บททั้งหมดของ GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT: บทที่ 21 - บทที่ 30

60

Bab 21. Pertemuan dengan Keluarga

"Tentu saja setelah kau merubah penampilanmu," ucap Nisa dengan serius. Bram tertawa kala itu, tawa yang baru Nisa dengar setelah hampir dua hari mengamatinya dari jauh."Ya, aku tahu." Bram mengangguk, "keluargamu tentu saja akan mencemoohmu jika tahu calon suamimu berand-alan seperti ini."Nisa menarik napas, ia mengambil sejumlah uang merah dari dalam dompetnya lalu menyerahkannya pada Bram."Ini uang untuk mencukur rambutmu, gunakan sisanya untuk membeli baju yang layak untuk kau pakai. Soal bertemu keluargaku ... nanti kita bicarakan lagi," ucap Nisa lantas beranjak berdiri.Wanita itu mengambil surat perjanjian dan memasukkannya ke dalam tas tangan yang ia bawa."Baiklah, aku akan pergi sekarang. Ingat, kau sudah terikat kontrak denganku jadi ... beritikad baiklah dan jangan kabur dariku.""Siap Tuan putri," ucap Bram lalu menghormat ke arah Nisa.Wanita itu lantas pergi meninggalkan Bram, tanpa lupa mengucapkan salam ia bergegas menghindar dari keramaian taman bunga.Sementara
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม

Bab 22. Undangan Makan

"Tidak ada malam pertama," tandas Nisa dengan mata sedikit melotot. "Kita hanya saling bekerjasama. Tidak ada agenda malam pertama dalam pernikahan kita.""Oh, mana bisa? Aku akan menikahimu secara sah tapi ... kenapa harus begitu?" Bram mengerutkan kening."Ya, memang harus begitu. Semuanya sudah aku atur dalam surat perjanjian. Jika kamu masih tak percaya, silakan baca ulang surat perjanjian yang aku kopi untukmu.""Eh? Apa iya?" Bram masih tak percaya, ia lantas menepuk jidat. "Waduh, rugi bandar nih!""Memangnya apa? Kamu mengharapkan hal itu, hah?! Mana boleh," ucap Nisa mencuramkan alis. Ia menggelengkan kepala sambil berdecap, "jangan bermimpi. Kita ini hanya pura-pura. Sudah, sebaiknya kamu pulang saja. Ingat sering-seringlah main ke rumah, agar mereka percaya bahwa kamu adalah calon suamiku yang sesungguhnya."***"Hai, hello, Nis? Kok ngelamun sih?!" Bram menjentikkan jari-jarinya di depan wajah Nisa beberapa kali.Gadis itu tersentak, ia segera menguasai diri setelah kata-k
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม

Bab 23. Terkena Api

"Sebenarnya kami hanya ingin kalian kembali ke sini," ucap Bulik Ranti tanpa berani mendongakkan wajah. "Tanpa ada kalian, rumah ini rasanya seperti sepi.""Ah, masa?" Bram tak percaya. Dengan gaya selengekannya, ia bertopang dagu dan terus menatap bulik dari istrinya tersebut."Iya," ucap Ranti mengangguk. "Rumah ini terasa sepi, tidak ada lagi sosok yang rajin bersih-bersih, tidak ada lagi sosok yang tergesa-gesa setiap pagi. Semua itu ... semua itu mendadak hilang dari pandangan. Kami yakin, kami merasa kehilangan dirimu Nisa.""Oh, hanya karena itu ya." Bram manggut-manggut, "itu bukan karena rasa kehilangan Bulik. Aku tahu, kalian merasa rugi karena tidak ada lagi sosok yang bisa kalian bully. Nisa orangnya pendiam, nurutan, tentu saja kalian merasa kehilangan."Seluruh anggota keluarga terdiam, mendadak menahan kesal karena Bram selalu tahu apa yang ada dalam benak mereka sekarang."Istriku selalu rajin, selalu bersih-bersih, itulah kenapa kalian merasa kurang. Ya, kurang karena
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม

Bab 24. Taring yang Sesungguhnya

"Tuh 'kan, apa kubilang. Mereka itu tidak mungkin akan menerima kita dengan tulus," ucap Bram setelah diusir paksa oleh Ranti dan keluarganya.Pria itu masuk ke dalam mobil, memakai seatbelt dan terus bergumam tidak jelas. Begitu pun dengan Nisa, ia hanya diam dan turut mendengarkan omelan suaminya tersebut."Baru juga begitu, mereka langsung mengusir kita." Bram berdecap, merasa kesal dengan insiden yang terjadi barusan. Ya, saat ia sedang nikmat-nikmatnya makan lobster tiba-tiba diusir begitu saja."Itu terjadi karena kamu begitu rakus dengan lobster yang ada di nampan mereka Mas," ucap Nisa mulai bersuara. "Coba tadi kamu makannya elegan dan tidak terkesan rakus, mungkin mereka tidak akan sampai mengusir kita.""Oh, jadi hanya karena lobster ya?" Mata Bram melebar, sungguh tak percaya jika hanya gara-gara lobster ia harus menerima kesialan ini. "Alex, ayo jalan. Oh ya, jangan lupa setelah ini kamu balik lagi ke sini dan ambil Ducati-ku."Nisa hanya menggeleng, ia lantas melempar pa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม

Bab 25. Kecurigaan

"Apa itu?" Bram terheran-heran manakala Alex datang membawa helm kesayangannya berikut satu kantong kresek berupa benda berbentuk kotak yang dibungkus dengan kain beludru warna merah."Buka saja Tuan," ucap Alex sambil meletakkan benda-benda tersebut di atas meja.Bram yang baru saja selesai mengikuti meeting di perusahaan papanya segera mematikan laptop. Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia membuka kantong kresek tersebut dengan hati bertanya-tanya."Perhiasan?" ulang Bram masih juga tak paham. Ia mendongak, memandang bawahannya untuk menanyakan lebih lanjut perihal perhiasan beberapa kotak yang dibawa oleh Alex.Alex masih diam, ia menghempaskan bobot badannya di sofa lalu menyugar rambutnya sejenak."Sengaja saya merampas beberapa perhiasan mereka dengan dalih motor Anda lecet-lecet Tuan," ucap Alex mulai bercerita. "Pada awalnya mereka menyangkal tapi setelah saya menyebut kata polisi, mereka dengan serta merta memberikan perhiasan-perhiasan mereka dengan sukarela.""Apa?" Bram t
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม

Bab 26. Balasan Licik

"Kasih tahu suamimu itu, kalo kaya ya udah kaya aja. Jangan sok-sokan menindas kaum lemah kayak kami. Emang salah kami sama dia apa? Kami punya salah sama kamu tapi kok dia-nya yang lebih ganas ketimbang kamu," omel Eyang Harun terbakar emosi.Hati Nisa terasa seperti dipukul dengan batu. Dugaannya benar, Eyang Harun pasti mempermasalahkan apa yang tengah ia alami tadi. Ya, orang seperti Eyang Harun sudah barang tentu tidak terima dengan permainan yang Alex dan Bram buat. Sebagai orang tua, tentu saja ia marah bukan main."Maaf Eyang, mungkin Mas Bram tidak bermaksud lebih sama Eyang." Nisa berkata pelan dan lembut, sesekali jari-jari tangannya meremas lutut karena merasa bersalah."Bilang sama dia, jangan pernah main ke rumah lagi. Orangnya aja yang kelihatan kaya tapi aslinya ... lebih pelit dari yang kami bayangkan." Eyang Harun melanjutkan kemarahannya. Beberapa saat kemudian ia lantas mematikan ponsel, tenggelam dengan kemarahan yang membakar."Eyang sepertinya sangat marah denga
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 27. Pangeran Kuda Putih

"Memangnya kenapa? Minta diistimewakan?" lanjut Melani sambil berkacak pinggang. "Hellow ... jangan mimpi ya. Ibumu tuh di sini nggak ada guna sama sekali. Udah nyusahin masih juga bikin susah yang lainnya. Namanya kere ya tetep aja kere.""Cukup!" Nisa membentak, "kalian tidak perlu menghina kami seperti ini. Berapa sih harga piringnya hingga kalian tega memperlakukan ibuku seperti ini.""Berapa harganya kau bilang?" Ranti kali ini menyambung ucapan Melani dengan tatapan sinis. "Jangan belagu. Di Indonesia piring kayak gini nggak bakal ada. Jaga ucapanmu, kalo merasa kere ya udah, jangan belagu sok-sokan pengen ganti. Lagipula mana keluar lagi modelan yang kayak gini.""Sudah Nis, sudah. Jangan berdebat dengan mereka," pinta Ratih dengan suara lirih. Ia masih meringkuk di dalam dekapan Nisa, air mata masih bercucuran tiada henti.Nisa mengerutkan kening, ia mengambil jilbab ibunya lalu memakaikannya dengan hati-hati."Kita sudah banyak mengalah demi keluarga ini Bu, dalam keadaan sep
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 28. Pembalasan

"Ya ... ya mau bagaimana lagi, namanya juga panik kan?!" Bram membela diri, sejenak menghapus rasa malu yang kini hinggap di wajahnya. "Alex bilang kamu dikeroyok makanya aku buru-buru pergi tadi. Aku benar-benar khawatir sama kamu makanya nggak sempat ganti baju apalagi sandal. Ke sini pun cuma bawa dompet sama ponsel.""Terus cek itu?""Soal cek, anak sultan sepertiku tidak bisa hidup tanpa kertas itu. Kemanapun aku pergi, aku selalu bawa ATM dan juga kertas cek dengan tanda tangan papaku. Sudahlah, yang penting kalian selamat. Jangan permasalahkan soal berak tadi, hmm ... kalian ini bikin malu aja," umpat Bram sambil membuang muka ke samping.Alex dan Nisa terdiam. Dalam keremangan lampu mobil, keduanya hanya menahan tawa takut kalau-kalau pria yang begitu menjaga harga dirinya tersebut merasa tersinggung dan direndahkan."Ehm, Nak Bram, Ibu makasih banget ya sama kamu. Tanpa kamu malam ini, Ibu tidak tahu harus berbuat apalagi." Ratih akhirnya bersuara. Dengan hatinya yang tulus,
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 29. Tak Mau Pisah

"Bu? Ah, syukurlah Ibu sudah siuman." Ranti menghela napas lega manakala ibunya perlahan meraih kesadarannya kembali."Dimana aku?" tanya Eyang Harun sambil mengamati sekitar, ia tampak bingung sesaat setelah ambruk di teras rumah."Kami dan mas kurir mengangkat Ibu dari teras rumah. Duh, berat sekali." Melani menjawab asal membuat wajah Eyang Harun tampak masam.Ia mengedarkan pandangan, menyadari jika saat ini ia tengah berada di atas sofa ruang tengah. Setelah tidak berkunang-kunang, wanita tua itu beringsut bangun dengan wajah masih terlihat syok."Kemana kurir itu? Apa sudah pergi?" tanyanya sambil mendongak ke arah Melani dan Ranti yang berdiri di sebelahnya."Sudah, baru saja." Melani menjawab sesaat setelah menatap ke arah luar. "Ibu berat sekali, masa kita yang bertiga harus minta bantuan Mas kurir buat angkatnya sih. Duh, Ibu makannya sedikit dibatasi dong. Jangan banyak makan di usia senja nanti kena kolesterol dan darah—"Melani menghentikan ocehannya manakala Ranti menyen
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 30. Jujur Walau Kecewa

"Tapi Mas—""Hissh ... ssst ... udah, jangan banyak bicara lagi. Aku mau ikut meeting, kamu keluarlah," seru Bram menolak untuk bicara dengan Nisa. Pria itu bahkan pura-pura mengalihkan perhatiannya pada laptop yang sudah terbuka di hadapannya.Nisa hanya diam, ia menghela napas panjang lantas berbalik badan. Saat ini untuk bicara serius dengan Bram sangatlah sulit, terlebih saat ia membahas kembali tentang kontrak yang sudah ia sepakati dengan Bram. Benarkah pria itu tidak ingin mengakhirinya? Pantaskah Nisa bersenang hati ketika mendengarnya?Dering ponsel menghentikan langkah Nisa. Gadis berhijab pasmina warna hitam itu merogoh saku celana panjangnya dan melihat ke arah ponsel. Matanya yang sayu mendadak lebar manakala tahu siapa yang menghubunginya saat ini.Bram yang melihat Nisa terpaku ditempat ditambah lagi dering ponsel yang mencuri perhatian membuat Bram menoleh seketika. Penasaran, Bram beranjak dari duduknya lalu menghampiri Nisa."Dari siapa?" tanya Bram di samping Nisa s
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
123456
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status