All Chapters of Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa: Chapter 41 - Chapter 50

64 Chapters

41. Zahlee Entertainment

Sydney menelan ludah. Sebenarnya dia tidak siap mendengar jawaban Morgan. Namun, Sydney tahu Morgan bukan tipe pria yang akan berbicara sembarangan. Jika Morgan mengatakan sesuatu, itu berarti dia memiliki bukti yang kuat. Sydney mengangkat ponsel dengan tangan gemetar, bersiap mengetik pertanyaan, tetapi Morgan mendahuluinya. "Ronald," panggil Morgan. Ronald yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka segera melangkah mendekat. Seolah sudah tahu apa yang Morgan inginkan, Ronald menyerahkan ponselnya kepada Morgan. Morgan menerima perangkat itu dan, tanpa ragu, memutar layar ke arah Sydney. “Menurutmu mereka sedang apa?” Morgan menyodorkan ponselnya tepat di depan wajah Sydney. Layarnya menyala terang, menampilkan sesuatu yang langsung membuat dada wanita itu mengencang. Di dalam ruangan yang tampak seperti restoran mewah, terlihat Ghina dan Fred tengah duduk berhadapan dengan beberapa pria berkemeja rapi. Salah satunya adalah pengacara pribadi Keluarga Zahlee, sementara lainn
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

42. Bayaran Kebaikan

Mobil berhenti tepat di depan sebuah firma hukum besar di pusat kota Highvale. Morgan membuka pintu, bersiap turun, tetapi sebuah tangan kecil menahan pergelangannya. Sydney menatap Morgan dengan sorot mata tegas, meski jemarinya gemetar. Dengan cepat, Sydney mengetik di ponselnya. "Biar aku saja yang turun dan bicara." Morgan membaca pesan itu sekilas, lalu mendongak menatap Sydney. Rahang pria itu mengeras dan tatapan matanya gelap, tidak setuju. "Tidak," tolak Morgan dingin. "Aku akan turun." Ronald, yang duduk di depan, mengamati mereka dari kaca spion sebelum akhirnya berujar, "Maaf, Tuan. Bagaimana kalau saya yang turun bersama Sydney? Tuan harus menghadiri rapat dengan para petinggi Poseidon Exports 10 menit lagi." Morgan mendengkus, lalu melirik jam tangannya. "Ah, sial!" Dia sempat berpikir sejenak, tetapi begitu tatapannya kembali jatuh pada wajah Sydney yang penuh tekad, keputusan pria itu bulat. "Mereka bisa menungguku," sahut Morgan tegas, sebelum menarik tangan S
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

43. Bajingan Sombong

Morgan menyeringai, matanya menyipit penuh ejekan. "Orang sepertimu tidak pantas tahu siapa aku." Fred mengepalkan tangan, wajahnya memerah. "Bajingan sombong!" bentak Fred. Morgan tetap berdiri santai, kedua tangannya terselip di dalam saku celana. "Bajingan serakah, mengambil hak keponakannya sendiri,” balas Morgan menghina. “Setelah ini apa yang akan kau ambil? Harga dirinya? Atau kau ingin menghancurkan Sydney sepenuhnya?" Wajah Fred semakin gelap. Pria paruh baya itu kehilangan kesabaran, dan dalam sekejap, tinjunya melayang ke arah Morgan. Namun, Morgan hanya menggeser tubuh sedikit dan dengan mudah menangkap pergelangan tangan Fred di udara. Cengkeramannya begitu kuat hingga Fred mengerang pelan. "Jangan sampai aku membalas ini," tukas Morgan penuh ancaman. "Tulang rapuh dan tubuh tuamu tidak akan mampu menyeimbangi kekuatanku." Fred mendesis, berusaha menar
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

44. Hanya Aku yang Boleh Melepasnya

Beberapa hari kemudian, Sydney menjalani pemeriksaan lengkap, termasuk suaranya. “Nona Sydney kehilangan suaranya karena trauma. Satu-satunya cara untuk menyembuhkannya adalah dengan menunggu hingga Nona Sydney sendiri yang mengizinkan dirinya untuk bicara,” ucap dokter pria paruh baya yang baru saja selesai memeriksa Sydney. Sydney duduk di sebelah Morgan sambil mengernyitkan dahi, tidak mengerti dengan ucapan dokter. Sementara Morgan memperhatikan penjelasan dokter dengan serius. “Dalam beberapa kasus serupa, kemampuan berbicara bisa kembali setelah trauma hilang,” lanjut dokter. Sydney tersenyum tipis dan menunduk. Bagaimana Sydney bisa sembuh jika kejadian buruk terus menimpanya bertubi-tubi? Bukannya sembuh, trauma wanita itu justru semakin besar. “Apa yang bisa saya lakukan?” tanya Morgan, menatap tidak suka pada dokter yang tidak bisa melakukan sesuatu pada Sydney. “Mendukungnya, Tuan,”
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

45. Belahan Tinggi Gaun Sydney

Sydney melangkah keluar dari kamar, gaun malam yang membalut tubuhnya berkilauan. Potongan kain hitam itu jatuh sempurna, membentuk siluet rampingnya dengan elegan. Belahan tinggi di sisi kakinya memperlihatkan kulit Sydney yang halus setiap kali dia melangkah. Rambut panjang Sydney digelung rendah, menyisakan beberapa helai yang membingkai wajahnya. Riasan lembut membuat mata wanita itu tampak lebih tajam dan bibirnya merah delima. Morgan, yang awalnya sedang mengecek ponsel, mengangkat kepala tepat saat Sydney muncul. Tatapan pria yang mengenakan setelan jas mewah itu membeku sejenak sebelum sorot mata kelamnya berbinar samar. Morgan bukan pria yang mudah terpesona, tetapi malam ini, Sydney berhasil membuatnya kehilangan kata-kata. Sydney berhenti beberapa langkah dari Morgan. "Kau sangat cantik, Sydney," puji Morgan terdengar serak, keindahan di hadapannya baru saja merampas napas pria itu. Sydney menatap Morgan dengan tenang, lalu mengangkat tangannya dengan gerakan yan
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

46. Aku Tidak Perlu Dijaga

"Morgan Draxus!" Nama itu meluncur dari mulut seseorang begitu Morgan turun dari limousin. Seolah kalimat tersebut menjadi pemicu, kilatan lampu kamera segera menyala tanpa henti. Wartawan, fotografer, dan tamu undangan yang berada di sekitaran pintu masuk langsung menoleh ke arah pria yang kini berdiri tegap dengan setelan jas hitam mahalnya. Morgan tidak perlu mengatakan apa pun untuk mendapatkan perhatian. Hanya dengan kehadirannya, dia sudah mencuri sorotan yang seharusnya menjadi milik pengantin malam ini. CEO Poseidon Exports dikenal sebagai sosok yang jarang sekali menghadiri acara publik. Kehadirannya di pesta pernikahan Lucas dan Vienna tentu menjadi kejutan besar. “Tuan Morgan, tolong lihat ke sini!” seru seorang reporter. "Tuan Morgan, apakah Anda datang untuk tujuan bisnis?" "Tuan Morgan, bolehkah kami mendapatkan pernyataan singkat? Apa hubungan Anda dengan Lucas Ryder dan Vienna Zahlee?" Morgan bahkan tidak melirik ke arah mereka. Dengan tenang, pria tinggi itu
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

47. Jangan Membuatnya Jengkel

"Kenapa semua orang begitu terpesona olehnya?" Vienna melipat tangan di depan dada, napasnya berderu halus. Dia menatap sosok Morgan yang masih saja dikerumuni oleh para taipan bisnis dan pengusaha papan atas. "Itulah Morgan Draxus. Dia tidak perlu berusaha, para konglomerat yang mendatanginya. Kita harus bisa seperti dia, Sayang," jawab Lucas. Vienna mendesah, tetapi ambisi di matanya tidak meredup. Dengan langkah anggun, dia menarik tangan Lucas, melangkah menuju pria yang telah mencuri perhatian dari pernikahannya sendiri. Ketika mereka tiba, suara obrolan di sekitar Morgan mereda seketika. Semua orang di ruangan ini paham bahwa Vienna dan Lucas adalah pemilik acara malam ini, jadi mereka segera memberi jalan. Morgan, yang masih berdiri tegap dengan segelas sampanye di tangan, menoleh ke belakang. Matanya menyapu sekeliling, mencari seseorang. Namun, hanya Ronald yang berdiri beberapa langkah di belakangnya. Morgan sedikit mengangkat dagu, tatapannya tajam menusuk Ronald. “D
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

48. Teman Lama Nirina

“Kami sangat berterima kasih atas kehadiran Tuan Simon dan Nyonya Abigail malam ini. Suatu kehormatan bagi kami,” ujar Lucas penuh hormat, sedikit membungkuk kepada Kepala Keluarga Fritz dan istrinya itu. Sang pria paruh baya itu mengangguk kecil, ekspresinya tenang dan penuh wibawa. “Selamat atas pernikahan kalian. Semoga menjadi awal yang baik untuk perjalanan panjang ke depan.” Vienna tersenyum manis. “Terima kasih banyak, Tuan Simon. Tapi saya tidak melihat Nona Nirina. Bukankah dia seharusnya datang bersama Anda?” Mata Vienna mengitari sekeliling, mencari sosok wanita muda yang seharusnya ikut bersama Keluarga Fritz. Mendengar pertanyaan itu, Abigail saling pandang dengan suaminya sebelum menjawab, “Nirina melihat seorang teman lama dan memutuskan untuk mengobrol sebentar." Vienna mengangkat alis, jelas terkejut. “Teman lama?” “Iya.” Simon menegaskan. “Sepertinya cukup akrab karena Nirina begitu senang melihatnya.” Mata Vienna berbinar mendengar jawaban itu. Nirina memilik
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

49. Nyatanya, Kau Selalu Gagal!

“Kau boleh menganggap seperti itu.” Tulisan itu muncul di layar ponsel Sydney, ditunjukkan tepat di hadapan Vienna yang membacanya dengan mata yang semakin berkilat marah. Vienna mengepalkan tangan di balik gaunnya yang mewah. Sydney, wanita bisu yang seharusnya terbuang, selalu punya sesuatu yang Vienna inginkan. Jika bukan status, maka perhatian orang-orang di sekitarnya. Dan sekarang? Bahkan Nirina tampak begitu dekat dengan wanita itu. “Aku tidak berpikir sampai sana tadi.” Timothy menyahut polos, matanya berbinar seakan baru saja menemukan sebuah fakta menarik. “Tapi memang wajar saja. Kak Sydney dan Nona Nirina itu teman semasa sekolah. Pantas kalian akrab sekali, Kak!” Sydney tersenyum kecil pada Timothy, wajah penuh kasih sayang yang membuat Vienna semakin mendidih. Dia tahu Sydney tidak melakukan apa pun untuk merebut simpati orang-orang, tetapi tetap mendapatkannya. Dan itu, membuat Vienna semakin membenci wanita itu. “Kau boleh pergi, Tim.” Vienna mengangkat dagu den
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

50. Sekretaris Pribadi Lucas

“Apa Tuan ingin saya mengikuti mereka?” Ronald mencondongkan tubuhnya, bersiap menerima perintah. Tatapan anak buah Morgan itu juga tertuju pada Lucas yang menarik tangan Sydney dengan paksa. Alih-alih menjawab, Morgan mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi. Beberapa detik kemudian, layar menampilkan titik merah yang bergerak pelan menjauh dari aula pesta. “Aku sudah memasang GPS di gelang kaki Sydney tanpa sepengetahuannya,” ucap Morgan datar. Ronald melirik layar ponsel itu, matanya membulat sesaat sebelum dia menahan diri untuk tidak mengomentari betapa cerdik bosnya itu. “Baik, Tuan,” jawab Ronald sambil menundukkan kepala hormat. Morgan memandangi layar ponselnya. Titik merah itu terus bergerak menuju koridor belakang dekat area toilet, menjauhi pusat acara. Namun, meskipun Morgan bisa mengetahui lokasi Sydney, dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di sana. Dan itu membuat Morgan tidak tenang. *** Di koridor yang sepi, Lucas menghentikan langkahnya begitu mer
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status