All Chapters of Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa: Chapter 141 - Chapter 145

145 Chapters

141. Aku Belum Puas Denganmu

“Jangan keluar dulu, Sayang. Kita belum selesai,” pinta Morgan sambil menarik pinggang Sydney yang nyaris bangkit dari bathtub. Sydney menggigit bibir dan menoleh dengan napas terengah. Kulit wanita itu masih mengilap oleh air dan uap panas, sementara lehernya penuh bekas ciuman dari Morgan. Dengan kedua tangan yang gemetar ringan, Sydney menyentuh bahu Morgan dan mengangkat jemari untuk berbicara dalam bahasa isyarat. “Aku sudah berjanji pada para pelayan untuk berkeliling. Sebentar lagi mereka selesai menyiapkan si kembar.” Morgan mendesah panjang, lalu menyandarkan punggungnya di sisi bathtub. “Kenapa rasanya kau selalu mencuri napasku tapi tak pernah mengembalikannya, hmm?” tanya Morgan beretorika sambil mengelus lembut garis rahang Sydney. Sydney hanya tersenyum kecil. Pria itu kembali menarik tubuh Sydney dan menenggelamkan wajahnya ke lekukan leher sang kekasih. "Aku belum puas denganmu," bisik Morgan penuh bujuk rayu, padahal mereka baru saja bercinta selama dua jam leb
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

142. Bayi Kembarku!

Sementara itu beberapa menit sebelumnya. [Bagian depan sudah aman. Nona bisa masuk, mereka ada di taman sebelah gerbang.] Pesan dari Ronald itu muncul di layar ponsel Bella tepat saat sopirnya menghentikan mobil di balik dinding gerbang utama mansion. “Sempurna!” puji Bella atas pekerjaan salah satu orang kepercayaannya itu. Bibir wanita berambut hitam legam itu melengkung, memperlihatkan senyum licik yang bahkan membuat pengemudinya diam-diam merinding. Bella turun dari mobil tanpa banyak bicara. Dia melangkah masuk ke dalam mansion, tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Saat kakinya menapaki jalan setapak menuju taman, mata Bella langsung menangkap sosok Sydney yang duduk di atas alas piknik. Rambut panjang bergelombang warna cokelat milik wanita itu terlihat sangat mencolok. Namun langkah Bella terhenti ketika jarak di antara mereka kian dekat. “Mamiii!”
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

143. Jika Ada Kesempatan

Sydney berusaha menyentuh bahu Esther walaupun tangannya sedang penuh. Esther menoleh dan Sydney langsung memberi gadis itu tatapan meminta kejujuran dengan mata cokelatnya yang bergetar. Esther menarik napas dalam dan mengangguk kecil, lalu menatap mata Sydney dengan penuh rasa bersalah. “Maaf, Nona,” bisik Esther. “Seharusnya aku jujur sejak awal. Hari itu aku bertemu dengan Nona Bella. Aku … akulah yang memprovokasi beliau untuk mengambil si kembar dari Nona Sydney.” Mata Sydney langsung melebar. Kedua alisnya terangkat tinggi dan refleks menatap Esther seperti baru mengenalnya. Esther menunduk. “Tapi setelah melihat sendiri hati Nona Sydney, cara Nona memperlakukan mereka, cinta yang Nona berikan tanpa pamrih, saya sadar saya salah. Saya segera memutuskan hubungan dengan Nona Bella setelahnya. Saya kira, dengan begitu beliau kehilangan akses masuk ke mansion.” Suara Esther terdengar serak. “Saya benar-benar tidak menyangka kalau dia bekerja sama dengan Ronald. Padahal Ronald
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

144. Akar Parasit

Sydney ingin mengejar Esther, tetapi cengkeraman Celia dan Miran pada kedua tangannya mengerat. “Ampuni kami, Nona. Tolong, jangan kejar dia!” Celia memohon dengan suara bergetar menahan tangis. “Kalau Nona terluka, semua perjuangan Esther akan sia-sia,” sambungnya sambil meneteskan air mata. Di balkon lantai dua mansion, Sydney menoleh pada Celia dan Miran bergantian dengan wajah basah. Napasnya memburu dan matanya menatap tajam ke bawah—ke arah taman yang kini kosong. Hanya suara angin dan helaan napas tertahan kedua pelayan Sydney yang terdengar. Sementara itu, si kembar sedang beristirahat di atas playmate. Mereka pasti lelah karena ikut merasakan energi negatif dari orang dewasa di sekitarnya. Sydney berontak dan berusaha menarik lengannya. Namun, cengkeraman pelayan-pelayannya terlalu kuat. “Jangan seperti ini, Nona. Kami mohon. Kami mohon demi Esther,” bisik Celia dengan s
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

145. Sangat Memuakkan!

"Sangat memuakkan!” tukas Morgan dingin setelah memastikan Sydney masuk kembali ke dalam mansion dengan aman. Ronald menatap tuannya dengan wajah yang datar. Namun, sebelum dia sempat berkata apa pun, Morgan melayangkan pukulan keras ke rahangnya. Bughh! Ronald terhuyung dan jatuh tersungkur di atas tanah kerikil. Darah mengalir dari sudut bibirnya. Namun, dia sama sekali tidak berusaha melawan. Morgan langsung berjongkok dan menarik kerah baju Ronald dengan kasar. “Brengsek!” maki Morgan menatap Ronald dengan tatapan siap membunuh. “Berapa banyak anak buah yang mengikutimu?!” Ronald mengatupkan rahangnya yang ngilu. “Hanya ada saya, Tuan,” jawab Ronald dengan napas berat. Bughh! Morgan kembali memukul Ronald, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Mendadak Morgan tidak sudi mendengar pengawal itu memanggil dirinya–sekalipun dengan sapa
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more
PREV
1
...
101112131415
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status