บททั้งหมดของ GELANDANGAN YANG KUBELI TERNYATA KONGLOMERAT: บทที่ 11 - บทที่ 20

60

Bab 11. Terbongkar

Buah jatuh tak jauh dari induknya. Penggambaran ini layak diberikan pada pasangan ayah-anak, Bram dan Satrio. Jika Bram tergolong keras kepala, papanya juga demikian. Hanya saja keduanya memiliki jenis keras kepala yang berbeda.Mendengar Bram berkata demikian, hati orangtua mana yang tidak mendidih. Satrio bahkan harus mengurut dada setiap kali menghadapi sikap Bram yang begitu seenaknya. Jika tidak ingat almarhum papanya, Satrio sudah pasti akan merujak bocah itu hingga ke dasar sumsum tulangnya."Belikan aku tiket penerbangan ke Jawa," titah Satrio pada sekretarisnya yang bernama Lukman."Aku ingin menghajar putraku di sana," imbuhnya lagi sambil mengepalkan kedua tangan.Sang sekretaris yang hafal betul bagaimana watak Satrio hanya menganggukkan kepala dan segera melaksanakan titah. Ia tahu jika atasannya marah maka akan berimbas pada hal lain di kantornya tersebut jadi daripada harus menanggung kemarahan berlarut-larut ada baiknya melaksanaka
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-11
อ่านเพิ่มเติม

Bab 12. Tunjukkan Taringmu

"Ayolah Papa, jangan perhitungan dengan anak sendiri. Bagaimana pun tanpa adanya aku, mana mungkin almarhum kakek mau memberimu warisan melimpah ruah," bujuk Bram dengan wajah dibuat memelas."Kau—" Satrio melotot geram, ia mengangkat tangan ingin memukul namun diurungkannya dengan cepat. Mendesah berat, pria paruh baya itu menggeleng sambil memijit pelipisnya."Harusnya dulu aku berdoa meminta keturunan perempuan saja daripada laki-laki tapi selalu bikin gula darahku naik. Hmm ...."Mendengar keluhan itu Bram hanya meringis, ia tahu kelemahan papanya sehingga ia dengan mudah mengambil hati pria paruh baya tersebut. Ditambah lagi ia sudah tidak memiliki ibu jadi wajar jika papanya tidak akan mungkin menindak dirinya seperti yang digembar-gemborkan."Ayolah Pa, kita tunjukkan taring kita. Biar mereka tahu siapa Bram ini dan siapa Satrio yang sebenarnya," ucap Bram kembali membujuk. Kali ini pria bertubuh atletis tersebut sengaja menepuk bahu papany
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-12
อ่านเพิ่มเติม

Bab 13. Selamat Tinggal

"Ya, itu adalah papaku." Bram menyahut dengan bangga, diliriknya sang ayah yang sedari tadi hanya diam."Sekarang kalian sudah tahu 'kan siapa sebenarnya kami?!" Bram melanjutkan, ia sangat menikmati adegan yang terjadi barusan di depan matanya.Wajah eyang Harun langsung memucat, ia jatuh ke lantai namun dengan cepat ditangkap oleh Melani dan Sari. Wanita tua itu merintih pelan sambil memijit dahinya. Sungguh tak percaya jika pria yang ia lihat di televisi tadi pagi kini benar-benar muncul di hadapannya."Nak, kemasi barang-barangmu. Sebagai menantu keluarga Wiryoningrat, kamu tidak bisa hidup bersama orang-orang toxic seperti mereka," ujar Satrio seraya menatap tajam ke arah Nisa."Tu-tunggu!" Eyang Harun menyela, dengan susah payah ia bangkit berdiri dari duduknya dan kembali menghadap ke arah Satrio. "Di-dia cucu tertuaku, dia tidak boleh pergi tanpa persetujuanku.""Siapa bilang?!" Satrio mencuramkan alis, menghela napas ia menatap s
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13
อ่านเพิ่มเติม

Bab 14. Hanya Pura-pura

"Ah, Papa, jangan membuatku malu di depan dia." Bram berwajah merah, ia tersenyum tipis sambil membuang muka. "Bagaimana pun kami punya surat nikah Pa, tidak mudah meninggalkan ikatan begitu saja. Apa Papa pengen liat aku pergi tanpa bertanggungjawab sedikit pun?!"Satrio menghela napas, ia kembali menatap lurus ke depan. Sebagai seseorang yang memiliki warisan melimpah ruah, tentu saja ia ingin Bram mempunyai calon istri yang memiliki bebet, bibit, bobot yang jelas."Aku hanya ingin kamu tidak salah arah, Bram." Satrio berkata kemudian. "Masa depanmu jauh lebih penting daripada cinta. Apa kau sadar soal itu?""Tentu saja Pa, aku sadar. Tapi ... ijinkan aku bertanggungjawab dengan hubungan ini. Kami memiliki ikatan kontrak selama setahun, tolong biarkan aku menjadi orang yang bertanggung jawab. Setidaknya untuk sisa-sisa waktu yang sudah kami jalani."Satrio terdiam, ia menarik napas panjang lalu menggeleng pelan. Ada rasa berat namun Satrio tidak
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14
อ่านเพิ่มเติม

Bab 15. Apakah Ini Tanda Sayang?

"Entahlah," ucap Bram dengan pasrah. Ia menarik napas panjang lalu berbalik badan. Berjalan meninggalkan depan kamar, Bram mencoba menjauh dan mencari ketenangan di salah satu sudut kamar hotel."Aku ... aku hanya belum siap untuk berpisah dengannya," ucap Bram kemudian. Pria itu duduk di salah satu sofa sudut hotel dengan perasaan terlihat resah, ia mendongak ke arah Alex yang mengikuti langkahnya."Menurutmu apakah ini normal?" tanya Bram pada Alex dengan wajah harap-harap cemas.Alex diam beberapa menit, ia balas menatap Bram lalu menarik napas. "Tidak normal jika kamu tidak memiliki perasaan untuknya."Bram menggeleng, ia tertunduk dengan wajah muram. "Kau tahu, enam bulan hidup bersamanya, aku mengerti apa itu kesabaran dan juga kekeluargaan. Dari Nisa, aku belajar banyak bagaimana menahan diri serta emosi yang meluap. Dari Nisa aku juga belajar bagaimana rasanya bertahan dalam situasi sulit menghadapi keluarga gila seperti keluarga Nisa."
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-15
อ่านเพิ่มเติม

Bab 16. Harga Diri

"Dasar bocah tengik!" Satrio langsung menoyor kepala Bram dengan kesal. Ia menoleh ke belakang sejenak lalu kembali menatap putranya. "Kau kira papamu ini penjahat apa?! Aku baru saja berpamitan sama dia. Satu jam lagi aku harus melakukan penerbangan ke Kalimantan." Bram terdiam, hanya memanyunkan bibir sambil manggut-manggut. Mata Satrio kembali melebar, ia mengangkat tangan dengan kekesalan yang kian menjadi. "Hisssh ... kau ini anak macam apa, hah?! Papamu mau pergi tapi kau sama sekali tidak mengucapkan kata perpisahan untukku." Bram mengerutkan kening, ia menatap Satrio dengan tatapan biasa. "Kau hanya kembali pulang ke Kalimantan Papa, bukan kembali ke pangkuan Illahi." "Haish ... Kau—" Satrio nyaris memukul namun ditahannya tangan itu lalu menggeleng. "Sepertinya aku harus segera kembali. Dekat denganmu hanya akan membuat darah tinggiku naik. Haish ... Alex, antar aku perg
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-16
อ่านเพิ่มเติม

Bab 17. Harga Diri (B)

Alex hanya diam, sesekali menatap wajah tuan besar dari arah kaca depan. Bagi dirinya, tidak ada pikiran untuk meragukan Bram. Sudah lama bersama, Alex yakin jika Bram kali ini tidak akan bercanda seperti yang sudah-sudah. "Ayo percepat lajunya, aku takut ketinggalan pesawat." Satrio menitahkan lalu menatap ke arah depan. Alex tak punya pilihan untuk menolak, dengan berat hati ia menambah laju kecepatan mobilnya dan bergegas menuju ke bandara. Kurang lebih setengah jam, mobil mewah warna hitam itu berhenti di depan bandara internasional. Membuka pintu mobil, Alex mempersilakan sang tuan besar untuk turun dari dalam mobil. "Sudah, sekarang kau balik saja. Aku masuk sendiri tidak apa-apa," ucap Satrio pada Alex. "Tolong jaga Bram, anakku itu sangat ceroboh. Kau bisa lapor padaku jika dia membuat ulah." "Baik Tuan," angguk Alex dengan patuh. Ia membungkukkan badan untuk memberi penghormatan pada a
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-16
อ่านเพิ่มเติม

Bab 18. Jangan Ditutup-tutupi

"Sudah, Papa tahu kok kecerobohanmu kayak apa." Satrio berkata dengan tenang, ia lantas merogoh saku celananya dan mengeluarkan sejumlah uang merah. "Ada satu juta, kamu gunain buat ganti ban oplet yang kamu pinjam ya."Bram menoleh ke arah Satrio, wajahnya memelas bukan main. Dengan perasaan sungkan, Bram menerima uang itu karena ia tidak membawa uang sepeser pun gara-gara gugup tadi. Tersenyum lucu, Satrio mengusap rambut putranya dengan lembut."Jangan remehkan Papa, dalam keadaan genting pun terbukti bahwa kamu masih membutuhkan Papa," ucap Satrio pelan. Ia menarik napas lalu memandang Bram sekali lagi, "Papa balik dulu ya. Jaga dirimu baik-baik."Setelah berpamitan pria paruh baya itu melanjutkan langkahnya memasuki bandara. Pesawat yang akan ia tumpangi sebentar lagi akan tinggal landas dan mengantarkan ia kembali ke istana kejayaan."Tuan, ada yang bisa saya bantu?" Alex mendekat ke arah Bram yang sedari tadi hanya berdiri terpaku sambil memandangi oplet tua yang ia rampas dari
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม

Bab 19. Awal Mula

"Duh, Nisa, sampai kapan kamu kuat ngejomblo hah?! Tuh, Sari, kemarin ada rencana bakal dilamar sama pacarnya yang kerja di perairan. Kamunya kapan?" Eyang Harun menyindir Nisa yang sedari tadi sibuk mengunyah sarapan paginya."Kamu itu cucu tertua, seharusnya jangan sampai dilangkahi adik-adikmu," imbuhnya lagi sambil geleng-geleng. "Cari pasangan yang sepadan, kalo bisa cari yang kaya. Pasangan kaya itu bisa mengangkat derajat keluarga kita.""Yang dikatakan Eyang bener," ucap Sari ikut menimpali. Ia mengunyah makanan hingga berdecap sambil menatap ke arah Nisa."Pasangan kaya memang sangat menolong, buktinya Eyang sendiri dulu juga bukan apa-apa. Setelah dapat kakek yang pensiunan tentara, lihatlah, hidup kita enak-enak aja sampai sekarang."Jeda sesaat, suasana ruang makan kembali memanas saat Ranti—ibunda Sari turut berpadu dalam obrolan tersebut."Yang penting kamu perbaiki dulu penampilan kamu," tukasnya dengan nada sedikit sinis. "Mana ada pria yang mau sama cewek berjilbab le
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม

Bab 20. Perjanjian

"Bekerja?" ulang pria itu seolah terdengar asing. "Dua puluh lima juta? Tidak, tidak. Jangan bilang kau memintaku untuk mencuri barang.""Bu-bukan, aku tidak memintamu untuk mencuri." Nisa buru-buru menepis, ia menggoyangkan kedua tangannya di depan pria itu. "Aku, aku hanya ingin meminta jasamu.""Jasa? Jasa apalagi?" ucap pria itu mengerutkan kening. "Aku ini hanya gelandangan, jasa apalagi yang kau butuhkan."Pria berambut gondrong itu mencomot roti lagi lalu mengunyahnya. Diam beberapa saat, ia tercekat lalu menoleh cepat ke arah Nisa. Tatapan matanya menyorot tajam seolah ia tengah mencurigai sesuatu."Jangan bilang kalo jasa yang kamu maksud itu adalah ... memuaskan dirimu. Astaghfirullah, istighfar Neng." Pria itu mencuramkan alis, sengaja mengurut dada ketika membayangkan apa yang telah ia pikirkan barusan."Hush, ngawur kamu!" Nisa menepis, wajahnya kali ini memerah padam. "Aku tidak se-maniak itu.""Lantas apa? Aku ini hanya gelandangan, pekerjaan apa yang membuatmu harus me
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
123456
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status