateHuling Na-update : 2025-03-03
Magbasa pa

24

Kubekap wajah putraku dengan sapu tangan yang sudah kuolesi obat bius. Ini adalah cara terakhir yang bisa kulakukan. Namun, belum selesai putraku bereaksi, seseorang keluar dari pintu lift. Sontak aku menoleh dan mendapati atasanku mendekat dengan kedua alis terangkat."Akhirnya kamu membawa Bimo," puas Tristan melihat putra yang kudekap. Kini hanya salah satu alisnya yang terangkat, "Ada apa?"Jantungku berdegup kencang. Apa dia tau apa yang kulakukan pada putraku?"Bimo tantrum, Pak.""Oh ya?" Ia melirik anakku yang sudah lemas.Segera kupamerkan senyum tipis. "Sepertinya dia sudah lelah." Aku berniat merebahkan putraku di tikar, tetapi CEOku mencegah. "Bawa saja ke ruaganku, di sana ada sofa tidur." Tristan mendekat, dan langsung menggendong Bimo penuh perhatian. "Biar aku yang membawanya, kamu cukup siapkan tempat tidurnya."Langkah kakiku sedikit berlari ke dalam. Aku tak ingin atasanku itu menunggu terlalu lama. Sofa yang bisa dijadikan tempat tidur itu segera kutata. Kemudian
last updateHuling Na-update : 2025-03-04
Magbasa pa

25

"Kalau begitu, sekarang keluar dan selesaikan pekerjaanmu." Tristan kembali ke tempat duduknya. Tak ada ekspresi di wajahnya. Sekarang, aku hanya bisa mengepalkan tangan. Pria itu benar-benar membuatku serba salah. Namun, statusku yang sebagai sekretarisnya, membuatku harus menahan diri.Aku langsung meninggalkan ruangan CEO itu dengan emosi membara. Pak Jacson yang baru saja keluar segera menghampiriku. "Pastikan, Pak Tristan ikut rapat setelah makan siang," ujarnya sebelum pergi. "Yang sabar, May."Lagi-lagi pria itu memberikan ucapan semangat atau sarkas dikala gundahan hatiku. Aku bisa mengingat, dia adalah orang yang menyemangatiku di lift setelah tragedi labrakan Gita di lobi kantor. Perhatiannya kala itu memang menghangatkan hatiku, tapi kali ini aku seakan dipaksa untuk bersabar. Rasanya tidak adil.Dengan sisa kesabaran yang kupunya, aku meraih dokumen yang perlu dipersiapkan untuk rapat siang nanti. Jemariku bergerak cepat di atas keyboard, mengirim beberapa email penting. N
last updateHuling Na-update : 2025-03-04
Magbasa pa

26

Bu Ayu menghela napas pelan, tangannya mengelus punggung Bimo dengan lembut. “Tadi waktu saya ajak turun dari mobil, ada suara klakson yang cukup keras. Dia kaget dan langsung menangis, Maya. Saya coba menenangkan, tapi dia masih sedikit ketakutan.”Aku mengusap kepala putraku dengan lembut. “Sayang, Ibu di sini. Nggak apa-apa, ya? Itu cuma suara mobil, Bimo aman.”Bimo masih menggigit bibirnya, napasnya tersengal. Aku tahu dia butuh waktu untuk memproses ketenangannya. Pelan-pelan, aku mengulurkan tangan dan membiarkannya menyentuh jemariku lebih dulu sebelum menariknya ke dalam pelukan.“Bimo, tarik napas dulu, ayo,” bisikku, membimbingnya dengan suara pelan. “Pelan-pelan aja. Kita hitung, ya? Satu… dua…”Bimo akhirnya mengikuti, meski masih terisak kecil.Aku menghela napas lega ketika napasnya mulai stabil. Tapi kemudian, aku menyadari sesuatu.Tristan berdiri tak jauh dari kami.Aku tidak tahu sejak kapan dia ada di sana, tapi ekspresinya sulit ditebak. Tangannya dimasukkan ke da
last updateHuling Na-update : 2025-03-04
Magbasa pa

27

Kenzo yang melihat reaksiku langsung terkejut dan refleks menekan tombol lift berulang kali. "Bimo? Bimo ada di dalam?" tanyanya cepat.Aku mengangguk panik. "Iya! Aku tadi keluar tanpa sadar, dan-! Ya Allah, kenapa aku bisa ceroboh begini?" Jantungku berdegup kencang, kuremas kepalaku sendiri karena rasa frustrasi menderai kepalaku. Pikiranku langsung dipenuhi ketakutan. Bimo masih kecil, dan dia bisa panik kalau sendirian, apalagi di dalam lift yang tertutup. Lift yang tadi membawa Bimo naik akhirnya berhenti di lantai atas. Aku menggigit bibir, perasaan cemas semakin menguasai. "Kenzo, aku harus ke atas!" Tanpa pikir panjang, aku berlari ke arah tangga darurat."Heh, May! Tunggu, jangan lari!" Kenzo mengejarku, tapi aku sudah lebih dulu menaiki anak tangga dua-dua. Nafasku mulai berat, tapi aku tak peduli. Bimo lebih penting.Setibanya di lantai atas, aku mendapati pintu lift terbuka, dan di sana kosong! Tidak ada siapapun. Aku menenangkan diri menggeledah di seluruh ruangan lanta
last updateHuling Na-update : 2025-03-05
Magbasa pa

28

Tanpa berpikir panjang, aku langsung bangkit dengan tubuh gemetar. "Bimo di rooftop, aku harus ke sana!" Aku berlari menaiki tangga secepat mungkin. Tristan masih di belakangku, langkah kakinya menggema di tangga darurat yang sempit. Aku berusaha secepat mungkin untuk sampai ke atas, tapi tubuhku sudah terlalu lelah setelah panik mencari anakku sejak tadi. "Bertahan, May! Kita harus cepat!" suara Tristan terdengar dari bawah. Aku menguatkan diri, memaksakan langkah meskipun nafasku semakin berat. Setiap anak tangga terasa seperti hukuman karena kecerobohanku sendiri. Begitu sampai di lantai 30, pintu tangga darurat sedikit terbuka. Aku mendorongnya dengan paksa, dan angin kencang langsung menyambut kami. Begitu aku tiba di rooftop, mataku langsung mencari sosok kecil itu. Bimo berdiri di ujung pembatas atap, tangannya mencengkeram pagar besi setinggi pinggangnya. Angin kencang menerpa tubuh kecilnya, membuat bajunya berkibar. Dia tampak kebingungan, matanya menatap kosong ke
last updateHuling Na-update : 2025-03-06
Magbasa pa

29

Tristan menatapku penuh arti, sedangkan aku menelan saliva dengan paksa. Kenapa dia memberitahuku jika yang menelpon adalah Mas David, mantan suamiku? Lalu, kenapa dia meminta pendapatku untuk mengangkat telepon itu atau tidak? Sekarang, aku dibuat mati kutu olehnya. Aku menjadi serba salah untuk merespon pertanyaannya. Tristan masih menunggu jawaban dariku, tapi aku hanya bisa terdiam. Aku tidak ingin bicara dengan Mas David, tapi aku juga tidak bisa mengabaikannya begitu saja."Saya tidak tahu, Pak," jawabku akhirnya dengan suara pelan. "Terserah Bapak saja, mau diangkat atau tidak."Tristan mendengus kecil, tampaknya tidak puas dengan jawabanku. Ia mengangkat ponselnya dan menatap layar sebentar sebelum akhirnya menekan tombol terima panggilan."David," ucapnya santai, tapi sorot matanya tetap mengarah padaku.Aku menggigit bibir bawahku, menunggu apa yang akan dikatakan Mas David."Ya, dia ada di sini," Tristan melirikku sekilas. "Kenapa?"Aku menahan napas.Beberapa detik kemudi
last updateHuling Na-update : 2025-03-06
Magbasa pa

30

Aku hampir tersedak air putih yang baru saja kuteguk. "Apa?" Tristan menyandarkan punggungnya di kursi. "Kamu tidak menjawab pertanyaanku." Pipiku terasa hangat. Kenapa dia menanyakan hal seperti itu? Ditambah ekspresinya membuatku tak bisa berkutik. Dingin tapi perhatian! Pesona macam apa ini. Ya Tuhan, rasanya aku ingin berlari sekencang-kencangnya dari sini."Saya... tidak punya," jawabku pelan. Tristan mengangguk, entah puas atau justru semakin penasaran. "Kenapa?" Aku menghela napas. "Saya sudah cukup sibuk mengurus anak saya. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal seperti itu." Tatapan Tristan melembut. Aku tidak pernah melihat ekspresi itu sebelumnya. "Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Maya." Aku menunduk, tidak tahu harus menjawab apa. Tristan benar-benar aneh hari ini. Kenapa tiba-tiba dia jadi perhatian seperti ini? Aku tidak bisa memahami maksudnya. Apa mungkin... dia menyukaiku? Tidak, tidak mungkin. Aku menggeleng pelan. Tidak boleh berpikir yang aneh-
last updateHuling Na-update : 2025-03-06
Magbasa pa
PREV
1234567
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status