Tous les chapitres de : Chapitre 71 - Chapitre 80

153

71. Binatang Buas

"Apa punggungnya bisa sembuh tanpa bekas?" Morgan bertanya sambil menatap dokter yang sedang merapikan peralatan dengan mata tajamnya. Dokter wanita itu menoleh sejenak sebelum menjawab, "Jika dirawat dengan baik, seharusnya tidak meninggalkan bekas yang terlalu mencolok." Morgan menghela napas panjang, menekan amarah yang masih bergejolak di dadanya. Dia baru saja pulang dari daerah yang jauh dan berharap bisa bertemu ketiga orang terpenting dalam hidupnya. Namun, begitu Morgan tiba di mansion, mereka justru pergi diam-diam. Sydney, Jade, dan Jane. Morgan ingin memaki siapa pun yang ada di depannya saat itu. Apalagi, setelah mendengar laporan dari anak buahnya bahwa Sydney pergi pagi tadi dalam keadaan menangis dan memohon kepada Ronald untuk mengantarnya. Lalu, belakangan Morgan tahu alasannya. Sydney tidak pergi karena ingin melawan atau mencari gara-gara, melainkan karena mantan ibu mertuanya mengintimidasi wanita itu dengan menggunakan makam keluarganya yang telah tiada.
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

72. Mereka Anak-anakku Juga

"Setelah kau menyusui si kembar, aku akan mengelap tubuhmu dan mengoleskan salep," kata Layla sambil menyerahkan Jade dan Jane ke dalam dekapan Sydney. Wanita paruh baya itu dengan sabar merawat Sydney sejak semalam hingga pagi ini. Sydney takjub dengan tenaga Layla yang seperti tidak ada habisnya. Sydney yang duduk di atas ranjang hanya mengangguk pelan. Sebuah senyum samar terbentuk di wajah Sydney saat kedua tangannya sibuk menggendong si kembar. Layla menatap Sydney sejenak sebelum beralih ke meja di kamar Morgan, mulai menata perlengkapan bayi yang dia bawa. Dia cukup terampil merapikan popok, botol susu, dan pakaian si kembar, memastikan Sydney bisa mengurus mereka dengan lebih mudah. "Kau tidak perlu sampai seperti ini," ucap Layla lagi tanpa menoleh. "Setelah menyusui, aku bisa membawa dan mengurus mereka sementara kau beristirahat." Layla sedikit kesal karena Sydney tetap ingin mengurus si kembar, bukan hanya menyusui. Padahal wanita muda itu masih butuh banyak istirahat
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

73. Rona Kemerahan Meresahkan

“Apa kau siap bertanggung jawab?” Sydney membeku. Wanita itu membelalak menatap Morgan yang duduk di hadapannya. Morgan jelas tidak sedang bercanda, Sydney bisa membaca itu dari raut wajahnya yang tetap serius. Sydney mencoba mengatur napas, tetapi jantungnya berdetak semakin liar. Mata Sydney bergerak turun untuk menghindari tatapan Morgan, tetapi dia justru tidak sengaja menatap dada bidang pria itu. Di sana, tepat di atas jantung Morgan, tato huruf BP yang dulu pernah Sydney lihat sudah tidak ada. Kini hanya bekas samar hasil prosedur laser yang masih meninggalkan rona kemerahan di kulit Morgan. Sydney tidak bisa berkata apa-apa. Tanpa sadar, Sydney mengangkat tangan dan ujung jemarinya menyentuh bekas luka itu. Permukaan kulit Morgan terasa lebih kasar di area tersebut, tetapi yang lebih mengagetkan Sydney adalah detak jantung pria itu juga bergemuruh seperti dirinya. Morgan tidak menepis sentuhan Sydney. Sebaliknya, pria itu membiarkan Sydney mengeksplorasi luka itu dengan
last updateDernière mise à jour : 2025-03-14
Read More

74. Menciptakan Neraka

"Apa-apaan ini?!" Suara keras seorang staf di kantor Zahlee Entertainment membuat seluruh karyawan menoleh. Beberapa artis dan model yang baru kembali dari jadwal syuting bahkan ikut berkerumun. Kotak makan siang dari restoran mewah yang jarang terjangkau oleh kalangan biasa kini bertebaran di setiap meja. Bukan hanya untuk para petinggi, tetapi semua orang. Mulai dari staf kebersihan hingga manajer artis, mendapatkan bagian yang sama. “Apakah ini hadiah dari perusahaan?” Seorang pegawai bertanya dengan mata berbinar-binar. “Ini jarang sekali terjadi!” "Aku pikir ini bukan dari perusahaan." "Siapa yang traktir kita makan siang begini? Gila, mahal banget!" Kegaduhan semakin menjadi ketika para karyawan dan artis yang berada di Zahlee Entertainment membuka kotak makan siang mereka. Beberapa dari mereka langsung menatap lembaran kecil yang tergeletak di atas makanan. "Hei, di dalamnya ada surat!” Satu per satu karyawan membaca pesan yang tertera, dan wajah mereka berubah drast
last updateDernière mise à jour : 2025-03-14
Read More

75. Seorang Teman

"Jangan terlalu banyak bergerak," perintah Morgan terdengar tajam saat dia membalut perban di punggung Sydney. Sydney tetap diam, tetapi ada sorot ketidaknyamanan di matanya saat jari Morgan dengan cekatan membalut luka itu. Meski gerakan Morgan lembut, rasa perih masih menjalar di sepanjang punggung Sydney. “Kalau kau terus mengerang seperti itu, aku bisa saja menganggapmu sedang menikmati sentuhanku,” ucap Morgan, sedikit menggoda wanita di hadapannya. Tubuh Sydney sangat seksi dan menggoda, Morgan mengakuinya. Bahkan akhir-akhir ini dia sulit mengontrol diri saat ada Sydney di sekitar. Sydney menoleh dengan cepat dan menatap Morgan tajam. Dia langsung menggerakkan tangannya untuk membalas, "Kau ini keterlaluan." Morgan hanya menyeringai sambil memasang plester terakhir sebelum mengambil sebuah gaun hitam. "Pakai ini!" Morgan memerintah lagi sambil menyerahkan gaun itu. “Gaun ini terlalu longgar,” keluh Sydney dengan bahasa isyarat. "Kau mau memakai sesuatu yang ketat dan me
last updateDernière mise à jour : 2025-03-15
Read More

76. Buah Malapetaka

"Putra yang kau banggakan itu bekerja dan memuja berandal ini, Tuan Terry Yang Terhormat!" Morgan duduk di sebelah Sydney dengan menyilangkan kaki, dan menatap Terry dengan raut wajah yang seakan menantang pria paruh baya itu untuk menyangkal ucapannya. Faktanya, ucapan Morgan bukan sekadar gertakan kosong. Dia tahu betul bagaimana Lucas menjilatnya demi mempertahankan bisnis. Terry yang awalnya duduk dengan tenang tiba-tiba menegakkan punggungnya. Dahi pria paruh baya itu mengernyit dan tatapannya tajam menusuk Morgan. "Apa?! Kau petinggi di Monarch Legal Group?" tanya Terry meremehkan. Bagi Terry, pria bertato bukanlah orang yang akan diterima bekerja di perusahaan keluarganya. Sydney yang duduk di samping Morgan langsung menegang. Detik berikutnya, Sydney dengan cekatan mengambil ponsel dan mengetik cepat sebelum Morgan membuka mulutnya lagi. Dia menunjukkan layarnya kepada Terry. "Dia salah satu klien Lucas, Om." Terry membaca pesan Sydney. Morgan melirik tulisan itu samb
last updateDernière mise à jour : 2025-03-16
Read More

77. Tidak Akan Lama, Tuan

Sydney menatap dokumen di depannya, jari-jarinya sedikit gemetar saat menggenggam pena. Namun, Morgan sudah menatapnya tajam seakan memberi isyarat untuk segera menandatangani. Pria itu jelas tidak ingin ada drama tambahan lainnya. Sydney menarik napas dalam-dalam, lalu dengan satu tarikan tegas, wanita itu menorehkan tanda tangannya di atas kertas. Suara gesekan pena terdengar jelas di tengah suasana yang mendadak hening. Begitu selesai, Gloria dengan cepat mengambil dokumen itu dan memasukkannya kembali ke dalam map. "Baiklah," ucap Gloria sambil menatap Terry sekilas. "Semua sudah selesai." Terry mengangguk. Kedua pasangan paruh baya itu saling menggenggam tangan. Morgan yang duduk di samping Sydney langsung bangkit berdiri. “Sudah selesai. Ayo, kita pergi!” ajak Morgan pada Sydney sambil mengulurkan tangannya untuk diraih oleh wanita itu. Namun, sebelum Sydney menyambut tangan Morgan, suara Gloria menghentikannya. “Tuan Morgan, bisakah kita bicara berdua sebentar?” tanya
last updateDernière mise à jour : 2025-03-17
Read More

78. Berita Baik!

“Kau bicara apa saja dengan Tante Gloria?’ tanya Sydney sambil menggerakkan tangan. “Beliau terlihat sedih.” Kini mereka sedang dalam perjalanan setelah keluar dari Astoria Palace. Pria yang duduk di sebelah Sydney itu mendesah pelan. Pertanyaan Sydney membuat Morgan teringat percakapannya dengan Gloria. Tentang seseorang yang tulus untuk Sydney, tetapi dia sendiri masih ragu untuk meneruskan perasaannya. “Bukan hal yang penting,” jawab Morgan dengan datar pada akhirnya. “Dia sedih karena aku tidak sesuai dengan harapannya saja.” Setelah balas menatap Sydney, Morgan mengalihkan pandangan lagi ke jendela mobil. Namun, Sydney belum selesai bicara. Dia menyentuh lengan Morgan dan membuat pria itu kembali menoleh padanya. “Memang Tante Gloria berharap apa padamu?” tanya Sydney kemudian sambil mengernyitkan dahi. “Apakah ini tentang Monarch Legal Group?” Hanya itu yang bisa Sydney tebak. Morgan dan Gloria tidak pernah punya hubungan apa pun selain itu. Sydney memang tidak bersuara.
last updateDernière mise à jour : 2025-03-17
Read More

79. 100 Juta untuk Lucas

“Apa saja yang kalian lakukan hingga aku harus bermalam di penjara?!” teriak Ghina pada pengacaranya dari dalam sel. Hari sudah berganti, tetapi wanita paruh baya itu masih mengenakan pakaian kemarin dan rambutnya sedikit lebih berantakan. Beberapa tahanan mendesis marah karena Ghina terlalu berisik saat mereka sedang menikmati sarapan. Sementara para penjaga bersikap seolah tidak mendengar bumbu-bumbu pertikaian itu. Ghina langsung tutup mulut. Dia meremas jeruji besi yang membatasinya dengan sang pengacara. “Nona Sydney tidak menjawab panggilan kami, Nyonya. Sehingga kami sulit melakukan mediasi dengannya,” jawab pengacara pria yang tampak lusuh karena harus lembur mengurus Ghina semalaman. “Anak itu pasti sengaja!” geram Ghina sambil melebarkan matanya yang memerah. Pengacara Ghina menelan ludah, tidak yakin harus merespons apa. “Apa kita tidak bisa menuntutnya balik?! Aku sudah memberikan uang 50 juta padanya untuk tutup mulut!” ide Ghina kemudian. Pria berjas biru tua it
last updateDernière mise à jour : 2025-03-18
Read More

80. Tuan Kecil yang Berulah

Pipi Sydney spontan memerah. Sendok bayi yang dia pegang bahkan terjatuh ke lantai. Sydney segera menyadarkan diri dan mengambilnya. Lalu, mencuci sendok itu di wastafel. Morgan selalu menggoda Sydney. Namun mengingat bagaimana pria itu tidak pernah melakukan tindakan yang lebih jauh, bahkan menolak Sydney saat wanita itu menunjukkan tubuh polosnya, dia tidak ingin gegabah menanggapi Morgan. ‘Dia pasti hanya iseng!’ batin Sydney meyakinkan diri. Sydney memutar tubuh, kembali menghadap Morgan. “Kau bukan bayiku,” sahut Sydney sambil menggerakkan tangan dengan salah tingkah. Dia tidak berani menatap mata Morgan. Mata elang pria itu bisa membuat Sydney tersesat jika ditatap terlalu lama. Morgan masih menyeringai. Perlahan, dia melangkah dan mengikis jarak dengan Sydney. “Haruskah aku minum ASI darimu supaya aku bisa resmi menjadi bayimu, Mami Sydney?” tanya Morgan sedikit membungkuk untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajah Sydney. Ronald membelalak mendengar atasannya yang ding
last updateDernière mise à jour : 2025-03-18
Read More
Dernier
1
...
678910
...
16
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status