All Chapters of Jangan Ambil Putraku, Pak CEO!: Chapter 11 - Chapter 20

62 Chapters

11

Kepersiapkan diri untuk mempersembahkan tontonan menarik untuk mantan rekan kerjaku. Kebetulan, Tristan belum kembali, jadi aku bisa melancarkan rencanaku. Suara kertas yang keluar dari printer bagai opera music dengan sopran sebagai intinya. Pada lembaran terakhir, tiba-tiba aku teringat akan insiden di mana aku sekali lagi dipermalukan secara tidak adil di lobi kantor.“Dasar wanita murahan!”Masih kuingat sebereapa panas tamparan Gita saat memakiku di depan banyak orang.“Wanita tak tau diri! Jelas-jelas ini nomor kamu, masih saja mengelak! Janda gatel tak tau diuntung! Sini kamu!” Perempuan itu mencoba merengkuhku kembali. Tangannya sudah melayang ke udara, sedangkan aku hanya terpaku mendapat serangan yang bertubi-tubi darinya.Nahasnya, saat itu aku baru menyadari betapa bodohnya diriku dijadikan kambing hitam oleh dua pezina. Wanita serigala berbulu domba dan Pria arogant berhati iblis.Di tengah lamunanku, mendadak seseorang mengetuk meja kerjaku."Nih!" Orang itu melempar sat
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

12

Gita melangkah masuk, dengan emosi yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Rosa yang asyik bermain hp tak menyadari kedatangannya. Beberapa karyawan yang dilewati Gita hanya bisa menoleh tatapan bingung. Ketika sampai di belakang Rosa, wanita itu menyiram tubuh targetnya dengan sayur sop merah. Cairan berwarna merah beserta para sayur melumuri rambut hingga kursi kerja Rosa.Rosa menjerit kaget, tubuhnya kaku di tempat. Semua pasang mata tertuju padanya. Butuh beberapa detik untuknya menyadari apa yang baru saja terjadi. Perlahan, ia menoleh dengan mata membelalak ke arah Gita yang berdiri dengan napas memburu, wajahnya memerah karena amarah yang membuncah."Apa-apaan ini?!" Rosa melompat dari kursinya, tangannya mengibas-ngibas bajunya yang basah oleh kuah sop merah. Rambutnya yang biasanya tertata rapi kini berantakan, dengan beberapa helai sayuran menempel di sana. Belum sempat mendapat jawaban, Gita sudah melayangkan tamparan pada wanita itu.Suara tamparan itu menggema di seluruh r
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

13

Kenzo yang awalnya begitu percaya diri, kini matanya melebar dan mulutnya terkatup rapat saat mendengar suara berat Pak Jacson. Semua karyawan divisi marketing, yang tadinya berbisik-bisik langsung diam, menunggu dengan napas tertahan. Pak Jacson melangkah ke tengah-tengah keributan itu dengan ekspresi serius, matanya menyapu pemandangan yang ada di hadapannya. Rosa masih berdiri dengan pakaian berantakan, sisa kuah sop merah menetes dari rambut dan wajahnya yang terlihat kusut. Kenzo berdiri di sampingnya dengan rahang mengeras, sedangkan Gita berdiri tegak, napasnya memburu, masih diliputi amarah. "Kuulangi pertanyaanku," suara Pak Jacson terdengar dalam dan berwibawa. "Ada apa ini?" Semua orang saling pandang, tak ada yang berani menjawab lebih dulu. Namun, Gita tak mau kehilangan momentum. Ia melangkah maju, menatap Pak Jacson dengan penuh keyakinan. "Pak Jacson," suaranya tegas, meskipun ada getaran emosi di dalamnya. "Saya ingin melaporkan Kenzo atas tindakan tidak profe
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

14

Tristan melangkah masuk ke kantor dengan Bibirnya tertarik membentuk garis lurus, tak ada senyum ataupun tanda ketidaknyamanan, sementara aku mengikuti di belakangnya, menggenggam erat tangan Bimo. Putraku tampak gelisah, bahunya merapat, dan jemarinya terus meremas ujung bajuku, pertanda bahwa ia mulai merasa tidak nyaman di lingkungan yang ramai dan penuh suara.Begitu kami tiba di ruang kerja Tristan, aku segera membimbing Bimo duduk di sofa kecil di sudut ruangan. Aku mengeluarkan mainan sensorik dari dalam tas dan meletakkannya di pangkuannya, berusaha menenangkannya sebelum berbalik menghadap Tristan.“Pak, saya perlu melaporkan sesuatu,” ucapku dengan nada sopan.Tristan melepas jasnya, menggantungnya di sandaran kursi, lalu menatapku dengan tajam. “Apa yang terjadi?”Aku menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Baru saja terjadi insiden besar di kantor, Pak. Kenzo terlibat pertengkaran dengan Gita dan Rosa. Pak Jacson meminta saya untuk menyaksikan sebagai saksi, mengingat
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

15

Aku mengeratkan genggamanku pada tangan Bimo, naluri melindunginya langsung aktif begitu saja. Kenzo berdiri di samping mobilku, wajahnya tanpa ekspresi, tetapi sorot matanya berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang mungkin akan keluar dari mulutnya.Aku melirik sekeliling, memastikan tidak ada orang lain di sekitar kami. Parkiran cukup sepi, karena karyawan lain masih di dalam kantor. Suara langkahku sendiri terdengar menggema di antara dinding beton. “Ada apa, Kenzo?” suaraku berusaha terdengar datar, meskipun aku bisa merasakan jantungku berdebar lebih kencang dari biasanya. Kenzo tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapku, lalu menurunkan pandangannya ke Bimo yang berdiri di sampingku. Mata itu mengamati anakku beberapa saat, sebelum akhirnya kembali menatapku. “Aku hanya ingin bicara, Maya.” 
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

16

Aku mengatur napas, mencoba menenangkan diri sebelum berbicara. Semua mata tertuju padaku, menunggu jawabanku. Aku bisa merasakan Tristan menatapku lebih lama daripada yang lain, seolah berusaha membaca ekspresiku.Aku menelan ludah sebelum membuka suara. “Saya memang membantu Kenzo dalam beberapa pekerjaannya, tapi itu hanya sebatas membuat laporan.” Suaraku terdengar stabil, meski ada sedikit kegelisahan yang tidak bisa kusembunyikan. Pak Jacson mengangguk kecil, memberi isyarat agar aku melanjutkan. “Semua keputusan besar tetap diambil oleh Kenzo sendiri,” lanjutku. “Saya hanya menjalankan tugas sesuai arahan yang diberikan. Tidak pernah sekalipun saya membuat keputusan atau melakukan hal di luar perintahnya. Jadi, jika ada tuduhan bahwa saya ikut andil dalam penyalahgunaan wewenang, itu tidak benar.”Ruangan kembali hening. Aku melirik Tristan sekilas. Rahangnya mengeras, tetapi tidak mengalihkan pandangan dariku. Aku tak bisa menebak isi pikirannya saat ini.Seseorang di ujung
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

17

Kuhela napasku saat memakirkan mobil di rumah. Pekerjaan hari ini cukup banyak, ditambah mood Tristan sedang buruk. Banyak pekerjaanku yang ia komplain, padahal biasanya ia tidak seperti itu. Kepalaku menjadi pusing karena terpikirkan oleh ucapannya. Untungnya Sinta sudah ada di dalam bersama Bu Yati. Jadi aku langsung mengeluh dengan dramatis.Aku melepas sepatu dengan kasar dan menjatuhkan tubuh ke sofa. “Aduh, Sinta. Hari ini capek banget!” keluhku sambil menutup wajah dengan bantal. Sinta, yang sedang duduk di lantai sambil menggambar sesuatu, melirik ke arahku. “Kenapa, May? Bos galak lagi?” Aku mendesah panjang. “Iya! Aku nggak ngerti, biasanya dia nggak seketus ini. Hari ini semua kerjaanku dikomentari. Ada aja yang salah.” Kulipat kedua tanganku di depan dada, hidungku pun mendengkus seperti banteng.Bu Yati datang dari dapur sambil membawa segelas teh hangat. “Mungkin dia lagi banyak pikiran, Mbak. Orang kalau banyak masalah pasti emosinya nggak stabil.” Aku duduk tegak
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

18

"Di mana Bimo?" tanya Tristan padaku. Aku yang berjalan di belakangnya terasa kikuk, karena teringat dengan janji yang kuucapkan kemarin."Maaf, Pak. Bimo di rumah." Jantungku berdegup kenjang karena mendadak pria itu berhenti dan berbalik ke arahku."Bukankah kemarin kamu bilang akan membawa anak itu ke kantor hari ini." Dia mengucapkannya dengan dahi sedikit berkerut. Kutenggak salivaku dengan paksa.Aku mengangguk pelan. Ada perasaan bersalah karena mengingkari janji yang kubuat sendiri. "Iya, Pak. Tapi kondisi Bimo kurang baik pagi ini. Dia sulit beradaptasi dengan perubahan mendadak, dan saya tidak ingin memaksanya." Pria itu menatapku dengan ekspresi yang sulit ditebak. Aku bisa melihat rahangnya mengeras sejenak, lalu dia menghela napas panjang. "Aku mengerti," katanya akhirnya. "Tapi aku ingin bertemu dengannya, Maya." Aku terkejut mendengar ucapannya. "Untuk apa, Pak?" tanyaku hati-hati. Tristan menyandarkan tubuhnya ke meja kerjanya, menatapku lekat-lekat. "Ibuku menyu
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

19

Tatapan Kenzo yang sangat serius membuatku ingin tertawa. Bagaimana kalau dia tau..."Aku butuh teman untuk datang ke pernikahan mantan suamiku."Mata pria itu terbelalak. "Mantan suamimu?! David?" Dia tampak tidak percaya dengan jawabanku, sampai menegaskan siapa nama mantan suamiku.Kuanggukkan kepala. "Demi apa? Serius, May?" tanyanya."Iya, Zo. Acara pernikahannya besok lusa. Bukankah kantor libur?""Benar, kantor emang libur. Karena lusa adalah hari minggu.""Makanya itu aku mengajak kamu, Zo. Aku bakal malu banget kalau datang sendirian. Apalagi kamu tau sendiri gimana keluarga David sama aku. Aku selalu jadi bahan gunjingan mereka." Aku mengucapkannya sembari menundukkan kepala. Aku ingin mendramatisir semua ucapanku agar sahabatku itu mau.Kenzo menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan, seakan dia masih mencoba mencerna permintaanku. Aku menahan tawa melihat reaksinya yang berlebihan. Tapi di sisi lain, aku juga lega karena dia tidak langsung menolak. “Kamu yakin data
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

20

Kenzo mematung di welcome sign dengan pundak naik turun. Membuatku mulai mengambil posisi kuda-kuda. Aku tidak bisa memprediksi apa yang akan dilakukannya. Hingga tangan Kenzo mengepal kuat bersiap menonjok pigora di depannya. Aku yang ada di sampingnya, langsung menahan tangannya yang sudah melayang di udara. "Tahan, Zo! jangan bikin keributan di sini," mohonku karena beberapa orang menyorot ke arah kami."Lepas, May! Aku tidak bisa membiarkan Rosa menikah! Dia-" Aku langsung membekap mulut pria itu. Berapa tamu yang mulai berdatangan memperhatikan kami dengan ekspresi penasara. Bisa gawat kalau Kenzo keceplosan soal Rosa. Aku menatapnya dengan tatapan memperingatkan, sementara tanganku masih menekan kuat mulutnya. Kenzo menggeram di balik telapak tanganku, napasnya memburu. Aku bisa merasakan ototnya menegang, seakan dia masih berusaha melepaskan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa kutebak. "Kenzo," bisikku tegas, berusaha menenangkan. "Ini bukan tempatnya. Kita nggak bi
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status