Semua Bab Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa: Bab 61 - Bab 70

153 Bab

61. Susuku Sudah Habis

"Susuku sudah habis." Sydney buru-buru memutar tubuh untuk menghindari tatapan Morgan yang terlalu intens. Jawaban itu meluncur begitu saja dari gerakan tangan Sydney tanpa sempat dipikirkan lebih dulu. Wanita itu membatu. Mata Sydney melebar saat menyadari betapa bodohnya alasan yang baru saja dia rangkai. Namun, setelah mimpi buruk semalam, Sydney belum siap melakukan sesuatu lebih jauh dengan Morgan. Setidaknya dengan alasan bodoh itu, Morgan akan mengurungkan niatnya. ‘Semoga saja,’ batin Sydney berharap. Sekejap ruangan menjadi hening. Morgan yang masih berdiri di belakang Sydney, berkedip sekali, lalu kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Pria itu menatap punggung Sydney dalam diam, sebelum akhirnya tertawa pelan. Sydney tidak perlu menoleh untuk tahu bahwa pria itu pasti sedang menyeringai. "Sydney," panggil Morgan, nada suaranya masih dipenuhi tawa tertahan. "Kau sadar betapa lucunya alasanmu barusan?" Morgan mencoba melihat wajah Sydney, tetapi wanita itu segera mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

62. Disayang Tuan Morgan

“Jaga dirimu, Morgan.” Sydney menggerakkan tangan dengan perlahan, menatap pria yang sudah duduk di dalam mobil. Morgan menatap balik Sydney sejenak sebelum akhirnya mengangguk kecil. “Aku selalu melakukannya.” Suara mesin mobil menyala dan dalam hitungan detik, kendaraan mewah itu meluncur pergi meninggalkan halaman mansion. Sydney tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan mobil hitam itu hingga menghilang di tikungan. Beberapa pekerja yang ikut mengantar kepergian Morgan perlahan kembali ke dalam rumah, meninggalkan Sydney yang masih diam. Udara pagi terasa sedikit lebih dingin tanpa keberadaan pria itu. Entah kenapa, kali ini kepergian Morgan terasa lebih berat dibanding biasanya untuk Sydney. Sydney menghela napas pelan. Dia hendak berbalik menuju mansion ketika dua pelayan muda tiba-tiba mendekatinya dengan raut penasaran. “Sydney,” panggil salah satu dari mereka—seorang wanita muda dengan rambut dikucir kuda. “Tuan Morgan tadi di kamar si kembar bersamamu?” Sydney meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

63. Menjelma Wanita Karier

Denting sepatu hak tinggi menggema di lantai marmer berkilau gedung Monarch Legal Group. Setiap langkah Sydney mengundang perhatian, bukan hanya karena kehadirannya yang jarang terlihat di tempat ini, tetapi juga karena pesona dingin yang terpancar dari sorot mata wanita itu. Di belakang Sydney, Ronald berjalan mengikuti seperti bayangan yang selalu siap melindungi. Beberapa karyawan yang melintas otomatis memperlambat langkah mereka. Para karyawan wanita yang sedang berbincang di dekat mesin kopi saling berbisik, melirik ke arah wanita muda yang melangkah penuh percaya diri itu. “Siapa dia?” bisik salah satu dari mereka. “Entahlah. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Tapi … dia cantik sekali,” timpal yang lain dengan nada terkagum-kagum. Sydney tidak menghiraukan tatapan-tatapan itu. Dia terus berjalan menuju meja resepsionis dengan wajah datar. Seorang wanita muda di balik meja menyambut Sydney dengan senyum. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” Tanpa banyak basa-bas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

64. Nyonya Besar Ryder

“Jika Nyonya Besar Ryder akan hadir, maka keterlambatan ini bisa dimaklumi.” Pernyataan itu datang dari seorang pria dengan jas abu-abu yang duduk tidak jauh dari Sydney. Beberapa menit lalu, dia yang paling keras memprotes waktu yang terbuang, tetapi sekarang pendapatnya berubah begitu saja setelah mendengar nama itu disebut. “Aku justru berpikir ini menguntungkan,” sahut yang lain. “Bagaimanapun juga, kita semua tahu—maaf, Nona—komunikasi dengan seseorang yang … bisu tidak akan mudah.” Bisikan setuju bermunculan di antara para pemegang saham. Beberapa bahkan melirik Sydney seolah keberadaannya adalah sebuah gangguan, bukan seseorang yang bisa mewakili mereka untuk mengambil keputusan. Sydney mengabaikan mereka. Tatapan wanita itu kosong karena pikirannya terseret ke masa lalu. Tiga tahun lalu. Sydney duduk tegak di sofa dengan tangan saling menggenggam di pangkuan. Selain karena cuaca di Sevhastone, jari-jari Sydney terasa dingin karena tatapan tajam kedua pasangan paruh baya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

65. Satu Kapal

“Aku tidak tahu sekarang kau memiliki seorang pengawal yang menyeramkan. Dia seperti siap menerjang siapa pun yang menyentuhmu.” Gloria meletakkan nampan berisi segelas es kopi di atas meja, lalu menarik kursi di hadapan Sydney. Tatapan wanita itu melirik sekilas ke arah Ronald, yang duduk beberapa meja dari mereka, tetap waspada seperti seekor serigala yang menjaga kawanan. Sydney tidak langsung merespons. Dia mengambil ponselnya, mengetik sesuatu, lalu membalikkan layar pada Gloria. “Tante ingin bicara apa? Aku tidak bisa lama-lama.” Gloria membaca kalimat itu pelan. Matanya menatap Sydney sejenak sebelum menghela napas, seolah tengah mempertimbangkan sesuatu. Sydney tidak berbohong. Dia memang harus kembali ke mansion Ravenfell untuk mengurus Jade dan Jane. Waktu yang dihabiskan di sini seharusnya cukup untuk satu atau dua teguk kopi, bukan obrolan panjang dengan mantan ibu mertuanya. Tatapan Gloria berubah nanar. Perlahan, matanya berkaca-kaca. “Aku tidak tahu apa yang suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

66. Tradisi Bodoh

"Sejak kapan Tante menyukai istri Lucas? Tante juga tidak menyukaiku." Sydney mengetik cepat, lalu membalikkan layar ponsel ke arah Gloria dengan senyum sinis. Matanya menatap wanita paruh baya itu tanpa sedikit pun emosi. Gloria terdiam, bibirnya sedikit terbuka seakan ingin menyangkal, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Akhirnya, Gloria hanya menghela napas panjang sambil menggenggam gelas es kopi yang isinya sudah mencair. "Aku menyukaimu, Sydney," kata Gloria pelan. Sydney terdiam. Dia tetap menatap kosong Gloria sambil menunggu kelanjutan ucapannya. "Tapi kau dan Isaac datang di waktu yang tidak tepat." Suara Gloria melemah. "Saat Chester, kakak Lucas, belum menikah." Sydney mengerjapkan mata. Sepotong informasi yang dulu pernah Lucas singgung kembali muncul di kepalanya. "Di Highvale, keluarga kami mungkin bukan siapa-siapa. Tapi di Sevhastone …" Gloria melanjutkan sambil menegakkan punggungnya, "Keluarga kami adalah salah satu pilar negara itu. Dengan dua anak laki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

67. Menangis Sepanjang Siang

"Kau benar-benar nekat, Sydney!" Suara Ronald terdengar putus asa saat mobil melaju kencang di jalanan yang masih berkabut pagi itu. Sydney tetap diam, matanya terpaku pada layar ponsel yang terus dia periksa setiap lima detik. Tidak ada balasan dari Gloria. Tidak ada penjelasan apa pun. Semalam, setelah menerima pesan singkat berisi alamat makam Isaac, Sydney langsung membalas pesan Gloria tanpa ragu. "Aku tidak akan membiarkan Tante hidup tenang jika Tante melakukan sesuatu pada makam anakku." Namun, sejak saat itu, tidak ada satu pun pesan masuk. Sydney menggigit bibir dan jari-jarinya bergerak cepat di layar untuk mengetik satu pesan lagi. "Tante, jawab aku!” Masih tidak ada jawaban. Ketidakpastian ini menyiksa Sydney lebih dari apa pun. Dia tidak bisa hanya duduk diam dan menunggu. Itu sebabnya, pagi ini tanpa pikir panjang, Sydney langsung pergi ke pemakaman Isaac tanpa sempat meminta izin pada Morgan. Dan karena tidak ada pilihan lain, Sydney terpaksa membawa serta s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

68. Mantan Ibu Mertua

Sydney melangkah keluar dari kantor administrasi pemakaman, jemarinya sibuk mengetik pesan di layar ponsel. "Berikan aku nomor rekening Tante. Aku akan mengirimkan biaya renovasi makam Isaac dan kedua orang tuaku. Lain kali, jangan seperti ini, Tante.” Pesan terkirim. Namun, sebelum Sydney sempat menyimpan ponsel, langkahnya terhenti. Sepasang kaki berdiri tepat di hadapan Sydney. Lalu, suara notifikasi terdengar di sekitarnya, tetapi itu bukan dari ponsel wanita itu. Sydney mengangkat kepala dan menemukan Gloria yang sedang melihat layar ponsel. Sydney menduga wanita paruh baya itu sedang membaca pesan darinya. Angin berembus dan membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Sydney menunggu sambil berharap Gloria segera berbicara. Namun, yang terjadi justru di luar dugaannya. Gloria menatap Sydney dengan sendu, lalu tiba-tiba berlutut di atas tanah yang masih lembap akibat embun pagi. Sydney refleks mundur selangkah. Jantung Sydney mencelos melihat Gloria bertekuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

69. Pengasuh Bayi Kembar

"Uwaa!" Tangisan Jade memenuhi mobil. Sydney segera menyibukkan jemarinya untuk melepaskan ritsleting bagian samping dan menutupi tubuhnya dengan apron menyusui. Dengan cekatan, Sydney mengangkat bayi itu ke dalam pelukannya dan membiarkan Jade menyusu. Mobil terus melaju dengan tenang, sesekali terdengar suara Ronald berbicara di telepon dengan seseorang. Sementara Jane masih tertidur lelap di car seat dan sesekali menggerakkan jemari mungilnya. Sydney menatap keluar jendela. Wanita itu masih memikirkan percakapannya dengan Gloria. Seberapa jauh Gloria bisa dia percaya? Sydney sudah cukup kenyang dikhianati oleh keluarga Lucas. Namun, jika Gloria benar-benar menyerahkan saham Lucas kepadanya, itu akan menjadi pukulan telak bagi pria itu. Jade mulai tenang setelah beberapa menit menyusu dan napasnya kembali teratur. Sydney mengusap punggung bayi itu, berusaha menidurkannya kembali. Namun, tiba-tiba mobil melambat dan menepi di depan sebuah minimarket kecil. “Ada apa?” Sydney me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

70. Dibalas Kopi Panas

“Minggir!” Ronald melompat turun dari mobil dan langsung berteriak memanggil para pekerja di mansion. Wajah pengawal Sydney itu penuh amarah dan panik hingga tidak menyadari kehadiran seseorang yang berdiri tak jauh darinya, yaitu Morgan. Morgan menatap Ronald dengan mata dingin dan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. "Ambil si kembar! Bawa mereka ke kamar!" Ronald memberikan Jade dan Jane kepada dua pelayan yang segera menggendong mereka. "Jaga mereka baik-baik!" Setelah memastikan bayi-bayi itu aman, Ronald kembali ke mobil untuk membantu Sydney keluar. Wanita itu masih berusaha berdiri tegak, meskipun raut wajahnya jelas menunjukkan betapa nyeri yang Sydney rasakan. “Pegang aku.” Ronald menaruh tangan Sydney di bahunya, sementara tangannya yang lain memegang pinggang wanita itu dengan hati-hati. Morgan berjalan mendekati mereka. Saat itulah, Ronald akhirnya sadar. Ronald menundukkan kepala seketika, sementara Sydney membelalakkan mata sebelum buru-buru ikut menundu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status